Copy and Paste

Anda bebas mengambil content blog ini, tapi mohon sebutkan alamat blog ini dalam tulisan Anda.

You are free to copy the content of my blog. However, please let your readers know my blog as your source.

Selasa, 17 November 2009

Qurban Memaknai Syukur

Asal kata syukur adalah syakaro. Kiasannya adalah rumput atau ternak yang tumbuh subur atau gemuk dengan air yang seadanya atau kondisi apa adanya. Di dalam surat al kautsar, digambarkan bahwa Allah memberikan ni'mat yang sedikit (a'to) di sisi Allah tetapi bagi manusia sangat banyak (kautsar). Untuk perbandingan saja, kautsar jauh lebih banyak dari kastiir yang artinya sudah sangat banyak lho.

Maksud a'to (sedikit) di sisi Allah sebagaimana gambaran setetes air laut yang jatuh dari satu jari yang baru dicelup di lautan. Yang sedikit tersebut lebih sering diburu manusia di dunia, padahal ni'mat yang jauh lebih banyak adalah seluas dan sedalam lautan dibandingkan setetes airnya. Ni'mat seluas dan sedalam lautan itu diberikan Allah untuk penduduk surga. Maksud kautsar (hampir tak terbatas) memang banyak sekali hingga tak dapat dihitung, bahkan jika seluruh manusia bekerja sama menghitungnya.

Dikisahkan bahwa manusia terkaya, yaitu Nabi Sulaiman, suatu hari ingin menyediakan makanan untuk seluruh makhluk di bumi, untuk satu hari saja. Beliau mengerahkan seluruh pasukannya dari golongan manusia dan golongan lainnya untuk menghitung kebutuhan seluruh makhluk. Tibalah saatnya niatan beliau dilaksanakan. Ternyata masih ada ikan nun yang belum tersurvey. Satu kali buka mulut, ikan nun mengkonsumsi berton-ton makanan. Ikan itupun mengeluh kepada Allah, "Mengapa rizkiku hari ini sedikit banget?" Tersungkurlah Nabi Sulaiman.

Untuk mensyukuri ni'mat Allah yang tak terhitung itu, di dalam surat al kautsar kita diperintahkan mendirikan shalat dan berqurban. Artinya menjaga hubungan vertikal dengan Allah dan hubungan horizontal dengan sesama. Karena disandingkan dengan shalat, qurban pasti memiliki arti yang luar biasa. Dengan makna luhur itu, qurban itu mesti dilakukan dengan cara terbaik. Hewan qurbannya pun harus yang terbaik, antara lain cukup umur dan sehat.

Syarat-syarat hewan qurban dan tatacara melaksanakan qurban itu sendiri diatur demikian lengkap sesuai dengan spiritnya. Misalnya seorang yang bermaksud berqurban dilarang memotong rambut dan kuku sejak hilal dzul-hijjah hingga qurban terlaksana. Selain itu, persiapan harus sangat matang. Tempat penyembelihan harus dibedakan dari tempat menguliti dan memotong-motong. Wow, indahnya, hewan qurban intinya harus disayang-sayang.

Dalam suatu hadist, diberitakan Rasulullah mencela seseorang yang mengasah goloknya di depan hewan qurban. Kita harus berempati jangan sampai hewan qurban itu memiliki perasaan disembelih berkali-kali. Menyembelih hewan qurban di depan hewan qurban yang lain juga dilarang. Oh, bukannya hewan tidak berperasaan. Tidak! Hewan qurban itu punya perasaan juga yang harus dijaga.

Secara filosofis, ibadah qurban sangat tinggi nilainya sebagaimana kita ketahui dari teladan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Wajar saja jika tatacaranya diatur demikian istimewa. Dibalik aturan fiqh yang demikian istimewa itu terdapat nilai luhur berqurban yang sesungguhnya. Kita harus senantiasa menghilangkan sifat-sifat rendah, seperti egois, rakus, nggak tahu diri, dan lain-lain. Demi apa? Ya... demi cinta kepada Allah yang Maha Tinggi. Nah, dalam pengertian ini, berqurban dapat dilakukan kapan saja.

Ilustrasinya, kalau ada keinginan membeli mobil baru, sementara tetangga sedang sakit keras, dan di tangan ada uang 100 juta. Dengan spirit berqurban, keinginan mobil baru di-qurban-kan untuk memenuhi kebutuhan mengatasi sakit parah. Kan, pada orang-orang yang sakit, apalagi sakit parah, Allah 'menunggu' kita untuk menjenguk-Nya. Memang sih, masih banyak contoh-contoh lain yang bisa diceritakan, namun rasanya cukuplah bahasan ini sampai di sini. Kalau belum puas, silakan hubungi Ustadz Habiburrahman*.


* Artikel ini diadaptasi dari materi pengajian warga di tempat kami hari ahad lalu yang disampaikan Ustadz Habiburahman. Beliau sedang menyusun disertasinya untuk gelar doktor di UIN.

Tidak ada komentar:

addthis

Live Traffic Feed