Copy and Paste

Anda bebas mengambil content blog ini, tapi mohon sebutkan alamat blog ini dalam tulisan Anda.

You are free to copy the content of my blog. However, please let your readers know my blog as your source.

Rabu, 10 Desember 2008

Mencegah Krisis

Krisis keuangan global saat ini yang dimulai dari pusat keuangan dunia, AS, diramalkan akan berlangsung cukup lama. Baru-baru ini presiden terpilih AS, Barack Obama menyampaikan pesan senada. Bahkan beliau memperkirakan kondisi akan makin memburuk untuk beberapa waktu untuk kemudian membaik. Untuk mengendalikan krisis ini, beliau bersama tim ekonominya telah menyusun program-program tertentu. Program itu termasuk 'pembiayaan' pemerintah terhadap perusahaan, termasuk lembaga keuangan, untuk menolong mereka melewati krisis. Tentu saja biaya yang akan ditanggung pemerintah akan sangat substansial.

Beberapa media serempak menyiarkan rencana Obama di atas. Mungkin Anda dapat membacanya di Republika kemarin, di link ini. Link Reuters dan YahooNews berikut ini mungkin perlu juga Anda cermati: artikel Reuters dan artikel Yahoo. Tentu saja program ekonomi Obama akan menuai pro dan kontra yang beragam. Kubu konservatif mungkin nggak akan pernah bosan mengingatkan peninggalan filsafat small government dari era Ronald Reagan. Sebaliknya kubu liberal, seperti sang nobelis Krugman yang baru-baru ini menyampaikan kuliah nobel di Swedia, justru mendukung kebijakan fiskal yang ekspansif. Memang banyak variasi dan nuansa yang berbeda, tapi pengelompokannya tidak dapat dilepaskan dari perbedaan karakter dasar kedua kubu di atas.

Nah, terkait dengan sektor keuangan, perlu juga dicermati rencana atau bahkan sumpah Obama untuk memperkuat sektor ini dengan regulasi untuk menjamin transparansi dan akuntabilitas lembaga-lembaga keuangan. Tembakannya sebetulnya adalah untuk melindungi konsumen dari lembaga-lembaga keuangan itu. Saya pribadi menamakan fenomena peralihan kebijakan ekonomi era Bush yang mengarah ke deregulasi ke kebijakan ekonomi Obama sebagai fenomena kebijakan berbalik arah. Salah seorang teman, ketika membaca artikel saya yang lalu, Kebijakan Berbalik Arah, lewat email pribadi menyatakan ketidaksetujuannya. Saya memintanya untuk mempublikasikan komentarnya itu di blog saya untuk kemudian saya tanggapi. Sayang beliau kelihatannya tidak berkenan.

Ada yang mengatakan sektor finansial adalah sektor yang telah sarat dengan regulasi. It is already highly regulated. Mungkin pernyataan ini ada benarnya, tapi regulasi yang ada itu ternyata tidak efektif untuk mencegah krisis. Posisi Greenspan yang kukuh melindungi derivatif dari regulasi mungkin sejalan dengan asumsi bahwa sektor keuangan sudah sangat sarat regulasi. Regulasi tambahan tidak akan mendapat sambutan positif dari pasar. Bahkan yang akan didapat penolakan. Demikian kira-kira argumentasi Greenspan saat itu untuk mematahkan usulan agar derivatif diregulasi. Hari-hari ini justru warisan beliau itu digugat. Lihat artikel saya sebelumnya Menggugat Warisan Greenspan.

Well, bagaimanapun kubu konservatif AS mencoba agar kebijakan tidak berbalik alias agar status quo terjaga, kelihatannya Obama tetap akan menempuh rutenya yang berbau Keynesian atau Krugmanist. Lihat artikel Paul Krugman yang berargumen bahwa untuk mencegah krisis berikutnya diperlukan reformasi sektor keuangan. Dan itu harus dilakukan mulai saat ini. Jadi, walaupun Obama tetap yakin dengan kapitalisme beliau menggesernya ke kiri (atau ke tengah) sedikit agar lebih berkeadilan. Artinya jangan sampai manis kapitalisme hanya dinikmati segelintir orang saja, sementara kebanyakan orang Amerika justru tertekan oleh roda kapitalisme, dalam bentuk biaya pendidikan yang mahal, biaya perumahan yang mahal, biaya kesehatan yang mahal, dan lain-lain. Lihat wawancara Obama sekitar masa kampanye awal tahun.

Hmm, model regulasi sistem keuangan yang digarap Obama tentu akan ditiru banyak negara pengekor. Setidaknya ia akan dipelajari dan minimal sebagian diadop oleh negara-negara itu. Termasuk Indonesia? Sebenarnya nggak juga, justru kita sudah mendahului belok dan berbalik. Beberapa waktu lalu transaksi valas jumlah tertentu diregulasi dan dibatasi harus didasari kebutuhan yang jelas. Tentunya ini untuk mengurangi spekulasi. Penerapan regulasi ini tentu dengan pengingkaran bahwa Indonesia (tidak) meninggalkan regim devisa bebas. Jangan coba-coba lho masih mengambil kesempatan dalam kesempitan karena Anda akan diburu Menteri Keuangan kemana pun Anda kabur. Tidak layak Anda mengambil keuntungan sendiri atas penderitaan publik, penderitaan orang banyak. It does not sound like Adam Smith speaking.

Hari ini di koran-koran nasional, kita mendapatkan berita bahwa otoritas moneter dan pengawasan bank membatasi produk non bank di perbankan. Lihat artikel yang menyinggung isu ini di Republika hari ini: intinya sama saja. Bank harus meningkatkan perlindungan terhadap nasabahnya. Jangan sampai nasabah yang kurang informasi tergiur membeli produk-produk non bank spekulatif yang dijual bank. Langkah-langkah yang telah diambil pihak berwenang di atas mudah-mudahan dapat mengendalikan dampak negatif krisis global terhadap Indonesia. Apakah langkah-langkah ini cukup untuk mencegah krisis selanjutnya?

Memang pertanyaan terakhir itu yang paling menarik sekaligus paling susah dijawab. Tidak ada salahnya dong kalau program ekonomi Obama, termasuk program reformasi sektor keuangannya, dipelajari benar-benar. Mungkin saja ada yang nggak bisa dilakukan di sini, tapi masak sih semuanya nggak bisa?

Artikel terkait:
Filsafat Kebijakan Baru
Kebijakan Memang Berbalik
kebijakan Berbalik Arah
Menggugat Warisan Greenspan

Tidak ada komentar:

addthis

Live Traffic Feed