Copy and Paste

Anda bebas mengambil content blog ini, tapi mohon sebutkan alamat blog ini dalam tulisan Anda.

You are free to copy the content of my blog. However, please let your readers know my blog as your source.

Selasa, 27 April 2010

Cara Baru Melaporkan SPT

Pernah merasakan ribetnya melaporkan SPT Anda? Pasti Anda merasakannya, tapi bagi Kantor Pajak lebih ribet lagi bagaimana mengolah dokumen SPT yang berjibun. Ah, kan pasti sudah pakai IT. Benar! Dugaan saya pun begitu, tapi kelihatannya ada cara baru yang bakal mengurangi keribetan di sisi Anda dan di sisi Kantor Pajak. Apakah cara pelaporan SPT saja yang mungkin berubah ke depannya. Nggaklah, banyak yang mungkin berubah, seperti pelaporan ke pengawas bursa, pengawas bank, bea cukai, dan lain-lain.

Nah, saya menemukan sebuah dokumen dari Ernst & Young yang saya terjemahkan bagian awalnya berikut ini. Sebagai catatan saja, di banyak negara lain, cara menyampaikan laporan ke pihak berwenang sudah menggunakan cara baru ini lho. Kapan ya di kita?


Sejumlah regulator terkemuka sedang semangat-semangatnya menjual standard teknologi baru – eXtensible Business Reporting Language (XBRL) – sebagai suatu cara untuk mempermudah otomasi pelaporan informasi keuangan, yang diyakini bermanfaat bagi seluruh stakeholder pasar keuangan.

Perusahaan-perusahaan di US, UK, Cina, Jepang, Prancis, Singapura, dan banyak negara lainnya sudah melaporkan informasi ke lembaga regulator atau bursa efek dengan XBRL. Setelah BAPEPAM Amerika dan Kantor Pajak dan Bea Cukai Inggris meliriknya, momentum penerapan XBRL makin bergerak cepat secara global dan ada indikasi kuat bahwa semakin banyak regulator akan mewajibkan penggunaan XBRL untuk pelaporan regulatoris dalam waktu yang tidak terlalu lama. Jelas, XBRL memiliki potensi menjadi standard teknologi global untuk pelaporan informasi keuangan maupun operasional.

Seiring upaya Anda untuk menguatkan fondasi pelaporan perusahaan Anda dengan XBRL, sebaiknya Anda tidak menganggap remeh pentingnya tahap persiapan. Seperti inovasi apapun, pasti terdapat ketidakpastian, terutama terhadap pendekatan awal pelaporan XBRL. Kebutuhan pelapor akan jasa konsultansi dan upaya memastikan keberhasilan tidak 100 persen jelas. Agak burem dikitlah. Beberapa rintangan sudah menanti di depan, termasuk ketakutan akan persyaratan yang demikian ketat dan persepsi bahwa XBRL hanyalah fenomena bertepuk-sebelah-tangan para regulator.

Dalam publikasi ini, kami menyoroti sepuluh tantangan kesiapan bagi pelapor, mulai dari membangun kesadaran (awareness) dan menginisiasi proyek hingga implementasi dan realisasi. Kami berharap para pembaca akan memahami bahwa pelaporan XBRL sesungguhnya lebih rumit daripada yang mungkin dipahami oleh para pendukung atau lembaga yang mewajibkannya. Kami yakin dengan pemahaman dan kesadaran yang benar, melalui persiapan dan perencanaan yang matang, upaya untuk mengikuti standard pelaporan XBRL akan lebih hemat dalam jangka menengah-panjang.

Mengikuti standard XBRL dengan mantap dan percaya diri serta membangun kemampuan yang dibutuhkan dengan tepat akan lebih menyiapkan pelapor dalam menyongsong perubahan sistem pelaporan yang masih akan terus berkembang ke depannya. Kami (EY, yaitu penerbit artikel yang saya terjemahkan sebebas-bebasnya ini – Y Pan) berharap dapat bekerja sama dengan para pelapor untuk membantu mereka menyongsong sistem pelaporan yang baru.

Pengenalan

XBRL adalah standard pelaporan informasi keuangan dan operasional bisnis berbasis Extensible Markup Languange (XML), yang bebas lisensi dan terbuka. Standard ini digunakan untuk pertukaran informasi bisnis secara elektronis. XML adalah sebuah bahasa deskriptif mengenai data yang bersifat universal dan digunakan untuk mendeskripsikan wadah, pengolahan, dan pertukaran data melalui internet.

Ide dasar di belakang XBRL sangat sederhana. XBRL menyediakan penjelasan (dengan tag atau disebut juga metadata) untuk setiap item data yang dilaporkan. Tanda penjelasan tersebut dapat dibaca oleh komputer dan memungkinkan informasi digunakan secara interaktif. Pendekatan ini berbeda dengan pendekatan sebelumnya yang cenderung menggunakan formulir isian, baik tercetak (manual) atau melalui sistem on-line.

XBRL memungkinkan pertukaran dan analisis data bisnis melalui penyandian informasi atau penandaan yang lebih mempunyai arti buat komputer (karena ada penjelasan atau metadatanya). Oleh karenanya, aplikasi komputer dapat mengolah data XBRL secara ”cerdas” dengan mengenali informasi di suatu dokumen XBRL. Selanjutnya, dengan logik tertentu, aplikasi dapat memilih, menganalisa, menyimpan, dan mempertukarkan data XBRL dengan komputer atau sistem lain serta selanjutnya menyajikan datanya dalam berbagai bentuk kepada pengguna.

Pelapor-pelapor yang berhasil mengikuti tuntutan standard XBRL dari lembaga regulator melakukan persiapan matang jauh hari dalam menghadapi proses perubahan untuk mengikuti standard XBRL. Mengapa demikian? Secara umum, pelaksanaan strategi TI apapun membutuhkan pengetahuan, wawasan, dan perencanaan yang hati-hati. XBRL bukan pengecualian. Lalu bagaimana pelapor memulai kegiatan yang memakan waktu untuk persiapan melaporkan data yang diminta regulator? Padahal argo persiapan tersebut berjalan jauh hari sebelum kegiatan pelaporannya terjadi dan kemudian tetap akan berlangsung seterusnya.

Kami yakin artikel ini dapat membantu Anda menjawab tantangan di atas dan dapat memberikan gagasan yang berguna mengenai XBRL, termasuk beberapa permasalahan pokok dan pertimbangan-pertimbangan terkait dengan penerapan XBRL dalam pelaporan informasi keuangan. Walaupun isu dan pertimbangan yang perlu dipikirkan sebetulnya banyak sekali, kami yakin isu-isu dan pertimbangan yang kami tulis di bawah ini merupakan yang paling mewakili tantangan kesiapan para pelapor; dan jika isu-isu dimaksud dihadapi dengan tepat, tentu hasilnya adalah laporan XBRL yang berkualitas.

CFO dan para eksekutif keuangan senior akan sangat berperan dalam menentukan keseimbangan transisi pelaporan XBRL dari pelaporan sebelumnya. Dalam menjalani perubahannya, mereka akan menghadapi berbagai tantangan teknologi yang akan menguji kesiapan mereka dalam pelaporan XBRL. Oleh karena itu, pertanyaan utama buat CFO dan para eksekutif tersebut adalah, ”Apakah kita benar-benar siap?”

Sepuluh Tantangan Kesiapan XBRL

1. Membangun kesadaran (raising awareness) – Sejumlah besar eksekutif keuangan masih belum paham apakah XBRL itu, bagaimana cara kerjanya, dan problem apa yang dapat diselesaikannya.

2. Memilih saat yang tepat (getting the timing right) – Menyerahkan laporan XBRL secara sukarela atau membuat suatu bentuk ujicoba sebelum XBRL benar-benar diwajibkan terbukti merupakan praktik yang sangat bermanfaat. Para pelapor menemui fakta bahwa semakin meningkat pengalaman dengan XBRL, semakin cepat dan akurat proses pelaporannya. Pada kasus BAPEPAM Amerika, pelaporan XBRL sukarela sebelum diwajibkan dapat menekan risiko yang selanjutnya membuat penerapan pelaporan XBRL berlangsung lebih aman.

3. Mempertimbangkan pilihan implementasi (considering implementation options) – Terdapat beberapa pilihan bagi pelapor untuk mempesiapkan pelaporan XBRL. Waktu yang diinvestasikan di muka untuk edukasi, peningkatan kesadaran, persiapan, dan perencanaan dapat menghemat biaya dan waktu di belakang hari.

4. Membentuk tim yang tepat (building the right team) – Pelaporan XBRL membutuhkan kerjasama dan koordinasi lintas fungsi teknologi, akunting, dan keuangan dalam suatu perusahaan. Biasanya bagian keuangan (finance) adalah fungsi yang bertugas (in charge) mengelola prosesnya.

5. Memilih software (selecting software) – XBRL adalah teknologi yang terus berkembang. Saat ini (sesuai waktu penerbitan artikel oleh EY – Y Pan), belum ada solusi lengkap untuk pelaporan XBRL. Dalam kasus ini, waktu dan biaya pelaporan XBRL sering melampaui antisipasi lembaga regulator.

6. Mengantisipasi kebutuhan pemeliharaan (anticipating manintenance needs) – Pemeliharaan data dan metadata sering terlewat atau sangat dianggap enteng, padahal proses ini adalah kegiatan XBRL yang paling sulit dan mungkin paling penting.

7. Memetakan data (mapping data) – Penandaan (tagging), terutama yang sangat unik bagi suatu laporan keuangan suatu perusahaan, menghabiskan waktu untuk dieksekusi. Pemetaan data ke taksonomi XBRL merupakan suatu yang bersifat ”art” dan ”science” sekaligus.

8. Mengelola ekstensibilitas (addressing extensibility) – Para pelapor cenderung melewatkan fakta bahwa di bawah berbagai regim regulator, mereka juga perlu mengetahui bagaimana mengembangkan (extend) taksonomi pelaporan. Saat ini, masih terdapat ketidakpastian mengenai teknik perluasan (extension) taksonomi XBRL.

9. Menampilkan data (visualizing the data) – Badan regulator yang berbeda mungkin menetapkan mekanisme teknis yang berbeda-beda untuk menampilkan data ke bentuk yang dapat dimengerti manusia sebagai user akhir.

10. Memastikan kualitas (ensuring quality) – Kegiatan terakhir sebelum pelaporan itu sendiri adalah suatu tinjauan menyeluruh terhadap dokumen-dokumen XBRL yang dihasilkan. Proses tinjauan dimaksud melampaui kebutuhan untuk mengindentifikasi tanda-tanda (tags) yang paling tepat. Tinjauan dimaksud harus lebih luas cakupannya, meliputi akurasi, kelengkapan, penampilan data, dan struktur data di dalam XBRL.

Selengkapnya.....

Selasa, 20 April 2010

Guru SMA Kami

Kemarin malam HP saya berdering dari nomor tak dikenal. Saya agak sungkan menerimanya, tapi istri memberi nasihat. Siapa tahu penting. Setelah memastikan saya adalah yang dimaksudnya, si penelpon memperkenalkan sebagai teman SMA. Namanya Safaruddin. Agak limbung di awal, saya tiba-tiba diingatkan istri bahwa itu adik Pak Ali Idrus. Seketika ingatan saya kembali. Masya Allah, betapa tumpul ingatan saya mengenai kenangan dua puluh dua tahun silam. Maklum, sudah lama sekali tidak saling kontak.

Kami kemudian bicara banyak, termasuk kerjanya di MUBA, SUMSEL. Nggak semuanya bisa diceritakan kembali di sini, tapi satu topik hangat adalah mengenai rencana reuni akbar. Ya reuni SMA Negeri 11 Palembang untuk semua angkatan. Kebetulan kami generasi pertama. Kalau mau, silakan Anda baca satu fragmen kisah sekolah kami di link ini. Nah, setelah pembicaraan telpon itu, terbetik dalam hati saya alangkah indahnya kalau dalam reuni kami ketemu lagi dengan para guru generasi awal. Saya berjuang keras untuk memanggil ingatan saya. Akhirnya, inilah daftar nama mereka dengan posisinya waktu itu.

Pak Asmawi, kepala sekolah
Pak Ali Idrus, wakil kepala sekolah sekaligus guru PMP
Bu Nur Jasiyah, guru ekonomi dan sosiologi
Pak Nazlimi, guru bahasa Indonesia
Pak Najib, guru bahasa Ingris
Bu Isnaeni Palupi, guru matematika
Bu Nelly Jamilah, guru fisika
Pak Samson, guru biologi


Wah, ternyata susah juga mengingat semuanya. Yang masih di ujung lidah adalah guru agama, guru kimia, dan guru olahraga. Padahal dengan guru agama dan olahraga masih jelas terpampang beberapa momen di mata saya. Misalnya saya gelagapan disuruh baca Al Qur'an oleh guru agama. Waktu disuruh membacakan hafalan surat pendek juga payah. Akhirnya beliau dengan becanda memukul paha saya. Suatu pukulan di hati sesungguhnya.

Dengan guru olahraga, yang terbayang jelas adalah ketika beliau memberi aba-aba pada kami di jalan sepi untuk mengurangi kecepatan. Saya sebagai komandan regu gerak jalan langsung paham. Hasilnya kami juara dua se-kotamadya. Dengan guru-guru yang saya ingat namanya, banyak juga kenangan. Misalnya, saya sering disuruh memeriksa tugas kelas bawah oleh Bu Nelly Jamilah. Waktu saya kuliah di Bandung, kami pernah ketemu sekali. Pak Najib pernah mau menceramahi saya panjang lebar mengenai akhlak saya, eh kepotong karena ada berita sedih.

Ah, udah dulu. Kayaknya pengen langsung reuni aja. Jadi nama guru-guru yang belum saya ingat bakal kembali lagi. Paling asyik kalau bisa ketemu.

Baca sepenggal kisah sekolah kami di:
http://ypanca.blogspot.com/2010/01/sekolah.html

Selengkapnya.....

addthis

Live Traffic Feed