Copy and Paste

Anda bebas mengambil content blog ini, tapi mohon sebutkan alamat blog ini dalam tulisan Anda.

You are free to copy the content of my blog. However, please let your readers know my blog as your source.

Jumat, 23 Januari 2009

Kucing Kami

Sudah lama saya ingin nulis tentang kucing kami, nggak juga tergerak sampai hari ini ada temen yang menggunakan kucing sebagai kiasan dalam hubungan pertemanan kami. Lalu saya ceritakan kisah kucing kami ke dia. Kayaknya banyak pelajaran yang bisa diambil. Saya pikir perlu ditulis di blog juga. Menurut saya, kucing adalah hewan yang enak buat disayangi. Waktu masih kecil, kami adik beradik sering memelihara kucing. Keluarga istri saya juga. Setelah nikah, entah kenapa seolah kucing nggak enak dikeloni kayak dulu. Kejadian Ramadhan lalu akhirnya bikin kami rujuk dengan kucing. Begini kisahnya.

Suatu sore pulang dari kerja, saya disamperin anak-anak dengan antusias. "Ayah, lihat di depan rumah kita ada kucing."

Ternyata ada seekor induk anak kucing bersama dua anaknya yang masih kecil. Umur mereka mungkin baru beberapa hari. Yang satu warnanya hitam-putih, sedangkan satunya lagi kuning-putih. Keduanya lucu-lucu. Nggak heran kalau anak-anak demen ngelihatinnya. Walaupun di belakang rumah kami punya hamster dalam kandang, kayaknya pesona kucing langsung bikin anak-anak jatuh cinta. Turunan kali.

Nah, beberapa hari setelah itu, anak-anak yang lagi libur punya banyak waktu memperhatikan kucing-kucing itu. Karena kasihan, mereka mulai ngasih makan. Karena itu, keluarga kucing itu nggak mau jauh-jauh dari rumah. Sampai suatu hari... Induk kucing pergi entah kemana. Jadilah kedua anaknya yatim piatu. Anak-anak makin kasihan. Soalnya masih kecil banget. Timbullah ide memelihara mereka. "Boleh kan Yah, kita miara kucing," begitu rengekannya.

Awalnya saya nggak setuju. Tapi namanya juga kucing. Nggak ngerti. Malahan keduanya berani bolak balik masuk halaman kami lewat celah pagar. Suatu kali, karena masuk ke halaman, kucing-kucing kecil itu dipindahkan lagi oleh ibu mertua ke tempat sampah, di luar pagar. Kontan anak-anak kami - bukan anak kucing itu - ngadu. "Ayah, kucingnya dibuang sama nenek."

Lalu tibalah saat itu. Pagi-pagi, hari Sabtu, anak-anak lapor bahwa kucingnya mati di tempat sampah. Hati saya langsung berdesir, teringat perkataan RasululLah mengenai seorang wanita nakal masuk surga lantaran memberi minum anjing yang kehausan. Saya teringat juga perkataan RasululLah mengenai seorang wanita yang berdosa hanya karena mengurung kucing tanpa memberinya makan hingga mati kelaparan. Saat itu bulan Ramadhan lagi. Pahala dilipatgandakan. Dosa juga. Masya Allah. AstaghfirulLah. Saya langsung menghambur ke tempat sampah.

Sedih sekali. Seekor sudah kaku dan dikerumuni semut. Yang seekor lagi, si kuning-putih, kelihatan seperti mati. Ternyata nggak. Nyaris. Langsung saya ambil dia dan bawa ke belakang. Tanpa berkata-kata sedikitpun ke anak-anak, saya mandikan kucing itu dengan sabun. Setelah itu saya suruh anak-anak mengeringkannya. Dengan kasih sayang, anak-anak menghanduki kucing mungil itu. Matanya jelas terlihat luka. Cakarnya juga. Mungkin dia diserang kucing besar, atau bisa juga berkelahi dengan saudaranya sendiri. Sementara anak-anak sibuk dengan si kuning-putih, saya mulai menguburkan saudaranya. Setelah semuanya beres, baru saya jelaskan keutamaan membantu hewan. Saya juga menyatakan menyesal ke anak-anak karena yang seekor lagi sampai mati, nggak ketolong.

Cingi! Itulah panggilannya dari Rita. Anak-anak senang bukan kepalang mendapatkan peliharaan baru. Sekarang kucing itu sudah besar. Remaja mungkin kalau diukur dengan skala umur kucing. Tahu sendiri kan? Bandel. Suka nyakar. Suka tiba-tiba menerkam kaki. Mencakari mebel dan kursi. Bandel dan playful. Kalau pintu depan terbuka dikit, langsung aja dia meloncat keluar, berlarian ke sana ke sini, terus keluyuran. Begitulah sifat kucing, tapi kami tetap menyayanginya. Anak-anak suka membelainya, dan siap... dicakar waktu membelai. Aisyah malah suka ngeloninya. Saya bilangin supaya jangan keseringan, takut kena penyakit.

Cingi! Di mana kamu buang air? Istri saya yang dengan sebel membersihkannya. Hebatnya, si Cingi akhirnya tahu sendiri di mana harus buang air. Deket got belakang. Kami tinggal siram aja itu t**i kucing. Satu lagi nilai sangat positif yang dimiliki Cingi. Dia bisa menghangatkan suasana. Pagi-pagi kalau pintu belakang sudah dibuka, dia buru-buru masuk dan seringnya masuk ke kamar Aisyah dan Rita. Kalau sudah gitu, terus dia naik ke tempat tidur dan kelonan sama Aisyah. Kami seolah-olah punya bayi baru. Sampai-sampai ibu mertua yang sekarang sudah balik ke Palembang pernah 'diancam' anak-anak: 'awas' nenek kalau ngebuang Cingi.

Cingi! Kamu memang bikin gemes. Kalau lagi sehat, malah jadi sering nyebelin juga. Anehnya, kami tetap aja sayang, walaupun dia nggak nurut sama saya yang pernah 'menyelamatkan' nyawanya. Dasar kucing! Namun suatu kali karena bandel, si Cingi jatuh dari lantai atas ke teras belakang. Tadinya kami nggak tahu. Kami cuma heran koq Cingi beda dari biasanya. Jadi tenang dan pendiam! Kalau disentuh badannya, kelihatan dia kesakitan. Wati, yang bantu di rumah, ngasih tahu kalau dia jatuh waktu nguber truk mainan Ahmad. Kami elus-elus dia, dan nggak ada nafsu dia buat nyakar dan becanda. Untung besoknya dia sudah pulih.

Cingi! Kenapa kamu? Baru-baru ini, dia sakit parah. Kalau menurut dugaan saya, dia kena tabrak atau sengaja dibanting keras entah oleh siapa. Atau bisa juga jatuh lagi gara-gara manjat pohon. Berhari-hari dia lesu dan nggak mau makan. Susu juga nggak mau. Bola matanya membesar dan membiru. Kalau jalan, miring-miring. Kasihan sekali! Gimana kalau si Cingi mati. Kami semua jadi sedih. Cingi sudah seperti anggota keluarga kami. Selama sakit, si Cingi kami elus dan belai. Gimana lagi? Makan aja dia nggak mau. Terbersit juga niat untuk membawanya ke dokter hewan. Tapi tunggulah. Mungkin besok dia membaik. Akhirnya dia betul-betul membaik dan sehat lagi dan...

Bandel lagi. Cingiiii!

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Arti sebuah persahabatan,terletak sejauh mana kita mengerti tentang sahabat kita,

Y Pan mengatakan...

Terima kasih pesannya. Mudah-mudahan Mas/Mbak selalu dikelilingi sahabat yang baik dan penuh pengertian.

addthis

Live Traffic Feed