Copy and Paste

Anda bebas mengambil content blog ini, tapi mohon sebutkan alamat blog ini dalam tulisan Anda.

You are free to copy the content of my blog. However, please let your readers know my blog as your source.

Rabu, 11 Mei 2011

Ke(tidak)bijaksanaan Elit

Kayaknya para pengambil kebijakan nasional di sektor keuangan mesti hati-hati deh. Di Amerika, para pengambil kebijakan semasa Bush terus saja dituntut tanggung jawabnya atas resesi yang hingga saat ini belum berakhir. Contohnya adalah seperti yang ditulis oleh Paul Krugman berikut ini.

Bukan tidak mungkin muncul banyak Krugman Indonesia yang punya legitimasi akademis untuk memberikan kritisi-kritisi yang amat berat bobotnya. Iya sih, Krugman adalah seorang "liberal" yang suka atau tidak suka sering dikaitkan dengan Partai Demokrat yang berseberangan secara ideologis dengan GOP (Partai Republik) yang "konservatif" tapi sejatinya sangat liberal menurut bahasa kita. Anyway, saran saya untuk para pengambil kebijakan nasional agar jangan cuma asal ikut-ikutan arus dengan alasan konvergensi hukum global. Toh, di sono para pengambil kebijakan mulai dicap tidak bijak.


Terjemahan
The Unwisdom of Elites
By PAUL KRUGMAN
Published: May 8, 2011 at NYTimes

Tiga tahun terakhir telah menjadi bencana bagi hampir semua perekonomian barat. AS memiliki tingkat pengangguran jangka panjang tertinggi untuk pertama kalinya sejak tahun 1930-an. Sementara itu, mata uang tunggal Eropa sedang tercabik-cabik di negara-negara anggotanya. Bagaimana semuanya bisa jadi begitu salah?

Apa yang makin sering kita dengar dari anggota elit pembuat kebijakan – yaitu orang-orang yang menilai diri bijaksana, para pejabat, dan pakar-pakar terkemuka – adalah klaim bencana itu sebagian besar akibat kesalahan publik. Idenya adalah bahwa kita masuk ke dalam kekacauan ini karena pemilih menginginkan sesuatu serba gratis, dan politisi yang berpikiran pendek mengakomodasi kebodohan pemilih.

Nah, sepertinya inilah saat yang tepat untuk menunjukkan bahwa pandangan yang menyalahkan publik tersebut tidak hanya cenderung egois, tapi benar-benar salah.

Kenyataannya adalah apa yang kita alami sekarang adalah suatu bencana dari orang atas, top down. Kebijakan-kebijakan yang membuat kita jatuh dalam kekacauan ini bukan merupakan respon terhadap kebutuhan masyarakat. Kebijakan-kebijakan itu, dengan beberapa pengecualian, diusung oleh kelompok-kelompok kecil orang berpengaruh. Dalam banyak kasus, mereka adalah orang yang sekarang menceramahi kita semua agar serius. Dan dengan berusaha untuk menyalahkan masyarakat umum, para elit menghindari refleksi yang justru dibutuhkan terhadap kesalahan mereka sendiri.

Izinkan saya fokus terutama pada apa yang telah terjadi di AS, dan kemudian sedikit berpendapat tentang Eropa.

Hari-hari ini warga Amerika dicekoki ceramah terus menerus tentang perlunya mengurangi defisit anggaran. Fokus pada pengurangan defisit tersebut sebetulnya merupakan prioritas yang keliru, karena concern jangka pendek kita saat ini mestinya pada pembukaan lapangan kerja. Tapi anggaplah kita diwajibkan fokus pada defisit tersebut dan bertanya: Apa yang terjadi dengan surplus anggaran yang dimiliki pemerintah federal pada tahun 2000?

Jawabannya ada tiga hal utama. Pertama adalah pemotongan pajak Bush, yang membebani sekitar $2 triliun utang nasional selama satu dekade terakhir. Kedua adalah perang di Irak dan Afghanistan, yang menambahkan kurang lebih $1,1 triliun utang tambahan. Dan ketiga adalah resesi ekonomi, the Great Recession, yang menyebabkan tidak hanya jatuhnya pendapatan tetapi juga naiknya pengeluaran secara tajam untuk program asuransi pengangguran dan jaring pengaman.

Jadi, siapa yang bertanggung jawab atas masalah anggaran ini? Pastinya bukan orang kebanyakan di jalanan.

Presiden George W Bush memotong pajak demi ideologi partainya, bukan demi memenuhi sentimen tuntutan masyarakat – dan gelondongan besar dari potongan tersebut dinikmati oleh segelintir minoritas yang super kaya.

Demikian pula, Bush memilih untuk menyerang Irak hanya karena alasan ia dan penasihatnya ingin melakukan itu, bukan karena rakyat Amerika menuntut perang melawan rezim yang tidak ada hubungannya dengan 9/11. Bahkan dibutuhkan sebuah kampanye yang sangat menipu untuk mendapatkan dukungan rakyat Amerika terhadap invasi, dan meskipun begitu, pemilih tidak pernah bulat mendukung perang.

Akhirnya, resesi didatangkan oleh sektor keuangan yang tak terkendali, akibat deregulasi yang sembrono. Dan siapa yang bertanggung jawab atas deregulasi itu? Orang-orang kuat di Washington yang memiliki hubungan dekat dengan industri keuangan. Izinkan saya memberikan sapaan-teriakan spesial untuk Alan Greenspan, yang memainkan peran penting dalam deregulasi keuangan dan pelolosan program pemotongan pajak Bush – dan beliau kini, tentu saja, di antara orang-orang yang mengintimidasi kita tentang defisit.

Jadi judgment yang buruk dari elit lah yang menyebabkan defisit Amerika. Bukan keserakahan orang-orang biasa! Dan situasinya amat mirip untuk kasus krisis Eropa.

Tak usah dikatakan bahwa bukan seperti itu yang Anda dengar dari para pembuat kebijakan Eropa. Penjelasan resmi di Eropa adalah bahwa pemerintah dari negara-negara yang bermasalah terlalu condong berpihak pada rakyat, terlalu banyak janji kepada para pemilih sembari mengumpulkan terlalu sedikit pajak. Dan itu adalah, sejujurnya, penjelasan yang cukup akurat untuk Yunani. Tetapi berbeda sekali dengan apa yang terjadi di Irlandia dan Spanyol, yang masing-masing memiliki hutang yang rendah sekaligus surplus anggaran tepat sebelum krisis.

Kisah sesungguhnya dari krisis Eropa adalah bahwa para pemimpin menciptakan mata uang tunggal, euro, tanpa menciptakan lembaga-lembaga yang dibutuhkan untuk mengatasi siklus boom and bust di dalam wilayah euro. Dan desakan mata uang tunggal Eropa sebenarnya merupakan proyek top-down, suatu visi elit yang dipaksakan kepada pemilih yang sebetulnya sangat menolak.

Hm, apakah semua ini penting? Mengapa kita harus peduli terhadap upaya menimpakan kesalahan kebijakan pada masyarakat umum.

Jawabnya sederhana: akuntabilitas. Orang-orang yang menganjurkan kebijakan defisit anggaran selama periode Bush seharusnya saat ini tidak boleh menjadi kritikus defisit. Orang-orang yang memuji-muji Irlandia (rasanya Prof Krugman memasukkan Thomas L Friedman dalam kategori ini hehe – Y Pan) sebagai model percontohan seharusnya tidak boleh menguliahi kita tentang pemerintah yang bertanggung jawab.

Akan tetapi, jawaban hakikinya adalah dengan mengarang cerita tentang nasib buruk yang sedang kita alami, sambil memberikan pemutihan ke orang yang bertanggung jawab, kita membuang kesempatan untuk belajar dari krisis. Kita perlu menimpakan kesalahan ke orang yang memang bertanggung jawab, untuk mengkoreksi mereka. Jika tidak demikian, mereka akan membuat lebih banyak kerusakan di masa yang akan datang.

Selengkapnya.....

addthis

Live Traffic Feed