Copy and Paste

Anda bebas mengambil content blog ini, tapi mohon sebutkan alamat blog ini dalam tulisan Anda.

You are free to copy the content of my blog. However, please let your readers know my blog as your source.

Kamis, 11 September 2008

Sepuluh Malam Kedua

Tadi malam adalah permulaan sepuluh malam kedua Ramadhan, yang disebut fase ampunan (maghfiroh). Di masjid dekat rumah, jamaah shalat isya dan subuh masih rame. Memang sedikit berkurang sih dari awal Ramadhan, tapi masih lumayan. Alhamdulillah. Mudah-mudahan bertahan hingga malam-malam terakhir. Di kantor pun demikian, jamaah shalat zhuhur di masjid masih rame. Saya sendiri pekan ini dua kali absen. Pertama, hari Senin karena ijin cuti ngurus mobil ke bengkel. Kedua, kemarin karena ngikutin psikotes hingga jam 12.30.

Selasa lalu, yang mengisi ceramah zhuhur adalah Ustadz Tifatul Sembiring, dengan tema masalah negara dalam Islam. Masjid kantor penuh sesak oleh jamaah. Ceramahnya memang menarik. Walaupun waktunya singkat, terasa sekali isinya padat dan cukup ilmiah serta disampaikan dengan gaya orasi yang prima. Hari ini, yang mengisi adalah Ustadz Yudi Latief, dengan tema yang nggak kalah heboh (walaupun antusiasme hadirin tidak seperti hari Selasa), yaitu berinteraksi dengan Al-Qur'an. Intinya adalah bagaimana menjadikan Al-Qur'an fungsional dalam kehidupan ummat yang notabene dalam masalah-masalah besar. Penyebab masalah, kata beliau, karena interaksi dengan Al-Qur'an belum menjadi prioritas utama ummat. Jangankan secara fungsional, secara ritual pun bukan prioritas utama.

Kenyataannya, gairah Ramadhan rupanya tidak mudah surut. Nilai-nilainya terus diinternalisasi ummat, sadar ataupun tidak. Nilai-nilai itu dapat menjadi mekanisme kontrol sosial yang inheren dalam hati setiap muslim. Insya Allah. Harapannya ummat mampu sedikit demi sedikit mengurangi perilaku curang yang masih prevalen hingga saat ini. Menurut penelitian Dan Ariely seperti diungkapnya dalam buku Predictably Irrational, memang orang yang baik (honest) dapat berlaku curang (dishonest) jika ada kesempatan. Tapi nilai-nilai sosial yang berlaku membatasinya agar tidak berlebihan. Bahkan tendensi berlaku curang dapat dikurangi lagi dengan meminta responden menuliskan the ten commandments.

Nah, obat utama yang ditawarkan Ramadhan adalah kendali diri: kemampuan menahan diri untuk menunda kesenangan sesaat untuk kebaikan yang lebih hakiki. Di fase kedua Ramadhan ini, Allah mengganjar kita yang telah sudi mengikuti pelatihan di madrasah Ramadhan ini dengan pahala yang besar, yaitu ampunan. SubhanalLah! Tentunya ganjaran pahala itu dapat kita raih hanya jika obat utama pengendalian diri itu benar-benar kita terima dan kita praktikkan. Biarlah lapar dahaga dibahas lain kali, menahan emosi amarah adalah satu dari sekian anjuran yang harus kita internalisasi. Demikian pula menahan nafsu birahi dan menahan nafsu memiliki dengan lebih banyak memberi.

Kalau Al-Qur'an kita imani dan kita jadikan fungsional dalam kehidupan masyarakat, tentunya tesis para ulama seperti yang kebetulan disampaikan Ustadz Yudi Latif di atas dapat terwujud. Bila masyarakat baik, gilirannya negara menjadi baik juga. Ya begitulah kata Ustadz Tifatul Sembiring. Perbaikan. Perbaikan. Perbaikan. Bila nilai-nilai kebaikan terbukti secara meyakinkan dalam eksperimen-eksperimen sosial ilmiah seperti yang dilakukan oleh Dan Ariely (salah satu kesimpulan Prof Ariely: lebih mudah menghindari hubungan seks yang bermasalah ketika seseorang berada dalam keadaan cool daripada kalau ia sudah berada dalam cengkeraman nafsu), apatah lagi yang menghalangi kita untuk menerima dan melaksanakan kebaikan.

Mungkin masalahnya memang kita kurang interaksi dengan-Nya. Maka BACALAH! Iqro', walaupun dimulai dengan terbata-bata, walaupun dimulai dengan pembiasaan ritual (saja)...

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Terimakasih sudah diingatkan Pak Aan :)

Y Pan mengatakan...

sama-sama

addthis

Live Traffic Feed