Copy and Paste

Anda bebas mengambil content blog ini, tapi mohon sebutkan alamat blog ini dalam tulisan Anda.

You are free to copy the content of my blog. However, please let your readers know my blog as your source.

Sabtu, 21 Maret 2009

Kampanye Sehat


Masa kampanye terbuka sudah dimulai. Nggak seperti pemilu sebelumnya, kali ini cenderung sepi. Partai-partai baru beralasan kekurang dana (dan kader juga kali). Hanya partai tertentu saja yang sering rame diikuti massa, termasuk anak-anak. Nah, ini yang dikritik oleh Kak Seto. Mbok ya anak nggak usah diseret-seret kampanye gitu. Lha, kalau anaknya yang minta gimana? Ya gitulah nggak semua hal mudah dijawab. Termasuk fenomena satu ini!

Misalnya saya satu partai dengan Anda, dan kita sama-sama nyaleg di daerah pemilihan yang sama. Waktu saya kampanye, mungkinkah saya ikut mengkampanyekan Anda? Observasi saya, sedikit sekali yang punya nyali besar seperti itu ketika sedang berkompetisi berebut kursi. Ini mudah dilihat dari poster-poster dan iklan-iklan yang menghiasi seluruh penjuru wilayah dan gelombang radio-TV. Biasanya yang ditonjolkan adalah dirinya sendiri. Siapa lagi yang mau promosiin kita, kalau bukan kita sendiri. Gitu kali logikanya. Paling-paling pihak lain yang disebut dan digandeng adalah tokoh sentral partainya. Seolah dengan menyandingkan foto diri sendiri dengan aura kultus tokoh itu, kemungkinan terpilih bisa meningkat.

Ini nih beberapa contoh yang nebeng aura figur:
Bersama Bapakku dan Partaiku, Berjuang untuk Rakyat.
Lihat Senyum Ibuku. Rasakan Merah Putih Partaiku. Maka Pilihlah Aku.
Rajaku Bikin Rakyat Tenteram. Dan Aku Punggawanya.
Bapakku Capresnya. Akulah Calegnya.
Bapakku Tegas dan Berhati Bersih. Aku juga. Pilih Dong.
Ibuku Menteri. Dia Pelindungku.


Karena trend umum seperti itu, saya jadi heran dengan kelakuan sebagian caleg yang beriklan sama-sama. Ada yang berdua, bertiga, bahkan bersepuluh Terlihat kebersamaannya. Kebacanya kurang lebih: Kalau Aku Nggak Pantas, Pilihlah Rekanku. Dan yang penting lagi, di iklan itu tokoh sentral partai tidak ditebengi. Nggak ngaruh kali. Kebacanya: Bapakku? Ah Dia Sendiri Lagi Sibuk di Sana. Bisa juga sih mereka begitu karena ingin menghemat. Kalau bisa ditanggung bersama ongkosnya, kenapa mesti sendirian? Bisa juga, tapi yang jelas fenomena ini jadi lain sendiri. Kayak oase di gurun pasir. Atau kayak nila setitik dalam sebelanga susu. Terserah sudut pandangnya.

Yang lebih bikin saya heran adalah seperti yang bisa diamati dari foto di atas yang saya ambil kemarin deket Stasiun Bekasi. Sungguh mati, saya nggak kenal dengannya. Biasanya ketika mendorong pemilih lewat iklan untuk mencontreng nama caleg, nama-nama caleg lainnya (dari satu partai lho) dibikin kosong. Hehehe. La iyalah, salah-salah udah keluar duit malah orang lain yang lebih dikenal. Kan mau promosiin diri sendiri? Tapi apa yang dilakukan caleg di foto ini. Dengan yakin ia menyertakan kompetitornya. Ia TIDAK MENGHILANGKAN nama-nama rekannya.

SubhanalLah. Saya sungguh berharap ia terpilih! Saya juga berharap yang suka menjelekkan yang lain (black campaign) justru nggak terpilih!

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Setuju Pak. Kalau caleg saya bingung pilih yang mana. Nggak ada yang kenal he he he

Saya yakin caleg-caleg yang sudah populer seperti artis akan lebih mudah terpilih.

Kalau Presiden mungkin masih lebih mudah menilai dan mencontrengnya :)

Y Pan mengatakan...

kalau calegnya nggak tahu, pilih partai aja. Itu dibenarkan. Mudah-mudahan aspirasi terwakili.

addthis

Live Traffic Feed