Copy and Paste

Anda bebas mengambil content blog ini, tapi mohon sebutkan alamat blog ini dalam tulisan Anda.

You are free to copy the content of my blog. However, please let your readers know my blog as your source.

Jumat, 31 Oktober 2008

Greget Informasi di Stasiun

Pernah nggak merasa nggak pasti mau ngapain? Misalnya Anda menunggu berita yang menentukan tindakan berikutnya. Tunggu... Tunggu... Tunggu... Berita nggak sampai. Pasti kesel kan? Misalnya Anda sudah nunggu lama di perempatan, tapi nggak punya perkiraan sama sekali kapan lampu ijo lagi. Malangnya lagi, Anda nggak tahu berapa lama ijonya kalau ntar ijo. Sementara Anda sudah bilang per telepon ke Bos paling lima menit lagi sudah tiba.

Begitulah, informasi memang punya nilai. Terkait contoh di atas, berita mengenai kedatangan kereta api atau KRL sering bikin gregetan. Sebaliknya, di perempatan Bekasi sekarang mending. Banyak yang sudah pake counter, berapa detik lagi lampu merah mencolok mata dan berapa detik lagi ijonya melipur rasa. Anda tentu merasakan hawa kepastian. Patut kita berterima kasih ke pihak berwenang yang telah memungkinkan hal sederhana ini terwujud, tentunya untuk membahagiakan kita, pemakai jalan raya.

Nah, hari ini pengumuman di Stasiun Tanah Abang bikin sewot calon penumpang KRL. "Dari selatan, di jalur lima, akan masuk KRL Ciujung tujuan Serpong," demikian suara pengumuman menyalak. Maklum yang memberi pengumuman bukan model resepsionis bank. Belum lagi speakernya kadang bikin suara yang nggak jelas tambah nggak jelas. Pengumuman tadi bukan cuma sekali, tapi berkali-kali. KRL tetap aja nggak muncul. Lebih parah lagi, sudah setengah jam diberitakan KRL Bekasi Ekspres tertahan di sinyal masuk. Belum nongol juga. Sudah panjang leher para calon penumpang.

Sampai akhirnya KRL Ciujung dan Bekasi Ekspres tiba juga. Untung nggak lepas kepalaku.

Saya pernah menggunakan MRT di Singapura. Penanganan informasinya kayak langit aja dibandingkan dengan di Tanah Abang (Gambir juga sama saja). Calon penumpang diberitahu berapa lama lagi keretanya tiba. Terbangun dari kenangan itu, eh saya segera sadar dari tadi KRL Bekasi yang saya tumpangi nggak jalan-jalan, without a single word, bahkan untuk menyampaikan permohonan maaf dan harapan agar penumpang bersabar. Begitulah kelihatannya pengelola KRL dan stasiun belum paham nilai informasi. Mungkin Pak Dirut perlu memperhatikan penanganan informasi dan pengumuman di stasiun dan KRL.

Informasi bisa nendang sampai ke pelanggan! Bisa bikin pelanggan puas. Bisa juga bikin pelanggan kabur, kalau informasinya ngaco. Udah dulu ah, walaupun saya nggak tahu sama sekali berapa lama lagi nih KRL jalan! Di kejauhan sudah terdengar iqomah sholat jamaah magrib.

Selengkapnya.....

Kamis, 30 Oktober 2008

Kebijakan Berbalik Arah

Dunia di bawah pimpinan kapitalisme liberal dalam kurun hanya beberapa dekade telah berlari kencang menuju batasnya yang terjauh. Ekonomi yang menjadi panglima menempatkan pasar nyaris sebagai satu-satunya penentu. Regulasi satu per satu dipangkas, hingga kalau perlu pemerintahan nggak usah ada. Ideologi super liberal ini diterapkan Amerika, terutama di bawah kendali presiden-presiden dari Partai Republik, dan dijual ke seluruh dunia melalui lembaga-lembaga seperti Bank Dunia, IMF, dan WTO.

Negara komunis Cina sekalipun menjadi praktisi kapitalisme sejati. Hanya segelintir saja negara yang masih menolak mentah-mentah kapitalisme. Kebanyakan menjadi penganutnya. Malu-malu ataupun tidak! Lihat artikel saya sebelumnya Filsafat Ekonomi Greenspan dan Analisa Greenspan atas Dunia yang saya tulis berdasarkan buku The Age of Turbulence. Mungkin mesin kapitalisme yang sangat efisien membuatnya sulit untuk ditolak. Janjinya meningkatkan kesejahteraan seperti yang dialami Australia, Selandia Baru, Singapura, Inggris, dan terutama Amerika sendiri membuat negara seperti India dan Indonesia tak kuasa melawan arus kencangnya.

Sejak 80-an dan paralel dengan runtuhnya Tembok Berlin dan Soviet (peristiwa yang menjadi salah satu tonggak globalisasi modern menurut Thomas L Friedman dalam The World is Flat), deregulasi sistem keuangan terjadi di mana-mana. Tidak terkecuali di negara kita tercinta. Bank-bank kemudian bermunculan seperti jamur. Produknya terus berkembang pesat. Sistem global yang sangat efisien ini mampu memutar uang sedemikian sehingga gelembungnya menjadi tak mampu ditopang lagi. Ini yang terjadi hari ini. Krisis sistem keuangan global yang berpusat di Amerika mungkin baru saja dimulai.

Apakah pemerintahan diam saja? Tentu tidak! Termasuk Amerika yang saat ini pemerintahannya sangat berideologi anti pemerintah. Buktinya bail-out sebesar 700 milyar dollar itu. Kalau mau konsisten, sebagaimana disuarakan sebagian kalangan di Amerika, pemerintah harusnya membiarkan saja para pelaku Wall Street merasakan akibat keserakahannya. Ternyata laju deregulasi super liberal mencapai batas terjauhnya jua. Kini kita menyaksikan perubahan arah kebijakan ekonomi. Di tataran lokal, kita dapat saksikan betapa pemerintah dan bank sentral bersatu padu mengendalikan pasar.

Langkah pemerintah, BI, dan Bapepam mengendalikan pasar banyak diapresiasi. Bahkan PKS dalam pernyataan politik mutakhir menyuarakan nada pujian. Lainnya, Erick Tohir pernah menulis artikel khusus mengenai Menteri Keuangan, yang disebutnya lincah seperti CR7, sehingga disebut si nomor tujuh dari Indonesia (kebetulan beliau adalah anak ketujuh, lihat artikelnya). Dengan demikian, walaupun MenKeu pernah dituding sebagai antek IMF, kita dapati beliau tidak buta menyeruduk dengan jurus neoliberal klasik ala Adam Smith yang kebablasan. Menteri Keuangan AS nun jauh di sana sekalipun, terpaksa atau tidak, berbalik arah.

Kita belum tahu apakah arah yang sudah berbalik ini akan terus melaju mencapai titik keseimbangan baru di tengah. Atau kebijakan akan berbalik arah lagi ke liberalisasi total. Saat ini mungkin terlalu dini untuk menjawabnya. Penelitian yang dilakukan Dan Ariely, penulis Predictably Irrational, membuktikan asumsi ekonomi tradisional (baca mainstream saat ini - Y Pan) bahwa manusia berperilaku sangat rasional tidak tepat. Secara konsisten dan berulang manusia melakukan kesalahan. Manusia tidak rasional! Dapat diprediksi. Sistematis - tidak rasionalnya.

Contoh eksperimen yang diangkat Dan Ariely di bab pertama Predictably Irrational adalah bagaimana mahasiswanya di MIT bias dalam memilih tawaran seperti berikut ini (ilustrasi mungkin tidak tepat betul dengan buku Dan Ariely - Y Pan).

Langganan internet $59
Langganan cetak $125
Langganan internet dan cetak $125


Mungkin sesuai tebakan Anda, kebanyakan mahasiswa memilih yang ketiga, langganan internet dan cetak. Tawaran yang sangat bagus. Bahkan kalau Anda menduga tidak akan ada yang memilih langganan cetak, berarti Anda rasional seperti kebanyakan orang. Ya nggak? Tapi coba renungkan kalau pilihan kedua tidak dimunculkan. Apakah hasilnya akan sama saja? Ternyata tidak. Jika tawarannya hanya dua

Langganan internet
Langganan cetak dan internet


masing-masing dengan harga yang sama seperti di atas, pilihan terbanyak adalah langganan Internet saja.

Hasil eksperimen Dan Ariely di atas membuktikan manusia tidak mengetahui nilai absolut dari suatu tawaran. Manusia menilai dan memutuskan berdasarkan perbandingan sederhana. Karena masing-masing nilai yang sesungguhnya dari langganan internet saja dan langganan kombo cetak dan internet sulit diketahui, kehadiran langganan cetak saja (sebuah decoy) yang berharga sama dengan langganan kombo membuat perbandingan menjadi demikian mudah. Kita manusia sangat suka dengan perbandingan yang mudah. Langganan kombo menjadi jauh lebih menarik! Perilaku langsung berubah.

Behavioral economics mulai mengusung argumen bahwa kebijakan-kebijakan di tataran individu maupun publik perlu disesuaikan dengan kenyataan secara inheren kita manusia tidak rasional. Di bagian lain bukunya, ketika membahas kekuatan anchor, Dan Ariely menulis mungkin harga yang dikontrol (oleh pemerintah - Y Pan) dapat lebih menguntungkan pelaku ekonomi daripada jika dibiarkan mengikuti hukum supply-demand. Mungkin harga saham termasuk yang lebih baik dikontrol. Ini yang dilakukan Bursa Efek Indonesia (to some extent) dengan menutup bursa ketika situasi tidak kondusif. Mungkin nilai tukar rupiah ke dollar termasuk yang lebih baik dikontrol. Mungkin lebih banyak lagi yang lebih baik dikontrol daripada dibiarkan sebebas-bebasnya.

Ah, mungkin spekulasi ini terlalu jauh. Yah, setidaknya saya yakin (atau tepatnya berharap) arah kebijakan yang berbalik bukan merupakan fenomena sementara. Namun demikian, saya pun yakin (atau tepatnya berharap) gerakan berbalik ini tidak demikian ekstrem ke kiri hingga ke regulasi total sebagaimana dicita-citakan paham sosialis-komunis, sehingga inisiatif dan hak individu dipasung sama sekali.

Jalan tengah lebih baik! Di mana engkau wahai jalan tengah? Apakah engkau jalan ke surga?

Lihat juga:
Menggugat Warisan Greenspan 1
Ongkos Uang Yang Tersembunyi
Managing in the Next Society
Krisis Ekonomi AS dan Global
The Age of Turbulence
Analisa Greenspan atas Dunia
Filsafat Ekonomi Greenspan

Selengkapnya.....

Selasa, 21 Oktober 2008

Menggugat Warisan Greenspan 10

Gonjang-ganjing Wall Street - yang telah menelan perusahaan seperti Bear Stearns dan Lehman Brothers serta bikin semaput raksasa asuransi American International Group - terjadi karena para pelaku pasar dan klien-klien mereka tergantung satu dengan yang lain melalui derivatif.

Pada bulan-bulan terakhir, ketika krisis keuangan AS benar-benar mendapat momentum, kemunculan Greenspan di publik semakin jarang saja.

Catatan perjalanannya (The Age of Turbulence) dipublikasikan pertengahan 2007, mana kala bencana mulai terungkap, dan tur buku beliau segera menjadi ajang diskusi menarik (penghakiman mungkin - Y Pan) perihal kebijakan-kebijakannya. Ketika versi yang lebih murah (paperback) muncul tahun ini, Mr Greenspan menulis sebuah epilog yang berisi suatu sanggahan (untuk membela diri dan keyakinannya - Y Pan).

"Manajemen risiko tidak akan pernah mencapai kesempurnaan," tulis beliau. Pihak yang bersalah, tulisnya lagi, adalah para bankir yang kepentingannya (self interest) justru beliau perjuangkan dan pertaruhkan.

"Mereka berjudi menambah risiko terus menerus dan menjual risiko dimaksud sebelum banjir besar datang," demikian Greenspan. "Hampir semuanya (pelaku pasar yang bertaruh dengan risiko di Wall Street - Y Pan) salah langkah."

Tidak ada tindakan intervensi pemerintah untuk menghentikan perilaku berisiko tinggi tersebut, akan tetapi Greenspan tidak menyesal sama sekali.

"Pemerintahan dan bank-bank sentral," tulisnya, "tidak dapat mengubah arah booming pasar."

Y Pan: Bagaimana? Apakah Anda termasuk pembela Greenspan?

Lihat bagian kesembilan. Kembali ke awal.
Lihat artikel asli.

Selengkapnya.....

Sabtu, 18 Oktober 2008

Menggugat Warisan Greenspan 9

Greenspan mengatakan bahwa Wall Street dapat dipercaya. "Terdapat suatu plus-minus yang amat mendasar dari pilihan-pilihan tipe ekonomi yang kita inginkan," demikian katanya. "Kita dapat saja memberlakukan regulasi dalam jumlah besar dan saya jamin nggak akan ada yang bakal salah, tapi nggak ada yang bakal bener juga."

Selanjutnya pada tahun yang sama, pada dengar pendapat DPR perihal merger boom, Greenspan berargumen bahwa Wall Street memang terkenal dengan risikonya.

"Apakah Anda nggak kuatir adanya konsentrasi kekayaan pada segelintir perusahaan besar sehingga satu saja perusahaan besar bermasalah, maka dampaknya mengerikan buat ekonomi nasional dan global?" tanya anggota DPR Bernard Sanders, aleg jalur independen non partai asal Vermont.

"Nggak, nggak," jawab Mr Greenspan. "Saya yakin pertumbuhan umumnya pada lembaga-lembaga besar terjadi atas dasar struktur pasar di mana risiko terbatasi dengan sangat dramatis - sebenarnya harus saya katakan terbatasi sepenuhnya."

DPR secara aklamasi meneruskan perundangan yang membuat CFTC (badan pengawas pasar komoditi berjangka - Y Pan) tidak punya otoritas mengawasi derivatif. Senator Gramm (sebagai ketua komisi perbankan DPD - Y Pan) kemudian melampirkan dukungan atas pembatasan wewenang badan dimaksud. DPD kemudian menyetujui rancangan undang-undang itu. Akhirnya Clinton mengesahkannya.

Merangsek Maju

Tetap aja, investor cerdas seperti Buffet terus memberikan peringatan tentang bahaya derivatif, sebagaimana dinyatakan pada 2003 dalam laporan tahunan ke pemegang saham perusahaannya, Berkshire Hathaway.

"Banyak risiko, utamanya risiko kredit, terkonsentrasi pada segelintir dealer derivatif," tulisnya. "Masalah pada satu dealer akan cepat menjalar ke yang lainnya."

Tapi bisnis tetap berjalan seperti biasa.

Ketika Greenspan mulai mendengar adanya bubble perumahan, beliau mengabaikan ancaman ini. Wall Street menggunakan derivatif untuk membagi risiko dengan perusahaan-perusahaan lain. Demikian Greenspan pada suatu pidato 2004.

Sejak itu, risiko yang dibagi berubah dari alat bantu penenang menjadi virus. Sejalan dengan berkembangnya krisis perumahan dan (menjadi) buruknya mutu KPR, derivatif nyatanya malah memperbesar masalah.

Bersambung ke bagian sepuluh. Lihat bagian kedelapan.
Lihat artikel asli.

Selengkapnya.....

Jumat, 17 Oktober 2008

Menggugat Warisan Greenspan 8

Apapun kejadian antara Ms Born dari badan pengawas pasar komoditi dan Greenspan (lihat bagian sebelumnya), DPR membekukan otoritas badan dimaksud untuk enam bulan. Tahun berikutnya, Born keluar.

November 1999, pengambil kebijakan senior termasuk Greenspan dan Rubin merekomendasikan kepada DPR agar otoritas CFTC (badan pengawas dimaksud) atas derivatif sama sekali dihapus.

Menurut anggota DPR, Greenspan kemudian menggunakan prestisenya untuk memastikan DPR benar-benar mengikuti. "Alan sangat dihormati," kata Jim Leach, seorang Republik asal Iowa yang memimpin Komisi Perbankan dan Keuangan DPR ketika itu. "Ini berada di wilayah kebijakan di luar keahlian anggota DPR."

Seiring pasar saham yang terus nanjak (bulish), menurut pandangan umum, masa-masa jaya ini disebabkan tangan dingin Greenspan di bank sentral.

"Anda akan dikenang sebagai Gubernur Fed Res yang paling hebat sepanjang sejarah," kata Phil Gramm, seorang Republik anggota DPD dari Texas yang menjabat Ketua Komisi Perbankan DPD, ketika Mr Greenspan hadir di DPD pada Februari 1999.

Rekam jejak dan rasa percaya diri Greenspan menguatkan reputasinya - ini memudahkannya mempengaruhi DPR untuk mencabut perundangan masa resesi (dibikin oleh administrasi FTR - Y Pan) yang memisahkan bank komersial dan bank investasi untuk menurunkan risiko keseluruhan dari sistem keuangan.

"Dia punya gaya bicara yang membuatmu berpikir bahwa dia tahu persis apa yang dibicarakannya pada setiap waktu," kata Senator Tom Harkin seorang Demokrat anggota DPD wakil dari Iowa. "Dia mampu bicara dengan cara sedemikian hingga orang-orang nggak mau mempertanyakan apapun, sepertinya dia tahu segala. Dia adalah Oracle. Siapa Anda yang dapat mempertanyakannya?"

Tahun 2000, Mr Harkin mengajukan pertanyaan apa yang bakal terjadi jika DPR mengurangi otoritas CFTC.

"Jika Anda mendapati hal tidak normal dan sesuatu di luar antisipasi kemudian terjadi, siapa yang akan mengambil tindakan?" tanya Harkin kepada Greenspan pada suatu dengar pendapat.

Bersambung ke bagian kesembilan. Lihat bagian ketujuh.
Lihat artikel asli.

Selengkapnya.....

Rabu, 15 Oktober 2008

Menggugat Warisan Greenspan 7

Ms Born menolak berkomentar (perihal penolakan Greenspan atas usulnya dulu - Y Pan). Mr Rubin (sebaliknya), sekarang eksekutif senior di Citigroup, berkomentar bahwa sebetulnya dia condong kepada regulasi - khususnya peningkatan dana cadangan kerugian - tapi saat itu dia menilai tidak mungkin baginya melakukan itu dalam posisi MenKeu.

"Semua tekanan di sistem mengarah pada penolakan regulasi," katanya. Industri keuangan sudah tentu menolak peningkatan regulasi. Sulit mendapatkan dukungan dari opini publik.

Mr Greenberger percaya iklim politik ketika itu dapat berubah seandainya Rubin terbuka meminta regulasi.

Awal 1998, wakil Rubin di DepKeu, Lawrence H. Summers, memanggil Born dan memojokkannya karena mengambil langkah yang dapat memicu krisis. Demikian menurut Greenberger. Ketika dikonfirmasi penulis, Mr Summers mengaku lupa percakapan tersebut tapi memang setuju dengan Greenspan dan Rubin bahwa usulan Ms Born "sangat bermasalah."

Pada 21 April 1998, para regulator sektor keuangan pemerintah pusat bertemu di ruang konferensi DepKeu untuk membahas usulan Ms Born. Baik Rubin maupun Greenspan mendesak Born untuk menimbang ulang, menurut Greenberger dan Levitt.

Ms Born pantang mundur. Pada 5 Juni 1998, Greenspan, Rubin, dan Levitt meminta DPR menghentikan Born hingga para regulator senior muncul dengan rekomendasi mereka. Mr Levitt sekarang menyesali keputusan itu. Mr Greenspan dan Mr Rubin "bersekongkol dalam masalah ini," katanya. Mereka memang sangat menolak usulan Born dan mempengaruhi saya bahwa ini dapat jadi chaos.

Segera kebenaran Born terbukti. Pada musim gugur 1998, perusahaan hedge fund Long Term Capital Management hampir kolaps, karena transaksi-transaksi derivatif bermasalah, di antara masalah lain. Lebih dari selusin bank mengumpulkan 3,6 miliar dollar untuk menyelamatkan LTCM (oleh swasta tapi, bukan pemerintah federal - Y Pan) dari kebangkrutan dan menghindarkan masalah susulan di perusahaan-perusahaan terkait.

Bersambung ke bagian kedelapan. Lihat bagian keenam.
Lihat artikel asli.

Selengkapnya.....

Menggugat Warisan Greenspan 6

"Nggak ada hal dalam regulasi yang dilakukan pemerintah per se yang membuatnya superior dibandingkan regulasi pasar sendiri." (Dalam buku The Age of Turbulence, Greenspan menulis supervisi yang paling efektif adalah supervisi yang dilakukan oleh counterpart, bukan oleh otoritas pemerintah - Y Pan.)

Greenspan memang memperingatkan bahwa derivatif dapat mem-besar-kan krisis karena derivatif menghubungkan nasib lembaga-lembaga yang nampaknya independen. "Justru efisiensi yang ditimbulkan derivatif menyebabkan, jika harus terjadi, krisis ditransmisikan atau menjalar dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi dan dengan tingkat bahaya yang lebih besar."

Beliau menambahkan, tapi, risiko di atas amat sangat jauh. Lagian risiko adalah bagian dari hidup. Begitulah.

Kemudian pada tahun itu juga, Mr Markey mengajukan rancangan undang-undang regulasi derivatif, tapi nggak pernah lolos.

Resistensi terhadap Peringatan

Pada tahun 1997, badan pengawas pasar komoditas berjangka Amerika mulai menjajaki kemungkinan regulasi derivatif. Badan dimaksud, waktu itu dipimpin oleh seorang pengacara bernama Brooksley E. Born, mengundang komentar tentang bagaimana sebaik-baiknya mengawasi instrumen derivatif tertentu.

Ms Born kuatir perdagangan yang tak terkendali dan sulit dimengerti dapat mengancam pasar kita (AS maksudnya - Y Pan) yang diregulasi atau bahkan ekonomi kita tanpa pihak berwenang tahu sama sekali. Demikian kesaksiannya di depan DPR. Dia menuntut dalam derajat yang lebih besar pengungkapan informasi transaksi (derivatif - Y Pan) dan pencadangan dana sebagai upaya berjaga-jaga dari kerugian.

Pendapat Ms Born mengundang penolakan amat sangat dari Greenspan dan Robert E. Rubin, waktu itu MenKeu. Pengacara-pengacara DepKeu menyimpulkan bahkan hanya mendiskusikan aturan baru sudah mengancam pasar derivatif. Greenspan mengingatkan terlalu banyak aturan dapat merusak Wall Street karena investor akan kabur ke luar negeri.

"Greenspan berkata ke Brooksley betapa nggak ngertinya wanita itu atas apa yang dilakukannya dan dia dapat menyebabkan krisis," berkata Michael Greenberger, dulu direktur senior di badan pengawas pasar komoditas. "Brooksley adalah wanita ini yang nggak gaul dengan orang-orang ini. Ada sedikit perasaan kalau dia bukan dari kalangan Wall Street."

Bersambung ke bagian ketujuh. Lihat bagian kelima.
Lihat artikel asli.

Selengkapnya.....

Selasa, 14 Oktober 2008

Menggugat Warisan Greenspan 5

"Usulan untuk mengadakan regulasi (terhadap derivatif - Y Pan), sekalipun minimalis, selalu ditolak oleh Greenspan dan pejabat tertentu di DepKeu," demikian kenang Alan S. Blinder, seorang mantan anggota DG Bank Sentral AS dan ekonom dari Princeton University. "Saya menilai bahwa beliau selalu menjadi pendukung setia derivatif."

Arthur Levitt Jr., seorang mantan Ketua Bapepam AS (SEC), mengatakan Greenspan menolak regulasi derivatif karena akan menjadi aib mendasar pemerintah.

Levitt lebih jauh mengatakan otoritas dan pengaruh Greenspan di sektor finansial global mendorong anggota legslatif, sebagai pembuat undang-undang, yang umumnya kurang paham mengenai sektor finansial untuk mengikuti saja pendapat beliau.

"Saya selalu merasa bahwa keangkuhan para legislator kita tidak ingin mengakui ketidakmampuannya dalam memahami konsep-konsep Greenspan," demikian Levitt. "Saya tidak pernah mendengar ada yang mengatakan, 'Apa sih maksud lo, Alan?'"

Ada sih, dalam jangka waktu teramat panjang, yang pernah mengajukan pertanyaan. Tahun 1992 Edward J. Markey, seorang demokrat dari Massachusetts yang mengetuai subkomisi telekomunikasi dan keuangan DPR, menanyakan apa yang perlu dipelajari otoritas berwenang (waktu itu The General Accounting Office) mengenai risiko-risiko derivatif.

Dua tahun kemudian otoritas akunting dimaksud menyampaikan laporan adanya celah dan kelemahan yang signifikan dalam pengawasan regulatori terhadap derivatif.

"Kegagalan mendadak atau penarikan besar-besaran dari perdagangan oleh salah satu perusahaan dealer besar dapat menyebabkan masalah likuiditas di pasar dan juga menyebarkan risiko ke pihak lain, termasuk bank-bank di bawah program penjaminan pemerintah federal dan sistem keuangan seluruhnya," Charles A. Bowsher, Ketua otoritas akunting, menjelaskan di hadapan Markey dan komisinya pada tahun 1994. "Untuk kasus tertentu, intervensi telah dan dapat berakhir dengan bailout yang dibayarkan untuk atau digaransi oleh pembayar pajak."

Dalam kesaksiannya pada waktu itu, Mr Greenspan meyakinkan kembali bahwa risiko-risiko di pasar keuangan, termasuk pasar derivatif, diatur oleh pihak-pihak swasta (pelaku pasar sendiri - Y Pan).

Bersambung ke bagian keenam. Lihat bagian keempat.
Lihat artikel asli.

Selengkapnya.....

Senin, 13 Oktober 2008

Menggugat Warisan Greenspan 4

... Keyakinan pada Sistem

"Kelihatannya berlebihan untuk membatasi transaksi (sebagian) derivatif yang baru-baru dan instrumen finansial inovatif lainnya dari dekade ini," begitu tulis Greenspan. "Kontrak yang paling buruk telah gagal (di pasar - Y Pan) dan investor tidak akan menggunakannya lagi di masa depan."

Dalam pidatonya di Georgetown, beliau tidak menyinggung regulasi sama sekali, sembari mengatakan krisis disebabkan kegagalan Wall Street untuk berperilaku dengan cara-cara terhormat.

"Dalam suatu sistem pasar yang berdasarkan kepercayaan (lihat ringkasan buku The Speed of Trust yang pernah saya tulis di blog ini - Y Pan), reputasi memiliki nilai ekonomi yang penting," kata Greenspan kepada audiens. "Oleh karena itu, saya sangat menyayangkan betapa kita telah begitu jauh membiarkan reputasi tak dihargai dalam tahun-tahun belakangan."

Sebagai Gubernur Fed Res bangkotan, Mr. Greenspan selalu menda'wahkan kekuatan pasar yang transenden yang mampu menciptakan kemakmuran (wealth-creating).

Sebagai penganut paham liberalisme (libertarianism), beliau menggunakan di antara pengaruh-pengaruh lainnya pengaruh seorang novelis Ayn Rand, yang menggambarkan kekuatan kolektif sebagai kekuatan jahat yang berhadapan dengan kekuatan kepentingan pribadi yang tercerahkan. Selanjutnya, beliau memiliki keyakinan sangat kuat bahwa pelaku pasar keuangan akan bertindak dengan cara yang bertanggung jawab.

Studi terhadap kebijakan Greenspan terhadap regulasi keuangan, khususnya derivatif, selama lebih dari dua dekade menunjukkan betapa beliau mempertaruhkan kondisi ekonomi negara berdasarkan keyakinan itu.

Ketika pasar derivatif mulai terbentuk di awal 1990-an dan pada tahun-tahun berikutnya, para kritikus menyampaikan kekuatiran tidak adanya aturan yang memaksa lembaga keuangan membuka informasi mengenai posisi mereka dan memaksa mereka mencadangkan dana untuk berjaga-jaga dari bermasalah.

Lagi-lagi, Mr. Greenspan yang disegani, dihormati, dan dijuluki Oracle menyatakan bahwa risiko dapat dikelola sendiri oleh pasar (tidak perlu diatur-atur maksudnya - Y Pan).

Bersambung ke bagian kelima. Lihat bagian ketiga.
Lihat artikel asli.

Selengkapnya.....

Minggu, 12 Oktober 2008

Menggugat Warisan Greenspan 3

Pada skala yang jauh lebih besar (daripada sekedar asuransi rumah dan kendaraan - Y Pan), kontrak-kontrak derivatif memungkinkan perusahaan keuangan dan korporasi mengambil risiko yang lebih kompleks yang tanpa asuransi akan mereka hindari - misalnya dengan memberikan lebih banyak KPR dan pinjaman korporasi. Selanjutnya kontrak derivatif dapat diperjualbelikan sehingga dapat membatasi risiko sendiri lebih jauh tapi sekaligus menyebarkan risiko tersebut ke pihak-pihak lain - menambah jumlah pihak yang terekspos sekiranya terjadi masalah.

Sepanjang 1990-an, sebagian pihak menilai derivatif semakin terhubung dan tergantung (seperti benang kusut atau jaringan kabel yang rumit - Y Pan) serta semakin tidak terduga risiko keamanannya sehingga perlu diawasi pemerintah agar sistem keuangan terlindungi. Dalam pertemuan-pertemuan dengan pihak pemerintah federal (pemerintah pusat AS - Y Pan), dalam atmosfir penuh kekaguman, Alan Greenspan meyakinkan bahwa Wall Street (pasar - Y Pan) dapat mengatur dirinya sendiri (ide klasik / neoklasik yang dihidupkan kembali oleh Ronald Reagan, Margareth Thatcher, dkk - Y Pan) sehingga pembatasan-pembatasan justru makin dihilangkan.

Sejak industri perumahan AS mulai kolaps, pendirian Greenspan telah diminta untuk direvisi. Para ekonom dari seluruh rentang spektrum ideologi mengkritisi beliau yang memilih kebijakan membiarkan (bahkan mendorong - Y Pan) booming perumahan terus berlanjut melalui kredit murah dan suku bunga rendah. Seharusnya sih beliau mengkoreksi harga melalui peningkatan suku bunga. Pihak lainnya mengkritisi beliau karena tidak mendisiplinkan lembaga-lembaga keuangan yang makin ngaco memberikan kredit.

Bagaimanapun sejarah mencatat kebijakan-kebijakan Greenspan di atas (mengenai suku bunga dan KPR yang lebih gampang dicerna - Y Pan), akhirnya peninggalan beliau bermuara pada 'binatang' yang lebih mendasar (sehingga bersifat laten, nggak mudah terlihat - Y Pan) akan tetapi tidak terlalu banyak disorot, yaitu derivatif.

Keyakinan pada Sistem

Beberapa analis berpendapat nggak fair menimpakan kesalahan pada Greenspan karena krisis ini tumbuh menyebar begitu luas. Pemikiran bahwa Greenspan dapat saja memilih kebijakan yang hasilnya berbeda sama sekali adalah naif. Begitu bela Robert E. Hall, seorang ekonom dari Hoover Institute yang berhaluan konservatif (seperti Alan Greenspan sendiri; lihat artikel yang pernah saya tulis berdasarkan buku Paul Krugman, The Conscience of a Liberal - Y Pan), sebuah kelompok riset di Stanford.

Greenspan sendiri menolak untuk diwawancarai oleh penulis. Juru bicaranya menyarankan agar penulis merujuk ke buku The Age of Turbulence, yang di dalamnya Greenspan menuliskan keyakinannya.

Bersambung ke bagian keempat. Lihat bagian kedua.
Lihat artikel asli.

Selengkapnya.....

Jumat, 10 Oktober 2008

Menggugat Warisan Greenspan 2

Masalahnya bukan karena kontrak derivatif gagal, tapi pelaku pasar yang tambah rakus. Kurangnya integritas menyebabkan krisis. Begitu argumen Alan Greenspan ketika memberikan pidato di Georgetown University baru-baru ini. Keandalan derivatif tidak dapat disejajarkan dengan keandalan pemenuhan resep dokter oleh apotik.

Argumen Greenspan di atas tidak sejalan dengan pendapat pakar lainnya yang juga 'menyalahkan' peran beliau dalam terjadinya krisis.

"Jelas sekali derivatif adalah pusat terjadinya krisis ini, dan beliau jelas pendukung utama deregulasi derivatif," kata Frank Partnoy, seorang profesor hukum dari University of San Diego dan juga pakar di bidang regulasi keuangan.

Pasar derivatif saat ini sebesar 531 triliun dolar, naik dari 106 triliun pada tahun 2002 dan dari hampir nggak ada hanya dua dekade yang lalu. Secara teori bertujuan membatasi risiko dan menghindari masalah finansial, derivatif malahan jadi sumber ketidakpastian dan penyebar risiko di tengah keraguan bagaimana perusahaan-perusahan menentukan nilainya.

Banyak ekonom mengatakan krisis dapat dihindari atau dipadamkan, seandainya Alan Greenspan mengambil tindakan yang berbeda selama dia menjabat Gubernur Bank Sentral, dari 1987 hingga 2006.

Selama tahun-tahun itu, Greenspan dipandang sangat membantu eksperimentasi yang dilakukan Amerika sehingga kekuatan pasar benar-benar bebas mengatur sistem keuangan. Sekarang Amerika merasakan akibatnya.

Derivatif diciptakan untuk mengurangi - atau menurut istilah Wall Street, to hedge - kerugian investasi. Contoh, dengan derivatif seorang pemberi piutang atau investor dapat memproteksi dirinya dari kerugian sekuritas KPR (jika para penerima KPR mengalami gagal bayar misalnya - Y Pan). (Nama derivatif berasal dari kenyataan bahwa nilai derivatif diturunkan / derives dari asset lain yang mendasarinya, seperti saham, surat berharga, dan komoditas) Banyak di antara kita sebetulnya memiliki derivatif yang sangat umum: asuransi rumah (atau asuransi kendaraan kalau di Indonesia - Y Pan).

Bersambung ke bagian ketiga. Lihat juga bagian pertama.
Lihat artikel asli.

Selengkapnya.....

Menggugat Warisan Greenspan 1

Saya menemukan artikel menarik di New York Times, dengan judul The Reckoning: Taking Hard New Look at a Greenspan Legacy. Berikut ini terjemahan (bebas) bagian pertamanya dari sepuluh bagian.

Bukan hanya lembaga-lembaga keuangan semakin kebal terhadap gejolak dari faktor-faktor risikonya, tapi sistem keuangan seluruhnya juga semakin kokoh - Alan Greenspan (2004).

George Soros (tahu kan?!) menghindari penggunaan kontrak keuangan yang populer disebut derivatif karena sebenarnya menurut beliau kita nggak tahu betul gimana sih kerjanya. Felix G. Rohatyn, seorang bankir investasi yang menyelamatkan New York dari bencana keuangan tahun 1970-an mengatakan derivatif berpotensi menjadi bom hidrogen yang dahsyat.

Dan Warren Buffet (tahu juga kan?!) lima tahun lalu mengatakan bahwa derivatif merupakan senjata keuangan pembunuh massal yang membawa bahaya yang walaupun laten tapi dapat sangat mematikan (lebih bahaya daripada senjata yang kelihatan dong - Y Pan).

Alkisah, kebalikannya, ada tokoh yang terkenal banget sebagai tokoh pembela dan pendukung derivatif. Pendapatnya sangat menentukan arah debat penggunaan dan regulasi instrumen keuangan ini, yang menjanjikan kepada investor risiko yang terbatas dan terkendali. Oleh karena sifat seperti asuransinya itu, derivatif mendorong investor melakukan transaksi-transaksi yang lebih berisiko (kan sudah dilindungi - Y Pan), yang pada gilirannya menggiring kepada krisis. Lebih dari satu dekade tokoh ini, yaitu Alan Greenspan, selalu sangat keberatan jika instrumen kesayangannya dipertanyakan oleh DPR maupun Wall Street. Dari pengalaman tahunan di pasar, kita dapati derivatif sangat efektif mentransfer risiko dari pihak yang tidak seharusnya menanggungnya ke pihak yang mau dan mampu menanggung risiko tersebut. Demikian kurang lebih penjelasan Greenspan di hadapan Komisi Perbankan DPD AS pada tahun 2003. Kami menilai akan salah kalau derivatif lebih jauh diregulasi. Demikian tambahan beliau (lihat juga ringkasan buku The Age of Turbulence yang pernah saya muat di blog ini - Y Pan).

Hari-hari ini, ketika cobaan ekonomi menekan dunia, Alan Greenspan tetap kukuh dengan keyakinannya, sembari mengatakan krisis finansial semacam ini hanya terjadi sekali dalam seabad.

Bersambung ke bagian kedua.
Lihat artikel asli.

Selengkapnya.....

addthis

Live Traffic Feed