Pidato SBY, Konflik PKB, dan Milad PKS
Tahun 2009 tidak begitu lama lagi. Banyak peristiwa politik yang dirancang dan terjadi hari-hari ini sebagai langkah persiapan. Pekan ini saja kita menyaksikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan pidato ke publik yang memang terkait dengan perkembangan krisis global (lihat artikel sebelumnya Krisis Ekonomi AS dan Global dan Adakah Harapan untuk Kita?) yang mulai berat menekan bangsa Indonesia. Namun demikian, ada yang berpendapat bahwa pidato tersebut bukan semata-mata merespon krisis, tetapi lebih ke langkah preemptive menjaga aura kepemimpinan. Ada juga Musyawarah Luar Biasa PKB yang menghadirkan konflik internal partai. Yang terjadi hari ini adalah peringatan milad PKS yang dipusatkan di Gelora Bung Karno.
Pidato Bapak Presiden beberapa hari lalu menurut hemat saya cukup bagus dan komprehensif. Dimulai dengan uraian fakta beberapa keberhasilan dalam beberapa aspek, Bapak Presiden kemudian menyampaikan dengan apa adanya tantangan berat yang menekan bangsa, krisis energi dan pangan secara global. Lalu beliau memberikan sinyal langkah-langkah yang akan diambil selanjutnya. Saya bukanlah pendukung SBY sebagai pribadi ataupun tokoh Partai Demokrat, akan tetapi menurut hemat saya siapa pun pengusung reformasi, perbaikan, harus didukung. Apakah itu Fauzi Bowo, Mochtar Mohammad, Ratu Atut, Bang Doel, ataupun Ahmad Heryawan, perlu kita dukung bersama dan perlu kita cegah dari melakukan kezoliman. Kalaupun ngotot dengan perusakan utamanya yang menyangkut kepentingan rakyat banyak, mereka harus dikoreksi menurut mekanisme yang ada, partai apapun pendukungnya. Selanjutnya, tidak keliru kita mendo'akan Bapak Presiden agar arif mengambil keputusan-keputusan selanjutnya.
Ada yang berspekulasi konflik PKB sengaja dibikin Gus Dur untuk menarik perhatian publik. Sebaliknya, saya menilai apa yang terjadi lebih berdampak negatif bagi citra PKB. Kita tentu masih ingat bagaimana Matori Abdul Jalil disingkirkan oleh elit lainnya. Secara kasat mata, kita dapat menilai adanya kepentingan parsial elemen-elemen elit. Sederhananya, kepentingan bersama yang seharusnya dikedepankan diletakkan setelah kepentingan kelompok elit. Memang secara ilmiah, dampak konflik PKB harus diteliti menggunakan metodologi yang memadai. Apa yang saya tulis di sini hanyalah opini pribadi yang bersifat intuitif. Namun demikian, agar ada dukungan terhadap opini ini, saya perlu mengemukakan pendapat office boy di kantor saya, yang bernama Syaiful. "Wah payah PKB," komentarnya tentu tidak jauh dari MLB yang diselenggarakan di Parung, Bogor, tempat tinggalnya. Waktu saya bilang, kalau begitu pilih yang yang nggak pecah dong, teman Syaiful menyebutkan satu partai yang tidak perlu saya tuliskan di sini. Bagaimanapun kita berharap konflik internal PKB dapat diselesaikan dengan cara-cara bermartabat. Hanya dengan cara itu, aktivis politik dapat memberikan pendidikan politik langsung ke konstituennya.
Berbeda dengan PKB yang menghadirkan konflik internal berpusat pada figur tertentu, PKS lebih mengedepankan program dan persatuan. Momentum keberhasilan PKS pada Pilkada Jabar dan Sumut terlebih lagi memberikan penguatan positif pada kesatuan partai tersebut. Sebagaimana liputan media-media TV hari ini pada acara milad partai tersebut, temanya adalah BANGKIT BERSAMA MEMBANGUN NEGERI. Tema kampanye HADE yang memang senada juga dikedepankan, yaitu BANGKITLAH NEGERIKU, HARAPAN ITU MASIH ADA. Ungkapan ini bahkan disebutkan juga oleh Presiden SBY pada kesempatan beliau menyampaikan kata sambutan pada acara milad PKS ke-10 tersebut. Tema PKS dipuji oleh SBY karena mengusung optimisme, yang pada pidato SBY sendiri, optimisme bangsa di tengah tekanan krisis global diserukan. Di sini kita melihat adanya kesamaan visi antara pemerintah dan PKS. Lebih lanjut SBY mengatakan pada sambutannya hendaknya optimisme bangsa tersebut tidak hanya terbatas di lingkungan PKS tapi semangatnya meluas ke seluruh negeri dan komponen bangsa. Terkait dengan tema kampanye ini, pada khutbah Jum'at di kantor beberapa waktu lalu, Ketua MPR HNW menyampaikan hal yang sama.
Memang seruan optimisme sangat mengena bagi rakyat yang terus didera kesulitan hidup. Syarat suksesnya adalah kredibilitas para penyeru. Artinya para penyeru tersebut harus konsisten kata dan laku. Mari kita tunggu apakah perolehan suara PKS akan meningkat pada 2009. Pengurus pusatnya sendiri menargetkan perolehan 20 persen. Saya melihatnya agak ambisius, mungkin 15 lebih moderat, tapi siapa tahu. Di pihak lain, partai-partai lain perlu berjaga-jaga, termasuk PKB. Black campaign terhadap PKS justru akan berdampak positif baginya. Cara seperti itu sudah harus ditinggalkan. Partai-partai perlu mengedepankan program nyata bagi konstituennya. Kalau perlu, belajarlah dari yang kelihatan lebih baik. Nggak ada kata terlambat untuk yang memiliki cita-cita mulia.
Minggu, 04 Mei 2008
Menyambut 2009
Label:
demokrasi-politik
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
addthis
Kategori
- bahasa-matematika (23)
- demokrasi-politik (51)
- ekonomi-bisnis (71)
- lebih personal (42)
- manajemen (111)
- nilai-nilai (137)
- review buku (68)
- sistem informasi (37)
3 komentar:
Bagaimana SOSOK harapan seorang Presiden ke depan menurut pak Aan?
menurut saya, intinya adalah dapat dipecaya oleh bangsa. Siapapun sosoknya dan dari partai apapun. Di tengah keringnya aura kepercayaan dalam iklim pergaulan bangsa, tokoh yang kredibel dan kapabel, yg juga berarti memiliki integritas dan kemampuan prima, diharapkan dapat menjadi sumber gelombang trust di antara kita!
jawabannya istilah pak rudy S, jawaban orang BI tidak tersusun dengan konsep dan metode, atau mekanisme...
Posting Komentar