Copy and Paste

Anda bebas mengambil content blog ini, tapi mohon sebutkan alamat blog ini dalam tulisan Anda.

You are free to copy the content of my blog. However, please let your readers know my blog as your source.

Minggu, 18 September 2011

Yuk Ngarang

Karena dunia tulis menulis adalah aktivitas berbahasa, kali ini saya coba membahas mengenai itu saja. Saya sering mengkhayal bagaimana caranya menjelaskan membuat karangan sebagai suatu proses mental. Penjelasan yang sederhana tapi mengena, mudah-mudahan, bisa mendorong siapa saja yang ingin menulis memulai keinginannya itu. Begini... Sesungguhnya karangan tidak lain adalah sekumpulan gagasan yang disusun sedemikian rupa melalui bab-bab, kemudian paragraf-paragraf, kalimat-kalimat, kata-kata, hingga ke huruf-hurufnya.

Nah, ketika membuat karangan, misalnya dalam bentuk essay satu atau dua halaman, kita bisa memulai dengan membuat kerangka karangan. Eh sebelumnya kita harus memikirkan topiknya. Setelah kerangkanya bagus, kita membuat topik-topik gagasan untuk tiap paragraf, yang semuanya mengalir menjadi suatu gagasan utuh sesuai dengan topik utama. Masing-masing topik paragraf itu sendiri kita buat menjadi suatu kalimat utama. Dulu waktu masih sekolah, kita diajarkan menempatkan kalimat utama di awal paragraf atau di akhirnya.

Selanjutnya, paragraf yang sudah kita tentukan kalimat utamanya kita kembangkan dengan menambahkan kalimat-kalimat pendukung. Bentuknya dapat berupa uraian atau deskripsi atau contoh-contoh yang mendukung gagasan kalimat utama. OK, sebelum kejauhan, saya stop aja di sini. Bagi Anda yang membutuhkan penjelasan lebih lengkap perihal tulis menulis dapat mencari di sumber lain. Di world wide web apa sih yang nggak bisa dicari? Saya ingin mengulasnya dari sisi yang lain.

Dulu sesudah kita lancar membaca dan mulai mengenal kata-kata, guru kita meminta kita untuk menyusun kalimat sempurna. Tidak cukup hanya menuliskan satu kata, kira-kira di kelas dua, kita sudah diberi tugas menyusun ulang kata-kata acak menjadi suatu kalimat sempurna. Di tahap inilah, proses mental kita seharusnya naik ke level baru. Mengapa? Satu kalimat sudah lengkap gagasannya. Ia bisa berdiri sendiri. Coba bandingkan.

Lapar… Saya lapar.
Ungu… Dia suka warna ungu.
Anak… Kalian adalah anak-anak yang baik.

Warna ungu membuat kalian menjadi anak-anak yang lapar!

Beda kan? Satu kata memang berarti. Seribu kata apalagi. Itulah yang pertama kali diajarkan Allah kepada Adam. Pengetahuannya tentang kata-kata itu yang membuatnya lebih mulia dari para malaikat. Tapi coba bandingkan kata-kata yang berserak dengan satu kalimat sempurna. You know what I mean, don’t you? Saya kira nggak perlu lagi uraian panjang lebar untuk menunjukkan tingginya kedudukan suatu kalimat.

Kembali ke khayalan saya, sebetulnya tulisan itu tidak lebih dari sebuah kalimat, Judul karangan, walaupun biasanya dituliskan dalam suatu frasa saja, sebetulnya mewakili sebuah kalimat. Satu karangan yang terdiri dari ratusan atau ribuan kalimat selalu bisa dimampatkan menjadi satu kalimat sempurna saja. Contoh yang diberikan Nassim Nicholas Taleb buat saya sangat menarik. Ilustrasinya agak sinis yang bernada kurang lebih sebagai berikut: biografi seorang CEO hebat setebal 500 halaman dapat diringkas menjadi “CEO anu adalah orang yang beruntung pada waktu dan tempat yang tepat dengan teman-teman yang tepat.”

Masih melanjutkan khayalan, suatu bab atau suatu paragraf selalu dapat dimampatkan menjadi satu kalimat sempurna saja. Ya iyalah. Satu buku aja bisa, apalagi hanya satu paragraph. Di sinilah saya ingin membuat satu argumen yang berat: pengetahuan kita tidak lain hanyalah SATU KALIMAT SAJA dengan pola SPOK: Saya hanya tahu sedikit saja! Atau: Segala sesuatu mempunyai hubungan dengan sesuatu yang lain! Atau: Hidup sungguh sangat singkat!

Memang SATU KALIMAT SAJA itu bisa dielaborasi menjadi satu set kalimat-kalimat, jutaan mungkin, dengan susunan tertentu. Kita bisa mengubah fokus perhatian kita, seperti mikroskop, sehingga kita bisa turun naik dari satu level ke level granularity lainnya. Berapa level? Banyaklah! Level paling detail misalnya sejuta kalimat. Level ringkasan pertama mungkin 100 ribu kalimat. Level ringkasan kedua mungkin 10 ribu kalimat. Demikian seterusnya diringkas-ringkas terus sampai jadi SATU KALIMAT SAJA.

Wah, wah, wah... Tulisan ini seharusnya belum berakhir, tapi koq rasanya sudah kepanjangan. Lain kali diterusin, insya Allah.

Selengkapnya.....

Selasa, 30 Agustus 2011

Selamat Idul Fitri 1432H

Walaupun saya mengikuti keputusan pemerintah mengenai jatuhnya 1 Syawwal 1432H pada hari Rabu, 31 Agustus 2011, masih terdapat catatan kecil di lubuk hati paling dalam. Sebelum curhat dilanjutkan, saya ingin mengucapkan terlebih dahulu:

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1432H...
TaqobbalalLahu minna wa minkum...
Semoga Allah menerima amal dan tobat kita...
Mohon maaf lahir dan batin...



Nah, bagaimana kenyataan di lapangan. Kalender sudah jauh hari mengindikasikan hari raya jatuh pada tanggal 30 Agustus 2011. Kantor pemerintah sih sudah kosong sejak Senin, 29 Agustus. berbeda dengan kantor pemerintah, seandainya punya usaha, kita pasti seminimal mungkin tutup warung, iya kan? Kalau bisa, cukup tutup dua hari saja atau malah satu hari. Kemarin pas jalan ke ITC BSD, pas mau nyari hadiah buat sunatan Hanif, banyak toko mainan yang menyatakan libur dua hari, mengikuti kalender.

Sedih juga deh dengan realitas perbedaan hari raya yang sudah berlangsung dari tahun ke tahun dan mungkin masih akan terjadi bertahun-tahun ke depan. Buktinya toko mainan yang tutup itu aja. Cerminan kebingungan di akar rumput. Malah di berita, masyarakat miskin di Sulawesi kecewa karena sudah terlanjur menyiapkan hidangan lebaran buat hari Selasa dan tidak cukup punya uang untuk menyiapkan hari Rabunya. Komentar-komentar terhadap berita di media online juga sama saja. Walaupun ada yang cukup arif menyikapi perbedaan, banyak yang bingung dan menyalahkan elit pemerintah dan ormas Islam.

Ya udah deh... kata Rani, anak pertama kami... sabar aja, hidup penuh cobaan. Dan kalau kita melihat dari sudut pandang lain, situasi ini bisa aja justru membahagiakan. Setidaknya ada lelucon atau sindiran buat kita mentertawakan diri sendiri. Contoh sikap positif bisa dilihat pada foto di atas. Memang bukan dalam konteks perbedaan hari raya, tapi dalam konteks menghadirkan iklan yang berbeda dari kenyataan yang biasa-biasa saja. Pengumumannya begini:

Libur Makan Bebek
Mulai Senin, 29 Agustus 2011
Mulai Makan Bebek Lagi
Kamis, 5 September 2011

Kembali ke topik perbedaan hari raya, kepada elit pemerintah dan ormas Islam, walaupun harapannya tipis, saya berharap ke depan ada jalan keluar yang arif. Mungkin bisa dimulai dengan penentuan dateline penanggalan hijriyah. Bisa saja dateline hijriyah itu sama dengan dateline penanggalan masehi yang membelah globe tepat di kawasan yang populasinya sedikit, karena kondisi kawasan berupa samudera pasifik yang teramat luas. Barangkali ada hikmahnya Allah menciptakan bentuk daratan di muka bumi ini seperti bentuknya yang sekarang.

Mengapa kita nggak belajar dari kaum lain?

Selengkapnya.....

Minggu, 28 Agustus 2011

Menulis Lagi

Tahun ini kegiatan saya menulis sangat minimal. Mungkin karena waktu habis untuk aktivitas lain, seperti latihan catur. Alhamdulillah pada porsebi 2011 ini, tim kami mendapatkan emas. Buat saya sendiri, perak sudah pernah dapat, pada tahun pertama masuk kerja. Perunggu juga pernah didapat dua tahun lalu, ketika Pak Bahari mengajak saya kembali ke dunia catur. Sebelum pekan olah raga kali ini dimulai, saya sudah berniat berhenti dan kembali menekuni banyak hal lain yang sempat tertinggal, termasuk tulis menulis ini.

Beberapa waktu lalu saya makan siang bersama beberapa mahasiswa yang sedang praktek kerja di kantor. Di luar dugaan, seorang di antaranya menanyakan mengenai blog saya. Setahun lalu atau dua tahun lalu, saya selalu mempromosikan blog pribadi ini, tapi sekarang agak malu karena update-nya sangat jarang.

Sambil makan siang, di antara topik-topik lain, kami berdiskusi mengenai manfaat menulis. Saya memberi kuliah bahwa menulis itu berarti harus membaca. Itu yang pertama. Yang kedua saya sampaikan menulis adalah kegiatan mental yang jauh lebih aktif daripada sekedar membaca. Dengan menulis, kita dipaksa meng-organize gagasan dengan cara yang lebih baik. Di situlah proses pembelajaran terjadi di level yang lebih tinggi.

Setelah dipikir-pikir lagi… ah mungkin kuliah itu jadi nggak berarti kalau saya sendiri meninggalkannya. Ya sudah… mulai hari ini saya akan coba lagi aktif mengisi blog. Itu artinya harus lebih banyak buku yang dibaca. Banyak artikel yang dibaca. Banyak fenomena yang harus diamati dan dituliskan, kecuali fenomena politik yang membuat selera menulis hilang entah kemana.

Selengkapnya.....

Rabu, 11 Mei 2011

Ke(tidak)bijaksanaan Elit

Kayaknya para pengambil kebijakan nasional di sektor keuangan mesti hati-hati deh. Di Amerika, para pengambil kebijakan semasa Bush terus saja dituntut tanggung jawabnya atas resesi yang hingga saat ini belum berakhir. Contohnya adalah seperti yang ditulis oleh Paul Krugman berikut ini.

Bukan tidak mungkin muncul banyak Krugman Indonesia yang punya legitimasi akademis untuk memberikan kritisi-kritisi yang amat berat bobotnya. Iya sih, Krugman adalah seorang "liberal" yang suka atau tidak suka sering dikaitkan dengan Partai Demokrat yang berseberangan secara ideologis dengan GOP (Partai Republik) yang "konservatif" tapi sejatinya sangat liberal menurut bahasa kita. Anyway, saran saya untuk para pengambil kebijakan nasional agar jangan cuma asal ikut-ikutan arus dengan alasan konvergensi hukum global. Toh, di sono para pengambil kebijakan mulai dicap tidak bijak.


Terjemahan
The Unwisdom of Elites
By PAUL KRUGMAN
Published: May 8, 2011 at NYTimes

Tiga tahun terakhir telah menjadi bencana bagi hampir semua perekonomian barat. AS memiliki tingkat pengangguran jangka panjang tertinggi untuk pertama kalinya sejak tahun 1930-an. Sementara itu, mata uang tunggal Eropa sedang tercabik-cabik di negara-negara anggotanya. Bagaimana semuanya bisa jadi begitu salah?

Apa yang makin sering kita dengar dari anggota elit pembuat kebijakan – yaitu orang-orang yang menilai diri bijaksana, para pejabat, dan pakar-pakar terkemuka – adalah klaim bencana itu sebagian besar akibat kesalahan publik. Idenya adalah bahwa kita masuk ke dalam kekacauan ini karena pemilih menginginkan sesuatu serba gratis, dan politisi yang berpikiran pendek mengakomodasi kebodohan pemilih.

Nah, sepertinya inilah saat yang tepat untuk menunjukkan bahwa pandangan yang menyalahkan publik tersebut tidak hanya cenderung egois, tapi benar-benar salah.

Kenyataannya adalah apa yang kita alami sekarang adalah suatu bencana dari orang atas, top down. Kebijakan-kebijakan yang membuat kita jatuh dalam kekacauan ini bukan merupakan respon terhadap kebutuhan masyarakat. Kebijakan-kebijakan itu, dengan beberapa pengecualian, diusung oleh kelompok-kelompok kecil orang berpengaruh. Dalam banyak kasus, mereka adalah orang yang sekarang menceramahi kita semua agar serius. Dan dengan berusaha untuk menyalahkan masyarakat umum, para elit menghindari refleksi yang justru dibutuhkan terhadap kesalahan mereka sendiri.

Izinkan saya fokus terutama pada apa yang telah terjadi di AS, dan kemudian sedikit berpendapat tentang Eropa.

Hari-hari ini warga Amerika dicekoki ceramah terus menerus tentang perlunya mengurangi defisit anggaran. Fokus pada pengurangan defisit tersebut sebetulnya merupakan prioritas yang keliru, karena concern jangka pendek kita saat ini mestinya pada pembukaan lapangan kerja. Tapi anggaplah kita diwajibkan fokus pada defisit tersebut dan bertanya: Apa yang terjadi dengan surplus anggaran yang dimiliki pemerintah federal pada tahun 2000?

Jawabannya ada tiga hal utama. Pertama adalah pemotongan pajak Bush, yang membebani sekitar $2 triliun utang nasional selama satu dekade terakhir. Kedua adalah perang di Irak dan Afghanistan, yang menambahkan kurang lebih $1,1 triliun utang tambahan. Dan ketiga adalah resesi ekonomi, the Great Recession, yang menyebabkan tidak hanya jatuhnya pendapatan tetapi juga naiknya pengeluaran secara tajam untuk program asuransi pengangguran dan jaring pengaman.

Jadi, siapa yang bertanggung jawab atas masalah anggaran ini? Pastinya bukan orang kebanyakan di jalanan.

Presiden George W Bush memotong pajak demi ideologi partainya, bukan demi memenuhi sentimen tuntutan masyarakat – dan gelondongan besar dari potongan tersebut dinikmati oleh segelintir minoritas yang super kaya.

Demikian pula, Bush memilih untuk menyerang Irak hanya karena alasan ia dan penasihatnya ingin melakukan itu, bukan karena rakyat Amerika menuntut perang melawan rezim yang tidak ada hubungannya dengan 9/11. Bahkan dibutuhkan sebuah kampanye yang sangat menipu untuk mendapatkan dukungan rakyat Amerika terhadap invasi, dan meskipun begitu, pemilih tidak pernah bulat mendukung perang.

Akhirnya, resesi didatangkan oleh sektor keuangan yang tak terkendali, akibat deregulasi yang sembrono. Dan siapa yang bertanggung jawab atas deregulasi itu? Orang-orang kuat di Washington yang memiliki hubungan dekat dengan industri keuangan. Izinkan saya memberikan sapaan-teriakan spesial untuk Alan Greenspan, yang memainkan peran penting dalam deregulasi keuangan dan pelolosan program pemotongan pajak Bush – dan beliau kini, tentu saja, di antara orang-orang yang mengintimidasi kita tentang defisit.

Jadi judgment yang buruk dari elit lah yang menyebabkan defisit Amerika. Bukan keserakahan orang-orang biasa! Dan situasinya amat mirip untuk kasus krisis Eropa.

Tak usah dikatakan bahwa bukan seperti itu yang Anda dengar dari para pembuat kebijakan Eropa. Penjelasan resmi di Eropa adalah bahwa pemerintah dari negara-negara yang bermasalah terlalu condong berpihak pada rakyat, terlalu banyak janji kepada para pemilih sembari mengumpulkan terlalu sedikit pajak. Dan itu adalah, sejujurnya, penjelasan yang cukup akurat untuk Yunani. Tetapi berbeda sekali dengan apa yang terjadi di Irlandia dan Spanyol, yang masing-masing memiliki hutang yang rendah sekaligus surplus anggaran tepat sebelum krisis.

Kisah sesungguhnya dari krisis Eropa adalah bahwa para pemimpin menciptakan mata uang tunggal, euro, tanpa menciptakan lembaga-lembaga yang dibutuhkan untuk mengatasi siklus boom and bust di dalam wilayah euro. Dan desakan mata uang tunggal Eropa sebenarnya merupakan proyek top-down, suatu visi elit yang dipaksakan kepada pemilih yang sebetulnya sangat menolak.

Hm, apakah semua ini penting? Mengapa kita harus peduli terhadap upaya menimpakan kesalahan kebijakan pada masyarakat umum.

Jawabnya sederhana: akuntabilitas. Orang-orang yang menganjurkan kebijakan defisit anggaran selama periode Bush seharusnya saat ini tidak boleh menjadi kritikus defisit. Orang-orang yang memuji-muji Irlandia (rasanya Prof Krugman memasukkan Thomas L Friedman dalam kategori ini hehe – Y Pan) sebagai model percontohan seharusnya tidak boleh menguliahi kita tentang pemerintah yang bertanggung jawab.

Akan tetapi, jawaban hakikinya adalah dengan mengarang cerita tentang nasib buruk yang sedang kita alami, sambil memberikan pemutihan ke orang yang bertanggung jawab, kita membuang kesempatan untuk belajar dari krisis. Kita perlu menimpakan kesalahan ke orang yang memang bertanggung jawab, untuk mengkoreksi mereka. Jika tidak demikian, mereka akan membuat lebih banyak kerusakan di masa yang akan datang.

Selengkapnya.....

Jumat, 29 April 2011

Muqaddimah: Diskusi Pendahuluan Pertama

Oleh: Ibn Khaldun

Organisasi sosial adalah suatu kebutuhan. Filsuf mengungkapkan fakta ini dengan mengatakan: "Manusia itu politis secara alami". Artinya dia tidak bisa apa-apa tanpa organisasi sosial yang diistilahkan secara teknis oleh filsuf dengan "kota" (polis).

Inilah arti peradaban. Karakter manusia terhadap organisasi sosial atau peradaban dijelaskan oleh fakta bahwa Allah menciptakan dan menyempurnakan manunisa dalam bentuk yang dapat hidup dan bertahan hanya dengan bantuan makanan. Dia membimbing manusia kepada dorongan alami terhadap makanan dan menanamkan dalam dirinya kekuatan yang memungkinkannya untuk memperoleh makanan.

Namun, kekuatan individual semata tidak cukup bagi seorang manusia untuk mendapatkan makanan. Artinya kekuatan individualnya itu tidak mampu memberikan makanan yang memadai yang dia butuhkan untuk hidup. Bahkan untuk batas absolut minimum, yaitu makanan yang cukup untuk satu hari, misalnya sedikit gandum, jumlah makanan tersebut dapat diperoleh hanya dengan proses-proses seperti menggiling, mengadon, dan memanggang. Masing-masing proses tersebut membutuhkan alat-alat yang tersedia hanya dengan bantuan pandai besi, tukang kayu, dan pengrajin keramik. Kalaupun kita beranggapan bahwa manusia bisa makan biji gandum yang tidak diolah, sejumlah besar operasi tetap diperlukan untuk memperoleh gandum: menabur, menuai, dan menggilingnya untuk memisahkan gandum dari batangnya. Setiap operasi memerlukan sejumlah alat dan lebih banyak keahlian dari yang telah disebutkan di atas. Hal ini di luar kemampuan seseorang untuk melakukan semuanya sendirian, atau bahkan sebagiannya saja. Jadi, ia tidak dapat melakukannya tanpa kekuatan gabungan dari sesama, jika ia berniat mendapatkan makanan bagi dirinya dan bagi mereka. Melalui kerjasama, kebutuhan sejumlah orang jauh lebih banyak daripada jumlah mereka sendiri dapat dipenuhi.

Demikian juga, setiap individu membutuhkan bantuan orang lain untuk pertahanan hidup. Ketika Allah menyempurnakan kodrat semua makhluk hidup dan membagi-bagi kekuatan di antara mereka, binatang diberikan kekuatan yang lebih sempurna daripada manusia. Kekuatan kuda, misalnya, jauh lebih besar dari kekuatan manusia, dan begitu juga kekuatan seekor keledai atau lembu. Kekuatan singa atau gajah berkali-kali lebih besar dari kekuatan manusia.

Agresivitas adalah sifat makhluk hidup. Oleh karena itu, Allah memberi mereka masing-masing anggota tubuh khusus untuk pertahanan menghadapi serangan. Bagi manusia, sebaliknya, Dia menganugerahkan kemampuan berpikir dan sepasang tangan. Dengan kemampuan berpikir, tangan mampu membuat peralatan. Peralatan, pada gilirannya, digunakan sebagai instrumen untuk melayani manusia, sebagai ganti kaki (dan cakar) yang digunakan hewan untuk pertahanan. Tombak, misalnya, mengambil peran tanduk untuk menanduk, pedang mengambil peran cakar untuk melukai, perisai mengambil peran kulit tebal, dan sebagainya. Masih banyak hal-hal lain seperti itu. Semuanya disebutkan oleh Galen di De usu partium.

Kekuatan seorang manusia memang tidak sebanding dengan kekuatan binatang liar, apalagi kekuatan hewan pemangsa. Manusia umumnya tidak bisa mempertahankan diri melawan mereka sendirian. Tidak juga kekuatan individualnya cukup walaupun sudah dengan menggunakan peralatan pertahanan yang ada, karena peralatan itu begitu banyak dan butuh banyak keahlian dan tetek bengek lainnya. Oleh karena itu mutlak diperlukan kerjasama sesama manusia. Selama tidak ada kerjasama, ia tidak akan mampu mendapatkan makanan atau nutrisi pertumbuhan, dan kehidupan tidak bisa terwujud baginya, karena Allah telah menciptakannya sedemikian rupa sehingga ia harus makan untuk hidup. Tidak juga, tanpa senjata, ia dapat membela diri. Dengan demikian, ia menjadi mangsa hewan dan mati jauh sebelum waktunya. Dalam keadaan ini, spesies manusia akan punah. Ketika, sebaliknya, ada kerjasama timbal-balik, manusia dapat memperoleh makanan sebagai nutrisi dan senjata untuk pertahanan. Maka rencana Allah yang Bijaksana – bahwa ras manusia harus bertahan dan manusia sebagai spesies tetap terjaga – akan terpenuhi.

Akibatnya, organisasi sosial menjadi keperluan spesies manusia. Tanpa itu, eksistensi manusia tidak akan lengkap. Keinginan Tuhan untuk menyempurnakan dunia dengan makhluk manusia dan untuk menjadikan mereka sebagai wakil-Nya di bumi tidak dapat terealisasi. Inilah arti peradaban, subyek ilmu pengetahuan yang sedang didiskusikan.

Penjelasan panjang lebar di atas secara alami telah menetapkan keberadaan obyek pembahasan dalam bidang ilmu tentang peradaban. Seorang sarjana dalam disiplin tertentu sebenarnya tidak wajib memberikan penjelasan keberadaan obyek bahasan tersebut, karena secara logis sudah jamak diterima bahwa seorang peneliti ilmu tertentu tidak harus membentuk fondasi keberadaan obyek pembahasan dalam bidang ilmu tersebut. Dari sisi lain, para ahli logika tidak menganggap bahwa melakukannya adalah suatu yang terlarang. Ini adalah kontribusi sukarela.

Tuhan dengan Rahmat-Nya memberikan kesuksesan.

Ketika manusia telah membentuk organisasi sosial, seperti yang dijelaskan di atas, dan ketika peradaban telah menjadi kenyataan, masyarakat membutuhkan seseorang untuk memegang kendali dan menjaga hubungan antar individu, karena adanya sifat binatang berupa agresi dan ketidakadilan di dalam diri manusia. Senjata yang dibuat dalam rangka pertahanan manusia dari binatang agresif tidak cukup untuk menahan agresi manusia terhadap manusia lainnya, karena masing-masing dari mereka memiliki senjata tersebut. Makanya diperlukan sesuatu yang lain sebagai instrumen pertahanan agresi manusia terhadap satu sama lain. Dia tidak bisa datang dari luar, karena kemampuan semua binatang lain jauh lebih rendah dari persepsi dan inspirasi manusia. Orang yang memegang kendali dalam masyarakat, oleh karena itu, haruslah salah satu dari mereka sendiri. Dia harus mendominasi dan memegang kuasa dan otoritas atas mereka, sehingga tidak satupun dari mereka dapat menyerang yang lain. Inilah arti dari otoritas kekuasaan.

Dengan demikian, menjadi jelas bahwa otoritas kekuasaan adalah kualitas alami manusia yang mutlak diperlukan bagi umat manusia. Filsuf menyebutkan bahwa otoritas kekuasaan juga ada pada beberapa hewan tertentu seperti lebah dan belalang. Seorang peneliti mengamati di antara mereka adanya otoritas dan ketaatan kepada pemimpin. Mereka mengikuti salah satu dari mereka yang dijadikan sebagai pemimpin berdasarkan tubuh dan karakteristik alamiahnya. Namun, di luar manusia, otoritas kekuasaan itu muncul semata dari hukum alam dan ilham ilahiyah, dan bukan hasil dari kemampuan berpikir atau mengelola. "Dia memberi segala sesuatu kodrat atau karakteristik alamiahnya dan kemudian membimbingnya."

Para filsuf melangkah lebih jauh. Mereka berusaha untuk memberikan bukti logis dari adanya nubuah (kenabian) dan menunjukkan nubuah itu merupakan kualitas alami manusia. Dalam hal ini, mereka membawa argumen kepada konsekuensi akhirnya dan mengatakan bahwa manusia benar-benar membutuhkan otoritas kekuasaan untuk mengendalikan masyarakat. Mereka kemudian mengatakan bahwa kekuasaan pengendali ada melalui hukum agama yang ditetapkan oleh Allah dan disampaikan kepada umat manusia oleh seorang manusia. Manusia spesial ini dibedakan dari manusia lainnya dengan kualitas khusus bimbingan ilahi yang Allah berikan padanya, sehingga ia mendapati yang lain tunduk kepadanya dan siap menerima apa yang dia katakan. Akhirnya, otoritas kekuasaan di antara mereka dan atas mereka menjadi kenyataan tanpa sedikitpun penyangkalan atau perbedaan pendapat.

Proposisi terakhir dari sebagian filsuf di atas tidak cukup logis, seperti dapat kita lihat. Keberadaan dan kehidupan manusia dapat diwujudkan tanpa adanya kenabian melalui perintah-perintah yang dirancang oleh seseorang pemegang otoritas atau dengan bantuan sentimen kelompok yang memungkinkannya untuk memaksa orang lain untuk mengikuti ke mana ia ingin pergi. Orang yang memegang kitab ilahiyah dan mereka yang mengikuti nabi hanya sedikit dibandingkan dengan semua kelompok masyarakat lain yang tidak memiliki kitab wahyu. Yang terakhir ini merupakan mayoritas masyarakat dunia. Namun, mereka juga memiliki raja-raja dan monumen, belum lagi kehidupan itu sendiri. Mereka masih memiliki raja-raja dan monumen tersebut pada saat ini di daerah utara dan selatan. Hal ini sangat kontras dengan kehidupan manusia di negara anarki, tanpa satu pemegang otoritas pengendali. Proposisi tersebut sungguh tidak mungkin.

Ini menunjukkan bahwa para filsuf telah keliru ketika mereka menganggap bahwa kenabian ada karena kebutuhan. Keberadaan nubuah tidak terikat dengan logika. Karakteristiknya ditunjukkan oleh hukum agama, seperti keyakinan kaum Muslimin awal.

Allah memberikan kesuksesan dan bimbingan.

Selengkapnya.....

Jumat, 18 Maret 2011

Pasukan Pengacara Digantikan Software

SMARTER THAN YOU THINK
Armies of Expensive Lawyers, Replaced by Cheaper Software
By JOHN MARKOFF
Published (in the NY Times): March 4, 2011

Ketika lima studio TV tersangkut dalam gugatan anti-monopoli Departemen Kehakiman terhadap CBS, biaya yang keluar sangat besar. Sebagai bagian dari tugas yang agak nggak jelas berupa “penemuan” atau “penggalian” – untuk menyediakan dokumen yang relevan dengan gugatan – studio-studio itu memeriksa enam juta dokumen dengan biaya lebih dari $2,2 juta sebagian besar untuk membayar sekelompok pengacara dan asistennya yang bekerja selama berbulan-bulan dengan tarif tinggi per jam.

Tapi itu terjadi pada tahun 1978. Sekarang, berkat kemajuan dalam kecerdasan buatan (artificial intelligence), software e-discovery dapat menganalisis dokumen dalam waktu jauh lebih singkat dengan biaya yang jauh lebih murah. Pada bulan Januari, misalnya, Blackstone Discovery di Palo Alto, California, membantu menganalisis 1,5 juta dokumen dengan biaya kurang dari $100.000.

Beberapa program bahkan melampaui lebih dari hanya menemukan dokumen yang relevan dengan cepat. Mereka dapat mengekstrak konsep-konsep yang relevan bahkan tanpa terminologi khusus, dan menyimpulkan pola perilaku yang dapat meringankan tugas para pengacara dalam memeriksa jutaan dokumen.

"Dari sudut pandang tenaga kerja bidang hukum, itu berarti banyak orang yang dulu dialokasikan untuk meninjau dokumen tidak diperlukan lagi," kata Bill Herr, yang sebagai pengacara di sebuah perusahaan kimia besar biasa mengumpulkan pengacara dalam auditorium untuk membaca dokumen selama berminggu-minggu di akhir pekan. "Orang-orang bisa kelelahan, orang mengalami sakit kepala. Komputer tidak."

Komputer semakin baik dalam meniru penalaran manusia – seperti penonton “Jeopardy!” temukan ketika menyaksikan Watson mengalahkan musuh manusianya – dan mereka mengambil alih pekerjaan yang dulu dilakukan oleh orang-orang dalam profesi bergaji tinggi. Jumlah desainer chip komputer, misalnya, secara signifikan telah mengalami stagnasi sejak program perangkat lunak digunakan untuk menggantikan kerja yang dilakukan oleh sepasukan desainer.

Perangkat lunak juga mulai merambah ke wilayah eksklusif para pengambil keputusan, seperti konsultan pinjaman dan KPR dan akuntan pajak.

Bentuk-bentuk baru dari otomatisasi telah mengembalikan perdebatan hangat tentang konsekuensi ekonomi dari kemajuan teknologi.

David H. Autor, profesor ekonomi di Massachusetts Institute of Technology, mengatakan ekonomi Amerika Serikat sedang mengalami fenomena "kekopongan" ("hollowed out"). Pekerjaan baru, katanya, terisi pada bagian bawah piramida kerja, di tengah-tengah hilang karena otomatisasi dan outsourcing, dan sekarang pertumbuhan kerja di bagian atas melambat karena otomatisasi.

"Tidak ada alasan untuk menyimpulkan bahwa teknologi menciptakan pengangguran," kata Profesor Autor. "Dalam jangka panjang kita selalu dapat menemukan pekerjaan untuk orang lakukan. Namun, masalahnya, apakah perubahan teknologi selalu mengarah ke pekerjaan yang lebih baik? Sayang jawabannya tidak."

Otomasi pekerjaan di bagian atas piramida mengalami percepatan karena kemajuan ilmu komputer dan linguistik. Baru-baru ini saja para peneliti dapat menguji dan menyempurnakan algoritma untuk sampel data yang besar, termasuk gunungan e-mail dari Enron Corporation.

"Dampak ekonominya akan sangat besar," kata Tom Mitchell, ketua departemen pembelajaran mesin (machine learning, cabang artificial intelligence) di Carnegie Mellon University di Pittsburgh. "Kita berada pada awal periode 10-tahun di mana kita akan mewujudkan transisi dari komputer yang tidak mengerti bahasa ke situasi di mana komputer dapat mengerti sedikit tentang bahasa."

Perkembangan ini paling tampak jelas di dunia hukum.

Teknologi e-discopvery umumnya dapat dibagi ke dalam dua kategori besar yang dapat digambarkan sebagai "linguistik" dan "sosiologis."

Pendekatan linguistik yang paling mendasar menggunakan kata-kata pencarian yang spesifik untuk mencari dan mengurutkan dokumen-dokumen yang relevan. Program yang lebih canggih menyaring dokumen melalui jaringan definisi kata-kata dan frase. Seorang pengguna yang mengetik "anjing" juga akan menemukan dokumen yang menyebutkan "teman terbaik manusia" dan bahkan gagasan "berjalan" (dalam kultur barat, anjing memang biasa dianggap sebagai "teman terbaik manusia" dan mesti diajak ”jalan” sekali waktu - Y Pan).

Di atasnya, pendekatan sosiologis menambahkan suatu lapisan analisis inferensial, meniru kekuatan deduktif seorang Sherlock Holmes. Insinyur dan ahli bahasa di Cataphora, perusahaan skrining informasi yang berbasis di Silicon Valley, membuat software yang dapat menggali (mining) dokumen terkait kegiatan dan interaksi orang-orang – siapa yang melakukan apa kapan, dan siapa berbicara dengan siapa. Perangkat lunak tersebut memvisualisasikan rangkaian peristiwa. Ia mengidentifikasi diskusi yang telah terjadi melalui email, pesan instan, dan telepon.

Kemudian komputer menerkam, ibaratnya, untuk menangkap "anomali digital" yang sering diciptakan penjahat kerah putih dalam usaha menyembunyikan aktivitas mereka.

Sebagai contoh, ia dapat menemukan momen "telepon saya" – insiden ketika pegawai memutuskan untuk menyembunyikan tindakan tertentu dengan memulai percakapan pribadi. Biasanya ini melibatkan perubahan media, mungkin dari percakapan email ke pesan singkat, telepon, atau bahkan tatap muka.

"Ia tidak menggunakan kata kunci sama sekali," kata Elizabeth Charnock, pendiri Cataphora. "Tapi ia adalah sarana untuk menunjukkan siapa yang membocorkan informasi, siapa yang berpengaruh dalam organisasi, atau kapan sebuah dokumen sensitif seperti laporan ke SEC sedang diedit dalam frekuensi yang tidak wajar oleh tipe atau jumlah orang yang tidak biasa."

Software Cataphora juga mampu mengenali sentimen dalam sebuah e-mail – apakah seseorang positif atau negatif. Ia juga dapat mengidentifikasi yang disebut "berbicara lantang" – sebuah penekanan yang tidak biasa yang mungkin memberikan indikasi bahwa dokumen tersebut mencerminkan situasi stres. Perangkat lunak ini juga dapat mendeteksi perubahan halus dalam gaya komunikasi e-mail.

Sebuah perubahan gaya penulisan email, dari santai tiba-tiba menjadi formal, dapat menyalakan sinyal adanya kegiatan yang tidak legal.

"Anda cenderung untuk memisahkan lebih sedikit infinitif ketika Anda berpikir FBI mungkin membaca surat Anda," kata Steve Roberts, CTO Cataphora.

Perusahaan e-discovery lain di Silicon Valley, Clearwell, telah mengembangkan perangkat lunak yang menganalisis dokumen untuk menemukan konsep, lebih dari sekedar kata kunci tertentu, yang dapat mempersingkat waktu untuk menemukan materi yang relevan dalam gugatan hukum.

Tahun lalu, perangkat lunak Clearwell digunakan oleh konsultan hukum DLA Piper untuk mencari di antara setengah juta dokumen dalam batas waktu satu minggu yang ditetapkan pengadilan. Software Clearwell menganalisa dan mensortir 570 ribu dokumen (setiap dokumen dapat terdiri dari banyak halaman) dalam dua hari. Firma hukum Piper menggunakan hanya satu hari lagi untuk mengidentifikasi 3070 dokumen yang relevan dengan pengadilan.

Perangkat lunak Clearwell menggunakan analisa bahasa dan cara visual yang mewakili konsep-konsep umum dalam dokumen yang memungkinkan satu saja pengacara melakukan pekerjaan yang sebelumnya mungkin dilakukan ratusan.

"Masalahnya di sini adalah beban jumlah informasi yang berlebihan," kata Aaref A. Hilaly, CEO Clearwell. "Bagaimana caranya Anda mendalami hanya dokumen atau fakta tertentu yang relevan dengan permasalahan? Ini bukan soal pencarian, tapi ini tentang penyaringan atau skrining, dan itulah kekuatan perangkat lunak e-discovery."

Untuk Neil Fraser, seorang pengacara di Milberg, sebuah firma hukum berbasis di New York, perangkat lunak Cataphora memungkinkannya lebih memahami cara kerja internal perusahaan yang sedang ia gugat, terutama ketika para pembuat keputusan yang sebenarnya tersembunyi dari sorotan.

Ia mengatakan perangkat lunak ini memungkinkannya menemukan mantan Prajurit Wintergreens dalam suatu organisasi – sebuah sosok pegawai rendahan dalam novel "Catch-22" yang memegang kuasa yang besar karena mendistribusikan surat ke para jenderal dan mampu menahan atau mengirimkannya sesuai pertimbangannya sendiri.

Alat seperti software di atas berhutang budi kepada sumber yang mungkin tidak pantas, yaitu database email peninggalan Enron (Enron Corpus).

Pada bulan Oktober 2003, Andrew McCallum, seorang ilmuwan komputer di University of Massachusetts, Amherst, membaca bahwa pemerintah federal memiliki koleksi lebih dari lima juta pesan dari penuntutan Enron.

Dia membeli satu salinan database tersebut senilai $10.000 dan membuatnya bebas tersedia untuk para peneliti akademis dan korporasi. Sejak itu, ia telah menjadi dasar ilmu pengetahuan baru – nilainya luar biasa hingga saat ini, mengingat kendala batasan privasi biasanya membuat koleksi-koleksi e-mail seperti ini tak terjangkau. "Itu membuat perbedaan besar dalam komunitas riset," kata Dr McCallum.

Enron Corpus telah menyebabkan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana bahasa digunakan dan bagaimana jaringan sosial berfungsi, dan ia telah menyempurnakan upaya pengungkapan kelompok-kelompok sosial berdasarkan komunikasi email.

Sekarang perangkat lunak kecerdasan buatan (artificial intelligence) telah mendapatkan tempatnya di meja negosiasi (dulu janji kehebatannya sudah begitu, tapi kayaknya sekarang udah mulai bener-bener terwujud - Y Pan).

Dua bulan yang lalu, Autonomy, sebuah perusahaan e-discovery yang berbasis di Inggris, bekerja sama dengan pengacara pembela dalam suatu gugatan terhadap sebuah perusahaan minyak dan gas terkenal. Para penggugat datang dalam negosiasi praperadilan dengan daftar kata yang dimaksudkan untuk membantu memilih dokumen yang akan digunakan dalam pengadilan.

"Para penggugat sebelumnya telah meminta 500 kata kunci untuk pencarian," kata Mike Sullivan, CEO Autonomy Protect, salah satu divisi Autonomy.

Sebagai tanggapan, para pembela menggunakan kata-kata itu untuk menganalisis dokumen mereka sendiri selama perundingan, dan hasilnya membantu mereka lebih efektif dalam bernegosiasi, kata Mr Sullivan.

Memang, beberapa ahli mengakui teknologi memiliki limitasi. "Dokumen-dokumen yang disaring keluar masih harus dibaca oleh seseorang," kata Herbert L. Roitblat dari OrcaTec, sebuah perusahaan konsultan di Atlanta.

Sulit untuk mengkuantifikasi dampak dari penggunaan teknologi baru ini. Mike Lynch, pendiri Autonomy, percaya bahwa "bidang hukum adalah sektor yang mungkin bakal lebih sedikit mempekerjakan orang di Amerika Serikat di masa depan." Dia memperkirakan bahwa pergeseran dari penemuan dokumen secara manual ke penemuan otomatis (e-discovery) akan menyebabkan pengurangan tenaga kerja di mana satu pengacara saja akan cukup untuk pekerjaan yang sebelumnya memerlukan 500. Bahkan generasi terbaru perangkat lunak e-discovery yang dapat mendeteksi duplikasi dan menemukan pengelompokan dokumen-dokumen penting tentang topik tertentu, dapat mengurangi 50 persen tenaga kerja lagi.

Komputer tampaknya menunjukkan kinerja baik dalam pekerjaan ini. Mr Herr, pengacara perusahaan kimia yang diceritakan di awal artikel ini, menggunakan perangkat lunak e-discovery untuk menganalisis ulang pekerjaan pengacara perusahaan tersebut di tahun 1980-an dan 90-an. Ternyata koleganya (sebagai manusia) hanya 60 persen akurat.

"Bayangkan berapa banyak uang yang telah dibelanjakan untuk menjadi sedikit lebih baik daripada sekedar melempar koin (50 persen akurat – Y Pan)," katanya.

Selengkapnya.....

Rabu, 02 Februari 2011

Black to Play




The game has reached this extraordinary position, as if the game were played by Tal and Kasparov. Black has a significant advantage in the king's side, while white has a dominant position in center and in the queen's side. Both white's and black's kings are in desperate situations.

On our final analysis, the outrageous battle is concluded by a slight tempo advantage.

Trying a sharp counter attack, white makes a very threatening move, i.e. d5xe6.

What is the best move for black to conclude the game?

Selengkapnya.....

Senin, 31 Januari 2011

Mitos Daya Saing

Mungkin kita menganggap Amerika sama saja: kapitalis. Sebenarnya di sana terdapat dua ideologi yang bertolak belakang, walaupun bisa dikatakan keduanya masih di dalam kapitalisme. Setidaknya kita bisa belajar bahwa tidak semua ekonom Amerika pro 100% terhadap pasar bebas, sebagaimana pendapat Paul Krugman di bawah ini yang saya terjemahkan dari kolom beliau di NYTimes 23 Januari 2011. Barangkali Indonesia tidak perlu malu-malu untuk tidak selalu mengikuti kebijakan ekonomi Amerika, termasuk kebijakan pasar bebas itu.

Sebelum pidato tahunan di depan Congress, Presiden Obama telah mengirimkan pesan utamanya, yaitu daya saing. Dewan Penasihat Presiden untuk Pemulihan Ekonomi telah berganti nama menjadi Dewan Presiden untuk Lapangan Kerja dan Daya Saing. Dalam pidato radio beliau pada hari Sabtu (22/1), Presiden Obama menyatakan bahwa Amerika tidak dapat disaingi oleh negara mana pun.

Ini mungkin saja politik yang cerdik. Dapat diduga, Mr. Obama menggunakan ungkapan klise untuk tujuan yang baik, sebagai suatu cara untuk menjual wacana kenaikan investasi publik kepada masyarakat yang keseluruhannya telah diindoktrinasi bahwa pengeluaran pemerintah selalu bersifat buruk.

Tapi mari kita tidak membodohi diri sendiri: berbicara tentang daya saing sebagai suatu tujuan sebenarnya menipu. Kalaupun ada kebaikan di situ, ia minimal merupakan suatu diagnosis yang salah terhadap masalah kita (masalah US maksudnya - Y Pan). Pahit-pahitnya, ia dapat menggiring kebijakan-kebijakan berdasarkan ide yang keliru bahwa apa yang baik untuk korporasi selalu baik untuk Amerika.

Tentang diagnosis yang salah itu: apa logikanya bahwa masalah yang kita hadapi saat ini berasal dari kurangnya daya saing?

Memang benar kita akan lebih banyak menciptakan lapangan kerja jika kita lebih banyak mengekspor dan lebih sedikit mengimpor. Tapi kasusnya sama saja untuk Eropa dan Jepang, yang sedang mengalami depresi juga. Dan kita tidak dapat sama sekali mengekspor lebih banyak ketika kita lebih sedikit mengimpor, kecuali jika kita dapat menjual produk kita ke planet lain. Ya, kita dapat menuntut Cina mengurangi surplus perdagangannya - tapi jika Presiden Obama bermaksud menghadapi Cina, seharusnya ia dapat mengungkapkannya tanpa tedeng aling-aling.

Lebih jauh lagi, meskipun Amerika mengalami defisit perdagangan, defisit tersebut masih lebih kecil dibandingkan defisit sebelum Resesi Besar sebelum perang. Akan membantu jika kita dapat membuatnya lebih kecil lagi. Apapun, ujungnya, kita berada pada kekacauan ini karena krisis finansial, bukan karena perusahaan-perusahaan Amerika kehilangan daya saingnya terhadap kompetitor asing.

Bukankah, paling tidak, ada gunanya berpikir tentang negara ini sebagai Amerika Inc, yang berkompetisi di pasar global? Jawabanya tidak.

Misalnya: Seorang pemimpin korporasi yang menaikkan profit dengan mengurangi pegawai dianggap sukses. Hm, memang inilah yang kurang lebih terjadi saat ini di Amerika: angka pengangguran naik, tapi profit menyentuh rekor baru. Siapa yang berani mengatakan ini suatu keberhasilan ekonomi?

Memang, Anda dapat mengatakan bahwa berbicara mengenai daya saing membantu Mr Obama membungkam klaim bahwa ia anti-bisnis. Itu nggak masalah, selama ia menyadari bahwa kepentingan korporasi Amerika dan kepentingan negara, yang nggak pernah ketemu, semakin lebar kesenjangannya dari sebelum-sebelumnya.

Ambil kasus GE, yang CEO-nya, Jeffrey Immelt, baru saja ditunjuk menjadi ketua dewan penasihat yang baru ganti nama. Saya tidak punya masalah dengan GE atau Mr Immelt, tapi dengan kurang dari setengah pegawainya berbasis di US dan kurang dari setengah pendapatannya berasal dari operasi di US, kesuksesan GE tidak ada kaitannya dengan kesejahteraan Amerika.

Ngomong-ngomong, sebagian kalangan memuji penunjukan Mr Immelt setidaknya sebagai perwakilan suatu perusahaan yang benar-benar membuat produk nyata, dan bukan penjudi finansial. Mohon maaf, hari-hari ini GE mendapatkan revenue lebih banyak dari kegiatan finansialnya daripada manufaktur - bahkan GE Capital, yang mendapatkan jaminan pemerintah untuk hutang-hutangnya, merupakan salah satu penerima utama bailout yang dilakukan pemerintah terhadap Wall Street.

Jadi apa yang ingin diajukan oleh pemerintah dari retorika daya saing terhadap kebijakan ekonomi?

Penafsiran yang positif, sebagaimana saya ungkapkan, adalah ini semua merupakan kemasan untuk suatu strategi ekonomi yang berpusat pada investasi publik, investasi tentang menciptakan lapangan kerja dalam jangka pendek sembari mendorong pertumbuhan jangka panjang. Penafsiran negatif adalah bahwa Presiden Obama dan para penasihatnya betul-betul percaya bahwa permasalahan ekonomi US terjadi karena pemerintah terlalu keras pada bisnis (korporasi), dan bahwa Amerika membutuhkan pemotongan pajak korporasi dan deregulasi di semua sektor.

Dugaan saya adalah ini semua merupakan kemasan saja, dan jika presiden benar-benar mengajukan kenaikan yang signifikan pada pengeluaran infrastruktur dan pendidikan, saya akan cukup puas.

Namun demikian, meskipun ia membawa kebijakan yang baik, fakta bahwa Mr Obama membungkus kebijakan ini dengan metafora yang buruk adalah suatu yang patut disayangkan.

Krisis keuangan 2008 merupakan momen pelajaran, suatu pelajaran mengenai bahaya percaya bahwa ekonomi pasar sepenuhnya dapat mengatur dirinya sendiri. Jangan pula kita lupakan bahwa ekonomi yang lebih diregulasi, seperti Jerman, dapat menjawab krisis dengan lebih baik daripada kita. Entah alasannya, sepertinya momen pelajaran itu belum juga terpahami.

Mr Obama sendiri kelihatan baik-baik saja. Rating sokongan terhadap beliau naik, ekonomi menunjukkan tanda-tanda kehidupan, dan peluangnya untuk dipilih kembali cukup bagus. Sedihnya, ideologi yang membawa bencana ekonomi 2008 kembali naik daun, bahkan kembali ke puncak - dan kelihatannya akan tetap berada di sana hingga ia kembali membawa bencana.

Koreksi: 25 Januari 2011

Pada kolom di atas, Paul Krugman mengatakan GE mendapatkan lebih dari setengah revenue-nya dari jasa finansial. Walaupun benar demikian sebelum krisis, segmen tersebut mengalami penurunan tingkat kepentingan sejak krisis.

Lihat juga:
Kebijakan Berbalik Arah

Selengkapnya.....

addthis

Live Traffic Feed