Copy and Paste

Anda bebas mengambil content blog ini, tapi mohon sebutkan alamat blog ini dalam tulisan Anda.

You are free to copy the content of my blog. However, please let your readers know my blog as your source.

Kamis, 09 Juli 2009

Karakter Pemimpin

Hari Selasa, 30 Juni, saya berdiam sebentar di masjid kantor setelah shalat zuhur. Kebetulan ada ceramah oleh Ustadz Ahmad Yani dari Khairu Ummah. Tema ceramahnya adalah karakter pemimpin yang baik. Sumber dalilnya adalah pidato inagurasi Abubakar Ash-Shiddieq, sepeninggal Rasulullah. Karena menarik, saya catat isi ceramahnya, dan mungkin ada gunanya kalau saya bagi di sini.

Pertama, tawadhu. Pemimpin yang baik tidak merasa sebagai yang terbaik. Pemimpin sombong, seperti Firaun, senantiasa takut muncul orang lain yang lebih baik dan pantas menjadi pemimpin. Firaun bahkan melakukan rekayasa untuk membunuh calon-calon pemimpin. Tentunya kita pasti ingat kisah Nabi Musa. Orang yang tawadhu tidak akan bertambah apapun baginya kecuali derajat (hadits).

Kedua, siap bekerjasama dengan siapapun. Pemimpin yang baik tolong menolong dengan yang siapa saja dalam kebaikan, tidak dalam dosa. Kerjasama merupakan keniscayaan karena pemimpin, bahkan setiap orang, tidak dapat bekerja sendirian. Nah, semangat kerjasama seperti ini terkait erat dengan sifat tawadhu sang pemimpin.

Ketiga, mengharap kritik dan saran. Bila salah, koreksilah aku. Demikian kata Abubakar, yang ditimpali oleh Umar seraya mengacungkan pedang. Abubakar tidak marah diancam dikoreksi dengan pedang karena Umar adalah sosok yang sangat dikenalnya. Makanya terkait dengan karakter siap menerima kritik dan saran, pemimpin harus berusaha mengenal kaumnya agar siap menerima koreksi.

Keempat, harus jujur (amanah). Pemimpin jujur menyelesaikan masalah dengan cepat. Sebaliknya, pemimpin pendusta justru membuat masalah berlarut-larut. Saya jadi ingat buku The Speed of Trust karya Stephen MR Covey. Baca artikel saya sebelumnya, The Speed of Trust.

Kelima, menunaikan hak rakyat yang lemah. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang pro rakyat kecil! Rakyat kecil dirampas haknya oleh Si Kuat yg Zholim. Oleh karena, pemimpin wajib mengintervensi. Ini berbeda 180 derajat dari pemimpin yang pro pasar tok.

Keenam, memberantas kezholiman rakyat yang kuat. Pemimpin yang baik berkewajiban mengambil hak yang sudah dirampas oleh Si Kuat dan mengembalikannya ke Si Lemah. Untuk melakukan ini perlu keberanian pemimpin. Contoh akibat sifat pengecut adalah ketika pihak berwajib justru takut sama preman pasar. Preman pasar melindungi pedagang yang berdagang bukan di tempatnya, bahkan sampai menutup sebagian besar badan jalan.

Ketujuh, pemimpin yang baik harus menunjukkan ketaatan. Hanya pemimpin yang taat yang pantas ditaati oleh rakyat. Ada hadits yang menyatakan tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam maksiat kepada kholik.

Nah, mari bercermin apakah pemimpin kita benar-benar memiliki ketujuh karakter di atas, seperti Abubakar, sahabat terpercaya. Kalau belum, berarti kita harus berupaya melahirkan pemimpin berkarakter. Lima tahun lagi atau sepuluh atau lima belas. Akan tetapi, pertanyaan yang lebih mendasar adalah apakah kita sendiri memilikinya, karena tiap-tiap kita hakikatnya adalah pemimpin, minimal buat keluarga dan diri kita sendiri.

Tidak ada komentar:

addthis

Live Traffic Feed