Copy and Paste

Anda bebas mengambil content blog ini, tapi mohon sebutkan alamat blog ini dalam tulisan Anda.

You are free to copy the content of my blog. However, please let your readers know my blog as your source.

Senin, 29 September 2008

Hilal, Bulan Baru

Hari-hari ini mestinya hari-hari kesedihan dan kegembiraan sekaligus buat kaum muslimin. Sebentar lagi Ramadhan meninggalkan kita dan 1 Syawwal segera menyambut. Perasaan sedih mendalam yang mengisi ruang hati adalah pencerminan cinta pada Ramadhan, sementara manfaatnya masih terasa belum maksimal. Harapan bertemu lagi dengan Tamu Mulia mungkin dapat sedikit mengobati. Nggak ada jaminan usia tapi! Sebaliknya, perasaan gembira yang membuncah adalah pencerminan syukur bahwa latihan selama Ramadhan, dengan segala kekurangannya, sudah mengubah kita, walaupun hanya sedikit untuk tergerus lagi pada bulan-bulan lain. Jadi, perayaan wajar dilakukan. Malahan harus. Oleh karena itu, seorang muslim dilarang puasa pada Hari Raya. Bagi kaum muslimin Indonesia, ada perasaan lain lagi yang cukup bikin gundah. Kapan bulan baru tiba?

Menurut situs DaylightMap.com yang widget-nya saya gunakan di blog ini, bulan baru kurang lebih akan terjadi 17 jam lagi. Ya! Tujuh belas jam lagi. Artinya itu jam 9 WIB malam nanti. Kalau Daylight benar, maka kaum muslimin Indonesia tidak akan dapat melihat hilal maghrib nanti, artinya otoritas akan kesulitan menetapkan malam nanti dan besok sebagai awal Syawwal. Namun demikian, negara-negara Timur Tengah dan Eropa (apalagi benua Amerika) berkemungkinan mendapati hilal pada maghrib mereka. Konsekuensinya adalah boleh jadi negara-negara tersebut menetapkan hari ini Ramadhan berakhir. Dengan kemajuan teknologi informasi, nggak bisa dihindari ummat Islam Indonesia mudah menyadari bahwa sebagian negara telah lebaran. Dengan informasi tersebut, kurangnya pengetahuan penetapan hari pertama bulan, dan lemahnya kepercayaan sebagian masyarakat terhadap otoritas, mungkin sekali sebagian ummat secara sendiri-sendiri atau berjamaah terpicu untuk tidak mengikuti penetapan oleh Pemerintah Indonesia.

Gimana dong? Ya... mungkin kita masih harus menambah cadangan kesabaran di dalam lubuk hati kita masing-masing. Menurut saya pribadi, mengikuti otoritas, dalam hal ini Pemerintah Indonesia, adalah yang paling bijak. Apapun keputusannya! Mungkin Anda bertanya, bagaimana kalau mereka yang berkuasa salah. Bukankah Rasulullah pernah menyuruh orang berbuka ketika masih hari ke-30 Ramadhan karena ada orang yang dipercaya mengaku menyaksikan hilal pada maghrib sebelumnya? Boleh jadi orang tersebut berada di posisi geografis yang 'lebih akhir' sehingga dapat menyaksikan hilal yang tidak dapat disaksikan Rasulullah. Dapatkah kita mengambil contoh ini untuk kasus Indonesia hari ini yang mungkin tidak dapat menyaksikan hilal yang dapat disaksikan negara-negara lain pada maghrib tanggal 29 September 2008? Menurut saya sih, ijtihad pribadi seharusnya tunduk kepada ijtihad pihak yang berwenang yang berdasar dalil-dalil.

Bisa dipaksa nggak? Nggak sih... Mungkin di sini tantangannya buat lembaga yang berwenang. Departemen Agama dan MUI serta ormas-ormas Islam perlu bersatu untuk membangun kepercayaan. Selain itu, ummat perlu juga dididik dengan benar dan dibekali pengetahuan yang memadai untuk menyikapi permasalahan ini. Persoalan apa ini? Setidaknya change management!

SELAMAT MENYAMBUT KEMENANGAN.

Artikel terkait:

Sepertiga Terakhir
Sepuluh Malam Kedua
Madrasah Ramadhan Dimulai
Persiapan Ramadhan

Tidak ada komentar:

addthis

Live Traffic Feed