Copy and Paste

Anda bebas mengambil content blog ini, tapi mohon sebutkan alamat blog ini dalam tulisan Anda.

You are free to copy the content of my blog. However, please let your readers know my blog as your source.

Senin, 12 Oktober 2009

Masalah Air

Bangun sebelum subuh nggak mudah. Hanya orang tertentu saja yang mampu melakukannya secara konsisten. Pagi tadi, saya mulai terjaga jam 4.00. Wah bakal nggak sempat shalat malam nih. Begitu saya pikir. Masih ada niat. Sementara badan saya tetap ngajak tidur, sampai kedengaran adzan subuh. Pada saat yang sama, istri saya teriak dari kamar mandi, “Ayah ada masalah air lagi!” Masya Allah masalah air lagi. Spontan saya bangun dan ngecek pompa sedot, bak penampungan, dan pompa dorong.



Kedua pompa masih hidup. Buru-buru saya matiin. Syukurlah. Kalau nggak, bisa-bisa mesti diservis lagi. Masalahnya pompa sedot air sumur sama sekali tidak menghisap air. Akibatnya penampungan di atas kosong karena mungkin dari kemarin sore air dipake terus. Di samping bocor tentu saja! Karena kami nggak pake bak mandi, terpaksa saya gunakan segalon air mineral Vit untuk memancing air dari sumur. Habis segalon, air nggak kehisap juga. Akhirnya buru-buru saya ke tempat Mbak Ika, buat shalat subuh terus minta air ledeng sebanyak empat galon untuk mancing lagi.

Sibuk deh pokoknya. Nggak berhasil lagi. Bahkan setelah coba mancing lagi dengan tambahan empat galon air. Anak-anak mulai panik dan diarahkan untuk mandi di rumah budenya. Alhamdulillah tinggal deket saudara banyak untungnya. Waktu sudah jam 6.30 dan anak-anak mulai berangkat sekolah, saya sadar jatah cuti harus kepake lagi untuk emergency ini, huhuhu…

Sambil menenangkan diri dan mengelap keringat yang bercucuran, saya mulai memutar akal. Pertama, saya telepon Pak Wawan, tukang pompa yang memasang bak penampungan kami dan pernah membantu menyelesaikan masalah pompa dorong kami. Karena baik nggak ketulungan, Pak Wawan memberikan konsultasi yang sangat berharga. Kemungkinan kelep di dalam sumur nggak berfungsi. Begitu penjelasannya. Rupanya kesimpulan itu diambilnya dari keterangan saya yang nggak penuh-penuh ngisi air pancingan. Dua kali empat galon. Lagi! Eh, ditambah air Vit di awal jadi total sembilan.

Pak Wawan juga berjanji akan mengupayakan temannya di “toko” untuk datang. Setelah agak tenang, saya baru telepon ke kantor. Lewat Mas Tony, saya minta izin. Saya juga menitipkan beberapa agenda pekerjaan hari ini. Sebelumnya, waktu nelpon Pak Mika, Koordinator Tim kami, beliau nggak ngangkat. Siangan dikit, Pak Mika nelpon ke saya dan saya minta maaf karena memutuskan nggak masuk padahal sudah banyak agenda dengan beliau. Ya iya lah, ini kan menyangkut hajat hidup orang banyak. Begitu komentar Emma, teman di facebook.

Saya kemudian mandi di rumah ayahanda tercinta. “Wah, ada kelemahannya juga ya,” komentar beliau mengenai sistem “pengairan” di rumah kami. Diskusi merembet ke alternatif pake air PAM. Di BSD sih bagus, tapi harganya itu loh. Diskusi juga merembet ke wilayah pribadi. Kelihatannya semua baik-baik saja, kecuali masalah air kami. Setelah itu, istri saya giliran mandi di tempat Mbak Ika. Teteh yang biasa nyuci nggak bisa nyuci dan bantuin beres-beres aja. Terus dia minta ijin pulang. Lalu kami sarapan soto mie di Pasar Modern BSD. Lumayan…

Nungguin Pak Wawan lama juga. Beberapa kali saya telepon. Rupanya lagi pada sibuk. Jam 12 seperti yang dikatakannya lewat begitu saja. Akhirnya setengah satu, saya telepon lagi. Juga ke toko tempat ia bekerja. Ternyata tukang pompa dan sumur di toko Pak Joni lagi sibuk ke pelanggan yang lain. Saya memutuskan untuk cari alternatif lain. Kebetulan, alhamdulillah, sehari sebelumnya ada brosur iklan di pagar dari Mulya Technical Service, melayani berbagai servis, seperti kulkas, AC, pompa, dll, dll. Kata orang bijak sih nggak ada yang kebetulan. Mungkin sudah saatnya saya kenalan dengan Pak Mulya.

Di pembicaraan telepon Pak Mul memberikan analisa yang sama dengan Pak Wawan. Ia berjanji datang jam 1.30 siang. Segera bekerja. Ia periksa pompa sedot dan coba memancing. Ah, ternyata memang mesti dibongkar. “Di mana titiknya, Pak?” tanyanya. Saya tunjukkan satu titik di antara pintu dapur dan pintu gudang. Titik itu sudah saya tanyakan informasinya pagi tadi ke Pak Rifky, arsitek rumah kami, dan juga Pak Gimin, tukang besi pembangunan rumah kami. Sebetulnya yang paling tahu adalah Pak Oman, mandor tukang dulu, tapi beliau udah pulang ke Bandung dan belum balik lagi.

“Pak, keramiknya mesti dihancurin,” katanya. Apa boleh buat. Dengan mantap, saya minta beliau mulai bekerja. Setelah dua biji keramik dihancurin, pipa mulai diangkat keluar. Kurang lebih dua puluh meter ke bawah. Bisa dibayangin kalau saya yang ngerjain sendiri. Mungkin seminggu gak kelar-kelar. Belum tentu berhasil lagi. Di tangan profesional yang berpengalaman, pekerjaan selesai efektif dan efisien. Wah, kalau pekerja dan pejabat di sektor publik dan privat semuanya kayak Pak Mul, betapa hebatnya negeri ini.

Sekarang saatnya mencoba hasil kerja Pak Mul. Mudah-mudahan beres…

6 komentar:

Gunawan Soedjito mengatakan...

Bagaimana masalahnya dah kelar Mas?! Berarti sekarang dah ahli di bidang pengairan ya....
Mau konsultasi neeh (saya baca juga sampeyan pake pompa dorong) sebaiknya utk memperbesar arus air yg keluar dari kran/shower lebih baik menggunakan pompa dorong atau memperbesar saluran air (semula 1/2 inch) Mas?! Kalau dgn pompa dorong, barangkali ada tipe yg direkomendasikan?
Selain itu barangkali punya info software utk simulasi jaringan air?!
Demikian, mohon maaf bila tidak berkenan, mudah2an pertanyaan ini masih termasuk domain blog ini....
Wassalam.

Y Pan mengatakan...

Pak Gunawan, terima kasih komentarnya. Maaf agak telat merespon. Menurut saya, memperbesar saluran air nggak membantu signifikan. Sebaiknya tetap pake pompa dorong, kecuali kalau penampungan air berada di ketinggian yang memadai. Kalau di tempat kami, penampungan sekitar 8 meter dari lantai dasar. Gravitasinya kurang asyik untuk enam kamar mandi (dua di lantai atas, empat di bawah). Pertanyaan lainnya saya tidak kuasai, tapi kalau kami pake shimizu, untuk pompa sedot dan pompa dorong.

Anonim mengatakan...

mengapa tidak:)

Y Pan mengatakan...

hmmm, iya, let's pray!

prasetyohadi mengatakan...

Mas, kami menghadapi masalah nyaris mirip. Tapi masalah itu sekarang dapat sebagian kami selesaikan dengan membuat pompa tali .. murah, efisien, kalau listrik mati, kita masih dapat air dari dalam sumur ..

Coba, mas, lihat pompa yang kami buat dg kunjungi yang berikut: http://www.youtube.com/watch?v=uJ6sYeGvGIk

Y Pan mengatakan...

Mas Pras, terima kasih sharing-nya. Saya sudah lihat video pompa tali sampeyan. Kreatif dan menarik!

addthis

Live Traffic Feed