Copy and Paste

Anda bebas mengambil content blog ini, tapi mohon sebutkan alamat blog ini dalam tulisan Anda.

You are free to copy the content of my blog. However, please let your readers know my blog as your source.

Rabu, 18 Maret 2009

Bankir

Krisis ekonomi global memang aneh. Ia membuktikan bahwa bankir selalu diuntungkan. Dalam segala kondisi. Itu semua dipertontonkan ke seluruh dunia dari pusat keuangan yang telah menjadi episentrum tsunami krisis yang menyapu seluruh benua. Kecuali antartika kali.

Bagaimana tidak? Ketika pasar lagi pesta pora, para bankir di lembaga keuangan top dunia giat-giatnya menciptakan produk-produk inovatif, yang bikin kocek mereka tambah tebal dari easy money yang terkumpul. Kita mungkin maklum. La iyalah, mereka kan yang bikin bisnis bergerak dan tumbuh pesat, lewat penciptaan permintaan baru, melalui kredit. Nah, ternyata pesta pada saatnya mesti berakhir.

Bagaimana keadaan para bankir top itu saat krisis seperti sekarang? Sebelum menjawab itu, mari kita cermati dulu berapa banyak pabrik yang ditutup, berapa banyak toko dan restoran ditutup, berapa banyak pemandu wisata yang nggak dapet tamu. Daftarnya bisa panjang. Yang pasti orang yang kehilangan kerja karena terpaksa dipecat buesar sekali. Di Amerika maupun di seluruh dunia. Sebagian kita mungkin menerima kondisi itu. Ketika kondisi bagus, untung. Sebaliknya rugi. Itu namanya risiko. Tapi apa yang terjadi dengan lembaga keuangan top dunia?

Justru krisis yang disebabkan oleh praktik berisiko tinggi oleh para bankir top tertentu memberi berkah buat mereka sendiri. Amerika yang katanya negara kapitalis nomor wahid, tiba-tiba menjadi negara sosialis terbesar dengan dana talangan yang demikian dahsyat kepada lembaga-lembaga keuangan itu. Citi Group cuman satu contoh saja. Ironisnya adalah dana talangan yang mereka nikmati berasal dari kantong pembayar pajak Amerika, yang saat ini banyak mengalami kesulitan hidup.

Koq bisa sih? Ya itu... Bikin uang dari uang, bukan dari usaha yang nyata, membuat jebakan sandera yang fatal. Ketika bank tidak dapat menyalurkan kredit, karena ternyata asset mereka terlalu banyak masalah (nothing right on the left), pemerintah AS kelabakan.

Ekonomi yang dilandasi kredit, atau dari filosofi bikin uang semata dari uang, tidak dapat menanggung akibatnya ketika penyaluran kredit tiba-tiba terhenti. Pecahnya gelembung dapat menyebabkan ekonomi terkuat di dunia rontok sesaat itu juga. Oleh karena itu, pecahnya gelembung harus dicegah! Itu dimulai dengan menalangi bank-bank top dunia agar beroperasi normal. Hehehe, kalau istilahnya penanggung jawab sektor keuangan AS, lebih normal. Artinya belum normal betul.

Lebih ironis lagi, lembaga-lembaga keuangan bermasalah itu dalam kondisi sekarat masih memberikan bonus besar kepada para bankirnya. Obama pernah mencela itu, tapi mungkin sulit baginya untuk tidak menerima bahwa kita semua sudah disandera oleh para bankir busuk. Apakah para bankir dan pemegang otoritas yang punya nurani tidak tergerak hatinya untuk menciptakan alternatif sistem yang lebih berkeadilan? Mari kita tunggu. Bisa lama sih, tapi itu niscaya terjadi. Ikutan nggak?

Artikel terkait:
Outcry Builds in Washington for Recovery of A.I.G. Bonuses
A Joke about Our Culture
Integrity Again
Do You Believe in Market?
Dunia Perlu Di-restart
Regulasi Sektor Keuangan
Mencegah Krisis
Free, Good or Bad?

1 komentar:

Anonim mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

addthis

Live Traffic Feed