Copy and Paste

Anda bebas mengambil content blog ini, tapi mohon sebutkan alamat blog ini dalam tulisan Anda.

You are free to copy the content of my blog. However, please let your readers know my blog as your source.

Minggu, 18 September 2011

Yuk Ngarang

Karena dunia tulis menulis adalah aktivitas berbahasa, kali ini saya coba membahas mengenai itu saja. Saya sering mengkhayal bagaimana caranya menjelaskan membuat karangan sebagai suatu proses mental. Penjelasan yang sederhana tapi mengena, mudah-mudahan, bisa mendorong siapa saja yang ingin menulis memulai keinginannya itu. Begini... Sesungguhnya karangan tidak lain adalah sekumpulan gagasan yang disusun sedemikian rupa melalui bab-bab, kemudian paragraf-paragraf, kalimat-kalimat, kata-kata, hingga ke huruf-hurufnya.

Nah, ketika membuat karangan, misalnya dalam bentuk essay satu atau dua halaman, kita bisa memulai dengan membuat kerangka karangan. Eh sebelumnya kita harus memikirkan topiknya. Setelah kerangkanya bagus, kita membuat topik-topik gagasan untuk tiap paragraf, yang semuanya mengalir menjadi suatu gagasan utuh sesuai dengan topik utama. Masing-masing topik paragraf itu sendiri kita buat menjadi suatu kalimat utama. Dulu waktu masih sekolah, kita diajarkan menempatkan kalimat utama di awal paragraf atau di akhirnya.

Selanjutnya, paragraf yang sudah kita tentukan kalimat utamanya kita kembangkan dengan menambahkan kalimat-kalimat pendukung. Bentuknya dapat berupa uraian atau deskripsi atau contoh-contoh yang mendukung gagasan kalimat utama. OK, sebelum kejauhan, saya stop aja di sini. Bagi Anda yang membutuhkan penjelasan lebih lengkap perihal tulis menulis dapat mencari di sumber lain. Di world wide web apa sih yang nggak bisa dicari? Saya ingin mengulasnya dari sisi yang lain.

Dulu sesudah kita lancar membaca dan mulai mengenal kata-kata, guru kita meminta kita untuk menyusun kalimat sempurna. Tidak cukup hanya menuliskan satu kata, kira-kira di kelas dua, kita sudah diberi tugas menyusun ulang kata-kata acak menjadi suatu kalimat sempurna. Di tahap inilah, proses mental kita seharusnya naik ke level baru. Mengapa? Satu kalimat sudah lengkap gagasannya. Ia bisa berdiri sendiri. Coba bandingkan.

Lapar… Saya lapar.
Ungu… Dia suka warna ungu.
Anak… Kalian adalah anak-anak yang baik.

Warna ungu membuat kalian menjadi anak-anak yang lapar!

Beda kan? Satu kata memang berarti. Seribu kata apalagi. Itulah yang pertama kali diajarkan Allah kepada Adam. Pengetahuannya tentang kata-kata itu yang membuatnya lebih mulia dari para malaikat. Tapi coba bandingkan kata-kata yang berserak dengan satu kalimat sempurna. You know what I mean, don’t you? Saya kira nggak perlu lagi uraian panjang lebar untuk menunjukkan tingginya kedudukan suatu kalimat.

Kembali ke khayalan saya, sebetulnya tulisan itu tidak lebih dari sebuah kalimat, Judul karangan, walaupun biasanya dituliskan dalam suatu frasa saja, sebetulnya mewakili sebuah kalimat. Satu karangan yang terdiri dari ratusan atau ribuan kalimat selalu bisa dimampatkan menjadi satu kalimat sempurna saja. Contoh yang diberikan Nassim Nicholas Taleb buat saya sangat menarik. Ilustrasinya agak sinis yang bernada kurang lebih sebagai berikut: biografi seorang CEO hebat setebal 500 halaman dapat diringkas menjadi “CEO anu adalah orang yang beruntung pada waktu dan tempat yang tepat dengan teman-teman yang tepat.”

Masih melanjutkan khayalan, suatu bab atau suatu paragraf selalu dapat dimampatkan menjadi satu kalimat sempurna saja. Ya iyalah. Satu buku aja bisa, apalagi hanya satu paragraph. Di sinilah saya ingin membuat satu argumen yang berat: pengetahuan kita tidak lain hanyalah SATU KALIMAT SAJA dengan pola SPOK: Saya hanya tahu sedikit saja! Atau: Segala sesuatu mempunyai hubungan dengan sesuatu yang lain! Atau: Hidup sungguh sangat singkat!

Memang SATU KALIMAT SAJA itu bisa dielaborasi menjadi satu set kalimat-kalimat, jutaan mungkin, dengan susunan tertentu. Kita bisa mengubah fokus perhatian kita, seperti mikroskop, sehingga kita bisa turun naik dari satu level ke level granularity lainnya. Berapa level? Banyaklah! Level paling detail misalnya sejuta kalimat. Level ringkasan pertama mungkin 100 ribu kalimat. Level ringkasan kedua mungkin 10 ribu kalimat. Demikian seterusnya diringkas-ringkas terus sampai jadi SATU KALIMAT SAJA.

Wah, wah, wah... Tulisan ini seharusnya belum berakhir, tapi koq rasanya sudah kepanjangan. Lain kali diterusin, insya Allah.

Selengkapnya.....

addthis

Live Traffic Feed