Copy and Paste

Anda bebas mengambil content blog ini, tapi mohon sebutkan alamat blog ini dalam tulisan Anda.

You are free to copy the content of my blog. However, please let your readers know my blog as your source.

Jumat, 29 April 2011

Muqaddimah: Diskusi Pendahuluan Pertama

Oleh: Ibn Khaldun

Organisasi sosial adalah suatu kebutuhan. Filsuf mengungkapkan fakta ini dengan mengatakan: "Manusia itu politis secara alami". Artinya dia tidak bisa apa-apa tanpa organisasi sosial yang diistilahkan secara teknis oleh filsuf dengan "kota" (polis).

Inilah arti peradaban. Karakter manusia terhadap organisasi sosial atau peradaban dijelaskan oleh fakta bahwa Allah menciptakan dan menyempurnakan manunisa dalam bentuk yang dapat hidup dan bertahan hanya dengan bantuan makanan. Dia membimbing manusia kepada dorongan alami terhadap makanan dan menanamkan dalam dirinya kekuatan yang memungkinkannya untuk memperoleh makanan.

Namun, kekuatan individual semata tidak cukup bagi seorang manusia untuk mendapatkan makanan. Artinya kekuatan individualnya itu tidak mampu memberikan makanan yang memadai yang dia butuhkan untuk hidup. Bahkan untuk batas absolut minimum, yaitu makanan yang cukup untuk satu hari, misalnya sedikit gandum, jumlah makanan tersebut dapat diperoleh hanya dengan proses-proses seperti menggiling, mengadon, dan memanggang. Masing-masing proses tersebut membutuhkan alat-alat yang tersedia hanya dengan bantuan pandai besi, tukang kayu, dan pengrajin keramik. Kalaupun kita beranggapan bahwa manusia bisa makan biji gandum yang tidak diolah, sejumlah besar operasi tetap diperlukan untuk memperoleh gandum: menabur, menuai, dan menggilingnya untuk memisahkan gandum dari batangnya. Setiap operasi memerlukan sejumlah alat dan lebih banyak keahlian dari yang telah disebutkan di atas. Hal ini di luar kemampuan seseorang untuk melakukan semuanya sendirian, atau bahkan sebagiannya saja. Jadi, ia tidak dapat melakukannya tanpa kekuatan gabungan dari sesama, jika ia berniat mendapatkan makanan bagi dirinya dan bagi mereka. Melalui kerjasama, kebutuhan sejumlah orang jauh lebih banyak daripada jumlah mereka sendiri dapat dipenuhi.

Demikian juga, setiap individu membutuhkan bantuan orang lain untuk pertahanan hidup. Ketika Allah menyempurnakan kodrat semua makhluk hidup dan membagi-bagi kekuatan di antara mereka, binatang diberikan kekuatan yang lebih sempurna daripada manusia. Kekuatan kuda, misalnya, jauh lebih besar dari kekuatan manusia, dan begitu juga kekuatan seekor keledai atau lembu. Kekuatan singa atau gajah berkali-kali lebih besar dari kekuatan manusia.

Agresivitas adalah sifat makhluk hidup. Oleh karena itu, Allah memberi mereka masing-masing anggota tubuh khusus untuk pertahanan menghadapi serangan. Bagi manusia, sebaliknya, Dia menganugerahkan kemampuan berpikir dan sepasang tangan. Dengan kemampuan berpikir, tangan mampu membuat peralatan. Peralatan, pada gilirannya, digunakan sebagai instrumen untuk melayani manusia, sebagai ganti kaki (dan cakar) yang digunakan hewan untuk pertahanan. Tombak, misalnya, mengambil peran tanduk untuk menanduk, pedang mengambil peran cakar untuk melukai, perisai mengambil peran kulit tebal, dan sebagainya. Masih banyak hal-hal lain seperti itu. Semuanya disebutkan oleh Galen di De usu partium.

Kekuatan seorang manusia memang tidak sebanding dengan kekuatan binatang liar, apalagi kekuatan hewan pemangsa. Manusia umumnya tidak bisa mempertahankan diri melawan mereka sendirian. Tidak juga kekuatan individualnya cukup walaupun sudah dengan menggunakan peralatan pertahanan yang ada, karena peralatan itu begitu banyak dan butuh banyak keahlian dan tetek bengek lainnya. Oleh karena itu mutlak diperlukan kerjasama sesama manusia. Selama tidak ada kerjasama, ia tidak akan mampu mendapatkan makanan atau nutrisi pertumbuhan, dan kehidupan tidak bisa terwujud baginya, karena Allah telah menciptakannya sedemikian rupa sehingga ia harus makan untuk hidup. Tidak juga, tanpa senjata, ia dapat membela diri. Dengan demikian, ia menjadi mangsa hewan dan mati jauh sebelum waktunya. Dalam keadaan ini, spesies manusia akan punah. Ketika, sebaliknya, ada kerjasama timbal-balik, manusia dapat memperoleh makanan sebagai nutrisi dan senjata untuk pertahanan. Maka rencana Allah yang Bijaksana – bahwa ras manusia harus bertahan dan manusia sebagai spesies tetap terjaga – akan terpenuhi.

Akibatnya, organisasi sosial menjadi keperluan spesies manusia. Tanpa itu, eksistensi manusia tidak akan lengkap. Keinginan Tuhan untuk menyempurnakan dunia dengan makhluk manusia dan untuk menjadikan mereka sebagai wakil-Nya di bumi tidak dapat terealisasi. Inilah arti peradaban, subyek ilmu pengetahuan yang sedang didiskusikan.

Penjelasan panjang lebar di atas secara alami telah menetapkan keberadaan obyek pembahasan dalam bidang ilmu tentang peradaban. Seorang sarjana dalam disiplin tertentu sebenarnya tidak wajib memberikan penjelasan keberadaan obyek bahasan tersebut, karena secara logis sudah jamak diterima bahwa seorang peneliti ilmu tertentu tidak harus membentuk fondasi keberadaan obyek pembahasan dalam bidang ilmu tersebut. Dari sisi lain, para ahli logika tidak menganggap bahwa melakukannya adalah suatu yang terlarang. Ini adalah kontribusi sukarela.

Tuhan dengan Rahmat-Nya memberikan kesuksesan.

Ketika manusia telah membentuk organisasi sosial, seperti yang dijelaskan di atas, dan ketika peradaban telah menjadi kenyataan, masyarakat membutuhkan seseorang untuk memegang kendali dan menjaga hubungan antar individu, karena adanya sifat binatang berupa agresi dan ketidakadilan di dalam diri manusia. Senjata yang dibuat dalam rangka pertahanan manusia dari binatang agresif tidak cukup untuk menahan agresi manusia terhadap manusia lainnya, karena masing-masing dari mereka memiliki senjata tersebut. Makanya diperlukan sesuatu yang lain sebagai instrumen pertahanan agresi manusia terhadap satu sama lain. Dia tidak bisa datang dari luar, karena kemampuan semua binatang lain jauh lebih rendah dari persepsi dan inspirasi manusia. Orang yang memegang kendali dalam masyarakat, oleh karena itu, haruslah salah satu dari mereka sendiri. Dia harus mendominasi dan memegang kuasa dan otoritas atas mereka, sehingga tidak satupun dari mereka dapat menyerang yang lain. Inilah arti dari otoritas kekuasaan.

Dengan demikian, menjadi jelas bahwa otoritas kekuasaan adalah kualitas alami manusia yang mutlak diperlukan bagi umat manusia. Filsuf menyebutkan bahwa otoritas kekuasaan juga ada pada beberapa hewan tertentu seperti lebah dan belalang. Seorang peneliti mengamati di antara mereka adanya otoritas dan ketaatan kepada pemimpin. Mereka mengikuti salah satu dari mereka yang dijadikan sebagai pemimpin berdasarkan tubuh dan karakteristik alamiahnya. Namun, di luar manusia, otoritas kekuasaan itu muncul semata dari hukum alam dan ilham ilahiyah, dan bukan hasil dari kemampuan berpikir atau mengelola. "Dia memberi segala sesuatu kodrat atau karakteristik alamiahnya dan kemudian membimbingnya."

Para filsuf melangkah lebih jauh. Mereka berusaha untuk memberikan bukti logis dari adanya nubuah (kenabian) dan menunjukkan nubuah itu merupakan kualitas alami manusia. Dalam hal ini, mereka membawa argumen kepada konsekuensi akhirnya dan mengatakan bahwa manusia benar-benar membutuhkan otoritas kekuasaan untuk mengendalikan masyarakat. Mereka kemudian mengatakan bahwa kekuasaan pengendali ada melalui hukum agama yang ditetapkan oleh Allah dan disampaikan kepada umat manusia oleh seorang manusia. Manusia spesial ini dibedakan dari manusia lainnya dengan kualitas khusus bimbingan ilahi yang Allah berikan padanya, sehingga ia mendapati yang lain tunduk kepadanya dan siap menerima apa yang dia katakan. Akhirnya, otoritas kekuasaan di antara mereka dan atas mereka menjadi kenyataan tanpa sedikitpun penyangkalan atau perbedaan pendapat.

Proposisi terakhir dari sebagian filsuf di atas tidak cukup logis, seperti dapat kita lihat. Keberadaan dan kehidupan manusia dapat diwujudkan tanpa adanya kenabian melalui perintah-perintah yang dirancang oleh seseorang pemegang otoritas atau dengan bantuan sentimen kelompok yang memungkinkannya untuk memaksa orang lain untuk mengikuti ke mana ia ingin pergi. Orang yang memegang kitab ilahiyah dan mereka yang mengikuti nabi hanya sedikit dibandingkan dengan semua kelompok masyarakat lain yang tidak memiliki kitab wahyu. Yang terakhir ini merupakan mayoritas masyarakat dunia. Namun, mereka juga memiliki raja-raja dan monumen, belum lagi kehidupan itu sendiri. Mereka masih memiliki raja-raja dan monumen tersebut pada saat ini di daerah utara dan selatan. Hal ini sangat kontras dengan kehidupan manusia di negara anarki, tanpa satu pemegang otoritas pengendali. Proposisi tersebut sungguh tidak mungkin.

Ini menunjukkan bahwa para filsuf telah keliru ketika mereka menganggap bahwa kenabian ada karena kebutuhan. Keberadaan nubuah tidak terikat dengan logika. Karakteristiknya ditunjukkan oleh hukum agama, seperti keyakinan kaum Muslimin awal.

Allah memberikan kesuksesan dan bimbingan.

1 komentar:

obat tradisional hiv aids mengatakan...

tapi gan seseorang itu suka munafik...

dia berbicara suka ingkar

addthis

Live Traffic Feed