Copy and Paste

Anda bebas mengambil content blog ini, tapi mohon sebutkan alamat blog ini dalam tulisan Anda.

You are free to copy the content of my blog. However, please let your readers know my blog as your source.

Senin, 26 Oktober 2009

Komunikasi Lancar Informasi Benar

Segera setelah dilantik, Menkominfo yang baru menyampaikan kepada publik slogan "komunikasi lancar, informasi benar" yang diusung oleh beliau. Nggak banyak pejabat eksekutif, apalagi menteri, yang fasih berpantun, seperti yang satu ini. Karena kemahirannya berpantun itu, nggak heran kalau beliau cepat banget mengeluarkan slogan terkait kementerian yang dipimpinnya.

Apa sih maksud beliau dengan komunikasi lancar? Kemudian informasi benar? Terlebih lagi komunikasi lancar, informasi benar? Apa maksudnya jika komunikasi lancar, maka informasi benar? Banyak pertanyaan yang dapat diajukan. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul justru menunjukkan keberhasilan awal dari slogan itu, yaitu awareness. Nggak cukup di situ. Agar benar-benar berhasil, slogan itu (anggaplah ia sebagai visi) harus dijabarkan lebih lanjut melalui komunikasi misi, strategi, dan program-program kerja nyata yang konsisten.

Sering ada kritik agar substansi lebih dikedepankan daripada simbol. Bener sih, tapi dari pengalaman pribadi, saya menyimpulkan simbol dapat digunakan sebagai sarana komunikasi yang sangat efektif. Ambillah contoh rambu-rambu lalu lintas. Semuanya simbol. Anak-anak sering bertanya apa sih S yang dicoret, P yang dicoret, P aja, dan lain-lain. Nggak cukup sekali ngejelasinnya.

Begitu simbol sudah terinternalisasi, wow betapa efektifnya dia. Bahkan tanda lampu yang menyala, sudah cukup membuat anjing Pavlov memproduksi liur, karena mengira makanan segera diberikan. Di kantor, terasa banget manfaat simbol dalam perkara komunikasi. Kami menggunakan jargon KISS (keep it simple Sir, atau orang lain lebih senang menerjemahkannya keep it simple stupid) dalam upaya perbaikan sistem-sistem informasi agar lebih efektif dan efisien.

Kami memlesetkan KISS (yang juga berarti koordinasi-integrasi-sinergi-simplifikasi dalam strategi komunikasi massa yang saya pelajari dari Effendi Gazali di TV) menjadi KSS: koordinasi-sinergi-simplifikasi. Tujuan akhirnya tentu simplifikasi pada waktunya, setelah kondisi lebih kondusif sebagai hasil garapan strategi koordinasi dan sinergi.

Kembali ke slogan "komunikasi lancar, informasi benar" saya kira Menkominfo perlu mengerjakan PR agar simbol ini efektif. Strategi yang sempat dijelaskan di media massa akhirnya perlu dijabarkan menjadi program-program kerja nyata yang didukung kebijakan yang jelas dan dapat diterima publik.

Pertama, komunikasi lancar mensyaratkan upaya menghilangkan hambatan-hambatan komunikasi. Bila perlu, saluran-saluran baru mesti diciptakan. Program komputerisasi desa perlu dilanjutkan dan diperluas. Secara umum, untuk menekan biaya, para operator terkait harus didorong untuk bekerja sama dalam membangun dan menggunakan infrastruktur bersama. Biaya ICT yang makin murah dan terjangkau, apalagi lewat media mobile, akan memastikan slogan komunikasi lancar terwujud nyata.

Kedua, informasi benar mensyaratkan kesiapan kultur, di samping kesiapan regulasi. Pertanyaan mengenai siapa yang dapat mengklaim bahwa suatu informasi benar atau salah perlu disikapi dengan bijak. Nggak mesti dengan jawaban hitam putih. Pendekatan otoriter agaknya semakin sulit diterapkan, walaupun kita masih melihat praktiknya di negara tertentu. Saya pribadi menilai ada area yang perlu regulasi keras dan ada yang tidak perlu regulasi keras - tepatnya mungkin tidak bisa diregulasi sehingga nggak perlu.

Slogan informasi benar ini memang lebih rumit dibandingkan komunikasi lancar. Problem budaya lebih efektif didekati dengan edukasi. Ini nggak berarti hasilnya baru kelihatan setelah lama sekali. Kunci jawabannya ada pada program-program kerja edukasi yang sistematis di satu sisi dan agresif di sisi yang lain. Butuh dana? Iyalah, sama seperti solusi untuk slogan komunikasi lancar. Kata dosen saya dulu di Bandung (ungkapan rada sombong sih - Y Pan), seorang insinyur harus memecahkan masalah dengan sumber daya yang terbatas. Kalau menggunakan sumber daya nggak terbatas, nggak usah insinyur juga bisa.

Masih terkait informasi benar, di area yang harus diregulasi, pemerintah HARUS membuat aturan riil yang efektif. Edukasi bagus dalam hal ini, tapi nggak cukup. Ambillah contoh perusahaan yang telah go public. Apa iya, pemerintah nggak ambil pusing jika perusahaan mengeluarkan informasi ke publik seenak-udelnya? Apa iya CEO-nya dibiarkan cuci tangan jika ternyata informasi itu terbukti salah? Untuk perusahaan-perusahaan yang risikonya tinggi, misalnya lembaga-lembaga keuangan, urgensi regulasi ini ikut tinggi juga.

Untuk lembaga publik, gimana? Perlu regulasi nggak? Tentu... Alasannya mirip dengan di atas. Intinya adalah lembaga-lembaga, baik publik maupun swasta, yang berurusan dengan kepentingan orang banyak harus dipastikan transparan dan akuntabel dalam mengeluarkan informasi ke publik. Masyarakat berhak mendapatkan yang terbaik!

Selamat bertugas Pak Tif. Semoga Anda berhasil menebar sebanyak-banyak manfaat buat negeri tercinta di bidang tugas kementerian Anda, amin.

Selengkapnya.....

Senin, 12 Oktober 2009

Masalah Air

Bangun sebelum subuh nggak mudah. Hanya orang tertentu saja yang mampu melakukannya secara konsisten. Pagi tadi, saya mulai terjaga jam 4.00. Wah bakal nggak sempat shalat malam nih. Begitu saya pikir. Masih ada niat. Sementara badan saya tetap ngajak tidur, sampai kedengaran adzan subuh. Pada saat yang sama, istri saya teriak dari kamar mandi, “Ayah ada masalah air lagi!” Masya Allah masalah air lagi. Spontan saya bangun dan ngecek pompa sedot, bak penampungan, dan pompa dorong.



Kedua pompa masih hidup. Buru-buru saya matiin. Syukurlah. Kalau nggak, bisa-bisa mesti diservis lagi. Masalahnya pompa sedot air sumur sama sekali tidak menghisap air. Akibatnya penampungan di atas kosong karena mungkin dari kemarin sore air dipake terus. Di samping bocor tentu saja! Karena kami nggak pake bak mandi, terpaksa saya gunakan segalon air mineral Vit untuk memancing air dari sumur. Habis segalon, air nggak kehisap juga. Akhirnya buru-buru saya ke tempat Mbak Ika, buat shalat subuh terus minta air ledeng sebanyak empat galon untuk mancing lagi.

Sibuk deh pokoknya. Nggak berhasil lagi. Bahkan setelah coba mancing lagi dengan tambahan empat galon air. Anak-anak mulai panik dan diarahkan untuk mandi di rumah budenya. Alhamdulillah tinggal deket saudara banyak untungnya. Waktu sudah jam 6.30 dan anak-anak mulai berangkat sekolah, saya sadar jatah cuti harus kepake lagi untuk emergency ini, huhuhu…

Sambil menenangkan diri dan mengelap keringat yang bercucuran, saya mulai memutar akal. Pertama, saya telepon Pak Wawan, tukang pompa yang memasang bak penampungan kami dan pernah membantu menyelesaikan masalah pompa dorong kami. Karena baik nggak ketulungan, Pak Wawan memberikan konsultasi yang sangat berharga. Kemungkinan kelep di dalam sumur nggak berfungsi. Begitu penjelasannya. Rupanya kesimpulan itu diambilnya dari keterangan saya yang nggak penuh-penuh ngisi air pancingan. Dua kali empat galon. Lagi! Eh, ditambah air Vit di awal jadi total sembilan.

Pak Wawan juga berjanji akan mengupayakan temannya di “toko” untuk datang. Setelah agak tenang, saya baru telepon ke kantor. Lewat Mas Tony, saya minta izin. Saya juga menitipkan beberapa agenda pekerjaan hari ini. Sebelumnya, waktu nelpon Pak Mika, Koordinator Tim kami, beliau nggak ngangkat. Siangan dikit, Pak Mika nelpon ke saya dan saya minta maaf karena memutuskan nggak masuk padahal sudah banyak agenda dengan beliau. Ya iya lah, ini kan menyangkut hajat hidup orang banyak. Begitu komentar Emma, teman di facebook.

Saya kemudian mandi di rumah ayahanda tercinta. “Wah, ada kelemahannya juga ya,” komentar beliau mengenai sistem “pengairan” di rumah kami. Diskusi merembet ke alternatif pake air PAM. Di BSD sih bagus, tapi harganya itu loh. Diskusi juga merembet ke wilayah pribadi. Kelihatannya semua baik-baik saja, kecuali masalah air kami. Setelah itu, istri saya giliran mandi di tempat Mbak Ika. Teteh yang biasa nyuci nggak bisa nyuci dan bantuin beres-beres aja. Terus dia minta ijin pulang. Lalu kami sarapan soto mie di Pasar Modern BSD. Lumayan…

Nungguin Pak Wawan lama juga. Beberapa kali saya telepon. Rupanya lagi pada sibuk. Jam 12 seperti yang dikatakannya lewat begitu saja. Akhirnya setengah satu, saya telepon lagi. Juga ke toko tempat ia bekerja. Ternyata tukang pompa dan sumur di toko Pak Joni lagi sibuk ke pelanggan yang lain. Saya memutuskan untuk cari alternatif lain. Kebetulan, alhamdulillah, sehari sebelumnya ada brosur iklan di pagar dari Mulya Technical Service, melayani berbagai servis, seperti kulkas, AC, pompa, dll, dll. Kata orang bijak sih nggak ada yang kebetulan. Mungkin sudah saatnya saya kenalan dengan Pak Mulya.

Di pembicaraan telepon Pak Mul memberikan analisa yang sama dengan Pak Wawan. Ia berjanji datang jam 1.30 siang. Segera bekerja. Ia periksa pompa sedot dan coba memancing. Ah, ternyata memang mesti dibongkar. “Di mana titiknya, Pak?” tanyanya. Saya tunjukkan satu titik di antara pintu dapur dan pintu gudang. Titik itu sudah saya tanyakan informasinya pagi tadi ke Pak Rifky, arsitek rumah kami, dan juga Pak Gimin, tukang besi pembangunan rumah kami. Sebetulnya yang paling tahu adalah Pak Oman, mandor tukang dulu, tapi beliau udah pulang ke Bandung dan belum balik lagi.

“Pak, keramiknya mesti dihancurin,” katanya. Apa boleh buat. Dengan mantap, saya minta beliau mulai bekerja. Setelah dua biji keramik dihancurin, pipa mulai diangkat keluar. Kurang lebih dua puluh meter ke bawah. Bisa dibayangin kalau saya yang ngerjain sendiri. Mungkin seminggu gak kelar-kelar. Belum tentu berhasil lagi. Di tangan profesional yang berpengalaman, pekerjaan selesai efektif dan efisien. Wah, kalau pekerja dan pejabat di sektor publik dan privat semuanya kayak Pak Mul, betapa hebatnya negeri ini.

Sekarang saatnya mencoba hasil kerja Pak Mul. Mudah-mudahan beres…

Selengkapnya.....

addthis

Live Traffic Feed