Copy and Paste

Anda bebas mengambil content blog ini, tapi mohon sebutkan alamat blog ini dalam tulisan Anda.

You are free to copy the content of my blog. However, please let your readers know my blog as your source.

Selasa, 16 November 2010

Pencari Sensasi dan Ahli Kubur

Bagi kita yang masih hidup, kebanyakan para pencari sensasi lebih sering kita perhatikan daripada kebanyakan ahli kubur. Memang ada ahli kubur tertentu yang sampai hari ini kita sebut-sebut namanya karena prestasi mereka yang luarbiasa, tapi umumnya kita lebih sering terpikat oleh pencari sensasi. Buktinya, acara info seleb lebih laku di TV.

Dulu ada film Accidental Hero. Sebuah pesawat nahas mengalami kecelakaan. Banyak penumpang tidak selamat. Kemudian muncul seorang misterius yang membantu para penumpang yang selamat. Dia kehilangan sebelah sepatunya selagi proses penyelamatan. Berdasarkan cerita mereka yang selamat, media kemudian mencari-cari siapa sih sang pahlawan.

Dari cerita film itu, sang pahlawan, Bernie, sebenarnya seorang kriminal. Karena profesinya, ia menghilang dari lampu sorot wartawan, tapi temannya, John, mengambil kesempatan dalam kesempitan. Dengan bekal sebagai seorang veteran dan sebelah sepatu Bernie, dia berhasil mengelabui publik, tentunya dengan bantuan media yang senang dengan kisah inspiratif. Di sini, sebetulnya ada kesalahan fatal, tapi karena cerita yang sensasional, kebenaran tertutupi dari publik. Bernie adalah pahlawan yang sebenarnya, walaupun itu kebetulan juga!

Coba bayangkan di antara penumpang yang tewas, adakah seseorang yang benar-benar mengambil tindakan heroik untuk penyelamatan tapi kemudian gugur tanpa ketahuan jasanya? Boleh jadi figur itu memang ada, tetapi karena dia keburu jadi ahli kubur, nggak ada cerita yang menghiasi koran nasional. Demikian juga, pahlawan-pahlawan tak dikenal yang gugur melawan penjajah! Nama mereka tidak pernah menghiasi buku-buku sejarah. Boleh jadi, buku sejarah malah diisi pahlawan seperti John yang kebetulan masih bisa menuturkan cerita-cerita heroik meskipun palsu. Mungkin sekali pahlawan di buku-buku sejarah mempunyai kontribusi yang tidak lebih baik dari pahlawan tak dikenal yang keburu gugur.

Anda pasti tahu GT, pegawai pemerintah yang ketahuan memiliki aset yang tidak sesuai gajinya, kan? Baru-baru ini dia bahkan bikin berita besar lagi setelah seseorang yang mirip dirinya diketahui berada di Den Pasar ketika dia sendiri masih mendekam di tahanan Brimob Kelapa Dua. Melihat besaran korupsinya kita sudah geleng-geleng kepala. Ck ck ck! Semakin dibesarkan sensasinya, semakin terlena kita dari kasus-kasus yang jauh lebih besar di kuburan. Kasus-kasus di kuburan itu tidak akan pernah buka suara dan membuat Anda mungkin berpikir mereka tidak pernah ada. Begitulah perbedaan sensasi dan kuburan.

Ilustrasi yang lebih ilmiah dapat Anda baca di buku The Black Swan karya Dr Nassim Nicholas Taleb. Salah satunya mengenai bayi yang jatuh ke sumur di Italia pada akhir 1970-an. Karena kesulitan mengeluarkannya dari sumur, jadilah kisahnya suatu yang amat dramatis. Negeri Lebanon yang kala itu sedang mengalami perang saudara yang dahsyat bahkan heboh oleh tragedi bayi dari Italia itu sembari melupakan betapa banyak korban perang di rumah sendiri.

Memang kegandrungan kita pada berita yang sensasional membuat kita justru melupakan fakta yang relevan yang ada di kuburan. Ini adalah kelemahan bawaan yang tertanam dalam otak kita yang sekaligus menjadi kekuatannya (baca juga Hebatnya Pikiran - Y Pan). Yang jadi soal tambahan adalah faktor eksternal yang suka mengekploitasi kelemahan kita, dengan tidak sengaja atau lebih parah lagi dengan sengaja. Untuk itu, nggak ada salahnya kita berhati-hati.

Nah, di wilayah extremistan (baca juga Yang Belum Kebaca) - Y Pan), tempat bercokol kebanyakan masalah sosial, sikap hati-hati itu mesti lebih ditingkatkan lagi. Mengapa? Teman-teman kita mungkin suka mengolok-olok keyakinan kita dengan ganas, sampai kita keluar dari keyakinan itu dan akhirnya mengikuti jejak GT. Sanak kita mungkin menyalahkan profesi yang selama ini kita tekuni bergelimang dengan buku, percobaan, dan penelitian, tapi seret uang dan ketenaran. Karena tidak tahan, kita bisa saja keluar dari lembaga penelitian yang sudah membiayai sekolah kita sampai S3 ke luar negeri. Kita lalu lebih memilih bekerja di bank atau jadi pialang atau jadi pengamat yang dengannya sanak saudara tidak akan pernah memandang rendah lagi. Karena kita begitu menghargai imbalan segera, pihak eksternal dapat dengan mudah menjerumuskan kita ke kekeliruan yang kita sesali kemudian.

Andaikan imbalan surga dapat dihadirkan ke dunia ini, tentunya kita akan siap sedia mengalami kerugian-kerugian kecil sepanjang waktu dan mengabaikan begitu saja olok-olok teman dan pandangan merendahkan sanak saudara. Kenapa? Karena kita yakin pada saatnya semua kerugian kecil itu tidak akan ada artinya di hadapan imbalan surga. Demikian pula, kita tentu tidak keberatan menunda keuntungan-keuntungan kecil sepanjang waktu mengingat keuntungan-keuntungan kecil itu tidak berarti apa-apa di hadapan neraka.

Itulah sebabnya kita dapat mengerti bagaimana inginnya sosok seperti Khalid bin Walid tewas dalam peperangan yang diikutinya. Beliau bersusah payah mengikuti semua perang itu dengan luka-luka yang menggerogoti badan. Sungguh suatu ironi, semua perang itu dimenangkannya, tapi harapannya untuk syahid dalam perang tidak tercapai, hingga beliau meninggal di tempat tidur.

Berikut ini satu ilustrasi lagi dari Dr Taleb. Misalkan sebuah obat menyelamatkan banyak orang dari penyakit berpotensi membahayakan. Sebaik-baik obat itu, ada risiko ia dapat menewaskan beberapa orang. Secara obyektif "berat bersih" untuk masyarakat positif banget. Apakah dokter mau meresepkannya? Rasanya tidak, karena pengacara para korban akan memburu sang dokter dan menggebukinya seperti anjing, sementara fakta bahwa banyak orang yang terselamatkan tidak akan membelanya sedikitpun. Nyawa yang terselamatkan adalah statistik (kuburan), sedangkan beberapa korban efek samping adalah anekdot yang gampang diceritakan dan disebarkan (sensasi).

Menurut Dr Taleb, fenomena ahli kubur yang diilustrasikan di atas merupakan manifestasi bukti yang tidak bicara. Tugas kita adalah menghindari terjebak pada apa yang kita lihat (sensasi) saja, tetapi mencari apa-apa yang tidak kelihatan (kuburan). Seyogyanya dua-duanya sama-sama kita perhatikan dengan sungguh-sungguh. Bahkan kalau kita dapat mengidentifikasi suatu sensasi tidak relevan, kita sepatutnya segera mengabaikannya saja. Kalau tidak seperti itu, kita akan terjebak pada sensasi. Malangnya sensasi itu ternyata sering seperti John dalam Accidental Hero di atas, sementara bukti sebenarnya justru tidak bicara, diam seribu bahasa.

Sekarang mari kita kembali ke sekolah. Teori dan ruang kelas sudah mengajarkan kita banyak hal dan sudah membawa peradaban manusia berkembang hingga saat ini. Namun demikian, teori dan ruang kelas seperti sudah dibuktikan secara konsisten dalam sejarah tidak lebih adalah sensasi itu sendiri. Apa yang kita pahami saat ini berdasarkan teori dari ruang kelas yang kita hadiri kemarin mengungkung pikiran kita dalam kotak teori itu sendiri. Padahal kenyataan lebih rumit dari teori itu. Di luar kotak teori itu bersemayam bukti yang tidak bicara. Dr Taleb memberikan ilustrasi yang sangat menawan yang telah mencerahkan banyak orang sekaligus membingungkan banyak orang lain. Saya harus cari-cari bahan dulu di internet dalam bahasa aslinya sampai bisa mengkoreksi terjemahan yang terlanjur saya baca.

Tony yang Gemuk (Fat Tony) adalah seorang jalanan asal Brooklyn yang sangat sukses, sementara John yang Bukan Orang Brooklyn (Dr John) adalah seorang ahli yang berlatar akademis. Sungguh ilustrasi ini bukan untuk mengejek orang jalanan yang sukses ataupun seorang akademisi yang terlalu teoritis. Banyak akademisi yang menguasai jalanan dan tidak terlalu teoritis. Ada juga orang jalanan yang belajar sendiri banyak teori dan menguasasi banyak bahasa. Yang menyebalkan adalah orang jalanan yang sok teoritis. Perumpamaan Fat Tony dan Dr John hanya untuk menggugah pemahaman saja. Berikut ini percakapan antara Dr Nassim Nicholas Taleb (NNT) dengan keduanya.

NNT: Andaikan ada sebuah koin yang sempurna imbang (terjemahan The Black Swan menggunakan istilah "koin yang adil" yang kelewat harfiah, hehehe - Y Pan), yang memiliki kesempatan yang sama (50:50) untuk muncul sisi depan atau sisi belakang (dalam istilah Bahasa Inggris head or tail yang males saya terjemahkan sebagai kepala atau ekor - Y Pan) sewaktu diundi. Saya sudah melontarnya sembilan puluh sembilan kali dan selalu mendapatkan sisi depan. Bagaimana peluang saya mendapat sisi belakang pada lemparan berikutnya?

Dr John: Pertanyaan gampang. Separo, tentu saja, karena Anda mengasumsikan peluang 50 persen untuk masing-masing sisi dan lontaran yang satu tidak terkait dengan lontaran yang lain.

NNT: Bagaimana pendapat Anda, Tony?

Fat Tony: Hemat saya tidak lebih dari 1 persen, tentu saja.

NNT: Kenapa begitu? Saya telah memberimu asumsi awal bahwa koinnya betul-betul imbang, yang berarti peluang tiap sisi tepat 50 persen.

Fat Tony: Anda entah bodoh sekali atau murni seorang pecundang bila menerima pandangan "50 pehcent" (mungkin logat Brooklyn - Y Pan) itu. Koinnya pasti sudah disetel (versi asilnya loaded, tapi buku terjemahan menggunakan istilah "koin berhantu" yang bikin pembaca kayak saya bingung dan keburu merendahkan Fat Tony - Y Pan). Nggak mungkin imbang! (Maksudnya setelah diterjemahkan Dr Taleb yang lebih sekolahan: Mungkin sekali asumsi bahwa koin itu imbang merupakan asumsi yang salah dibandingkan kenyataan setelah 99 pelemparan selalu muncul sisi depan.)

NNT: Tapi Dr John mengatakan 50 persen.

Fat Tony (berbisik di telinga NNT): Saya tahu orang macam ini dengan contoh-contoh aneh dulu waktu saya kerja di bank. Mereka berpikir terlalu lambat. Terlalu pasaran.


Saya butuh beberapa kali membaca dialog di atas dan akhirnya memutuskan mencari sumbernya di internet. Dr Taleb menyediakan PDF yang bisa diunduh dari http://www.fooledbyrandomness.com/LudicFallacy.pdf. Saya pelajari tulisan aslinya hingga saya merasa memahaminya. Dr John berpikir sepenuhnya di dalam kotak, sementara Fat Tony sepenuhnya di luar kotak. Saya pikir keduanya bukan sosok ideal. Saya lebih senang sosok yang menguasai dalam dan luar kotak. Dalam definisi Dr Taleb, luar kotak adalah lipatan plato (platonic fold), suatu daerah yang belum dipahami (non-platonic) dan sering kita abaikan karena kita nggak nyaman dengan faktor yang misterius. Alih-alih mengekplorasi area di luar kotak dengan skeptis, kita sering memuaskan diri dengan apa yang sudah kita ketahui saja (platonic).

Dalam kasus Fat Tony dan Dr John, walaupun keduanya bukan sosok yang ideal, saya menyimpulkan bahwa Fat Tony lebih baik dari Dr John. Kehidupan sehari-hari lebih sering mengandung banyak hal di luar kotak teori yang tidak steril dari ketidakpastian yang sesungguhnya. Mungkin banyak pembaca The Black Swan mendebat bahwa tidak mungkin ahli statistik seperti Dr John berlaku sangat lugu dan steril seperti itu. Dia pasti akan menguji dulu asumsi bahwa koinnya imbang dengan data empiris bahwa dalam 99 lemparan selalu muncul sisi depan.

Memang selayaknya orang sekolahan tetap skeptis dengan apa yang "telah" diketahuinya dan melakukan pengujian empiris untuk mengeksplorasi area yang "belum" diketahuinya, tapi kenyataannya ada (untuk tidak mengatakan banyak - Y Pan) orang sekolahan yang gagal menggunakan prinsip-prinsip ilmiah dalam kehidupan sehari-hari. Kita sering terjebak menggunakan intuisi saja untuk suatu yang mestinya dipikirkan secara mendalam. Dengan instinct, kita sering menggunakan jalan pintas mungkin karena ingin cepat kabur dari buruan binatang buas.

Kesalahan yang dilakukan Dr John, disebut kesalahan spontan (ludic fallacy), ternyata dilakukan juga oleh kasino-kasino. Mungkin kita berpikir kasino, apalagi di Amerika, sangat ahli di bidang peluang dan ketidakpastian. Koq bisa kasino dengan lugunya mengatakan koinnya imbang? Di dalam permainan memang koinnya imbang. Dengan koin yang imbang, saking semuanya sudah terhitung akurat, nggak mungkin sebuah kasino rugi dari bisnis judi ini. Yang nggak cerdas adalah para pengunjung kasino! Memang ada orang yang memiliki kemampuan, didukung alat ataupun tidak, untuk mencari keuntungan yang bersifat bukan untung-untungan dari judi di kasino. Orang-orang seperti itu, yang disebut curang, akan diamati dan ditangani sendiri oleh kasino. Pernah lihat kan adegannya di film-film?

Lalu di mana letak kesalahan spontan yang dilakukan kasino? Dr Taleb menuliskan dari pengakuan pengusaha kasino sendiri bahwa sumber kerugian kasino bukan dari permainan itu, tapi berasal dari luar yang mereka tidak antisipasi. Contohnya? Pertama, pawang harimau untuk atraksi di kasino diterkam oleh harimaunya sendiri. Kedua, seorang kontraktor kecewa terhadap kasino dan berencana meledakkan kasino itu. Ketiga, pegawai kasino lalai menyampaikan formulir-formulir pajak ke kantor pajak yang mengakibatkan denda yang luarbiasa besar. Keempat, putri pemilik kasino diculik untuk tebusan sejumlah besar uang.

Contoh-contoh mengenai kerugian kasino di atas kelihatannya mendorong Dr Taleb dengan sinis mengatakan kasino berjudi dengan dadu yang salah! Artinya permasalahan dalam kehidupan tidak dapat disterilkan seperti ruangan kasino itu sendiri. Menurut Dr Taleb, peluang berjudi di dalam permainan-permainan kasino sih gampang dihitung. JUSTRU ANGSA HITAM BERSEMAYAM DI LUAR KOTAK permainan kasino itu sendiri. Dia ada di kuburan dan tidak terlihat sensasional!

* Setelah membaca artikel ini, ada baiknya jika berkenan, Anda baca sendiri buku The Black Swan agar Anda dapat mengidentifikasi konsep asli Dr Taleb dari kata-kata yang saya tambahkan sendiri dan dari kata-kata yang saya tidak suka masukkan di sini.

Diinspirasi oleh The Black Swan: Bab 7: Hidup di Beranda Sebuah Harapan (Living in the Antechamber of Hope), Bab 8: Giacomo Casanova yang Terus Beruntung: Masalah Bukti yang Tidak Bicara (Giacomo Casanova's Unfailing Luck: The Problem of Silent Evidence), Bab 9: Kesalahan Spontan, atau Ketidakpastian Si Kutu Buku (The Ludic Fallacy, or The Uncertainty of The Nerd)


Baca artikel terkait sebelumnya: Hebatnya Pikiran

Tidak ada komentar:

addthis

Live Traffic Feed