Copy and Paste

Anda bebas mengambil content blog ini, tapi mohon sebutkan alamat blog ini dalam tulisan Anda.

You are free to copy the content of my blog. However, please let your readers know my blog as your source.

Selasa, 06 Juli 2010

Kekuatan Cerita

Cerita merupakan alat perubahan yang sangat powerful. Semua penda'wah menggunakannya. Guru-guru yang cerdas juga selalu menyampaikan kisah penuh hikmah agar pesan benar-benar meresap ke dalam hati para murid. Hanya orangtua yang belum berpengalaman yang tidak suka bercerita kepada anak-anaknya. Bisa dikatakan bahkan semua buku, artikel, dokumen, berita koran, iklan komersial, iklan layanan masyarakat, dan pidato adalah cerita.

Sungguh membosankan membaca buku atau mendengar nasihat atau mengikuti argumen yang kering dari tuturan cerita. Bagi kebanyakan orang angka statistik, persamaan matematika, dan kalimat normatif adalah jejalan informasi yang sangat tidak menarik, tetapi begitu ceritanya diketahui barulah perhatian mengikuti. Nah, andai kita suatu waktu bertugas memimpin workshop, seminar, atau pertemuan apapun, kita mesti persiapkan kumpulan cerita yang bagus.

Cerita ada di mana-mana. Ketika kita duduk mengamati sekitar, cerita sudah menanti untuk dituturkan. Asal kita tidak tidur... eh bahkan bunga tidur sekalipun selalu siap dituliskan. Lalu mengapa sering kita tidak mau bercerita? Banyak sih faktornya. Mungkin terlalu capek. Mungkin juga tidak ada tema atau tujuan. Dalam kondisi terakhir, cerita yang dipaksa keluar menjadi kurang bermakna. Mungkin juga kita sangat jarang mendengar dan membaca cerita.

Suatu hari saya duduk mengikuti kuliah zuhur di masjid kantor. Penceramahnya sudah saya anggap sebagai salah satu guru besar saya. Beliau memang profesor. Doktornya dari Al Azhar. Hari itu inti ceramahnya dimulai dengan satu kisah ketika RasululLah ditagih hutang oleh seorang yahudi. RasululLah sedang memberikan ceramah (tentu di dalamnya banyak tuturan kisah) kepada sahabat-sahabat beliau yang utama. Tiba-tiba datanglah seorang yahudi menghardik sambil mencengkeram kerah RasululLah. "Hai Muhammad bayarlah hutangmu!"

Yahudi memang terkenal sangat bermusuhan dengan kaum muslimin sampai hari ini. Tetapi hardikan kepada RasululLah ketika sedang berceramah tentu sangat kelewatan. Wajar jika kemudian Umar ra yang naik pitam meminta izin RasululLah untuk menghukum orang itu. Namun, akhlak RasululLah sungguh teramat mulia.

Walaupun banyak yahudi memusuhi beliau karena da'wahnya, beliau tetap bermuamalah dengan mereka dengan cara yang baik. Tidak heran kalau terjadi transaksi dagang antara beliau dengan orang-orang yahudi. Dengan orang yang menagih itu, beliau melakukan transaksi non-tunai. Pembayaran yang dijanjikan belumlah jatuh tempo. Entah mengapa si yahudi menyegerakan penagihan. Tanpa etika pula! Jika kita di posisi RasululLah, wajar kita langsung mengizinkan Umar ra memenggal lehernya. Namun, tidak demikian akhlak seorang nabi.

RasululLah tetap santun dan lembut. Ketika ditanya dengan baik, orang tersebut berkata kurang lebih, "Aku telah mempelajari ciri-ciri engkau, hai Muhammad. Semuanya cocok dengan ciri-ciri seorang nabi. Hanya satu yang belum kuketahui, tapi hari ini aku mendapati engkau tetap lembut ketika layak marah kepadaku. Saksikanlah tiada tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah RasululLah."

Ceramah lalu dilanjutkan dengan satu kisah lain. Di kota Madinah memang banyak orang yahudi. Mereka sebenarnya mencari-cari nabi akhir zaman di kota yang teduh ini. Sayangnya ketika ternyata Muhammad seorang arab yang mendapat wahyu, banyak yahudi Madinah yang tidak mau mengakuinya. Salah satunya adalah seorang pengemis buta. Setiap waktu dia berkata, "Jangan ikuti Muhammad karena dia itu jahat." RasululLah tetap menyantuni si pengemis, walaupun dihina seperti itu.

Beliau memberi roti kepadanya. Ah rupanya karena sudah uzur roti keras tidak nyaman baginya. RasululLah segera tahu hal itu. Beliau melembutkan roti itu dengan mencelupnya ke susu sebelum disuapkan kepadanya. Pengemis itu seperti biasa berkata, "Jangan ikuti Muhammad karena dia itu jahat." Ini kemudian menjadi rutinitas, hingga akhirnya RasululLah wafat. Pengganti beliau, khalifah Abubakar ra berupaya sekeras tenaga untuk mengikuti kebiasaan Nabi Muhammad. Ada yang diketahuinya. Ada yang tidak.

Saking inginnya mengikuti RasululLah, Abubakar ra bertanya kepada putrinya Aisyah ra yang juga istri RasululLah, kira-kira apalagi kebiasaan beliau yang belum diikuti. Aisyah memberitahu ayahandanya mengenai si pengemis yahudi. Abubakar kemudian menemuinya dan memberikan roti sebagaimana RasululLah, tapi ia tidak tahu persis bagaimana caranya. Ketika hal itu terjadi, si pengemis menggamit tangan Abubakar ra dan berkata, "Ini bukanlah orang yang biasa memberikan roti ini untukku. Dia biasanya melembutkan roti terlebih dahulu dengan susu. Di mana dia?"

Abubakar menjelaskan bahwa orang yang biasa memberi roti ke pengemis itu telah wafat. Ia bertanya siapa orang itu sebenarnya. Dijelaskan bahwa orang itu adalah Muhammad RasululLah. Seketika pengemis yang selalu mencela RasululLah itu bersaksi tidak ada tuhan selain Allah, dan Muhammad itu RasululLah.

Demikianlah dua kisah yang sangat powerful. Pesan apa yang ingin disampaikan dalam dua cerita ini? RasululLah sungguh memiliki sifat ihsan yang luar biasa. Ah, ceramah selanjutnya jadi lebih mudah. Cerita sudah masuk ke hati. Dengan dorongan sedikit demi sedikit, pendengar ceramah pertama akan makin cinta kepada RasululLah dan kedua akan mencoba semakin mendekati jejak nabi untuk memberikan yang terbaik.

Nah, kembali ke kekuatan cerita, dapat dikatakan cerita sudah mengubah peradaban manusia! Apalagi hanya suatu organisasi!

Tidak ada komentar:

addthis

Live Traffic Feed