Copy and Paste

Anda bebas mengambil content blog ini, tapi mohon sebutkan alamat blog ini dalam tulisan Anda.

You are free to copy the content of my blog. However, please let your readers know my blog as your source.

Senin, 14 April 2008

Kewajiban dan Hak

Judul di atas terasa janggal, nggak? Biasanya ungkapan kita adalah Hak dan Kewajiban. Sebagai warga negara lah, sebagai anak lah, sebagai orang tua lah, sebagai apa aja, juga sebagai majikan dan pegawai. Salah seorang pimpinan saya mengatakan mungkin karena kebiasaan mendahulukan kata hak daripada kewajiban, kita punya budaya rebutan. Kita lebih mendahulukan 'ambil dulu' baru 'beri' dalam kehidupan sehari-hari. Contoh sederhana kata beliau adalah perilaku kita di jalan. Kalau ada kesempatan, jarang kita serahkan ke pengendara lain untuk duluan... kita sendiri harus duluan.



Saya pernah tinggal di kota kecil, Urbana-Champaign, AS. Saya kagum dengan ketertiban berlalu lintas di sana. Anda boleh mengatakan, "Ah, kalau di LA, Chicago, dan NYC, belum tentu!" Mungkin itu benar, tapi saya juga pernah berkendara sendiri di Chicago, DC, NYC (walau bukan di Manhattan), dan SF di mana saya merasakan suasana lebih tertib dibandingkan di Jabodetabekadung. Ini juga nggak berarti saya memuja Amerika. Saya punya kritik juga terhadap negara itu (lihat artikel Krisis Ekonomi AS dan Global), termasuk IMF yang mulai gerah dengan tekanan mekanisme pasar beras dunia. Kembali ke kota kenangan U-C, pengendara sering memberikan kesempatan pada pengendara lain untuk duluan, terutama di perempatan yang diatur hanya dengan stop sign, bukan lampu lalu lintas. Saya juga termasuk yang sering diberi kesempatan lewat dulu. Ah, manisnya.



Saya tidak akan menjelek-jelekkan negeri dan bangsa sendiri setelah membandingkannya dengan negara maju. Pak Amin waktu memberi ceramah di sana pernah berpesan: begitu-begitu juga negeri kita. Jadi, ini bukan berniat menjelek-jelekkan diri sendiri, tapi merupakan ungkapan cinta terhadap negeri. Seandainya kita bisa berjanji mendahulukan kewajiban daripada hak di jalan, mungkin integritas kita, termasuk saya, sedikit demi sedikit terbangun di jalan. Syukur-syukur kalau menular ke orang lain dan untuk hal-hal lain juga, umpamanya di kantor, di pasar, dan di parlemen.

Memang bahasan seperti ini sudah sangat sering dan terasa klise. Mulai dari Aa', Kang Ary, Om Stephen, Om Jim, para ustadz, para guru sudah lama mengatakannya. Kenyataan ini tidak membuat saya sungkan untuk menuliskan ini lagi. Nggak. Sama sekali nggak ada ruginya buat saya. Minimal ini bisa buat ngingetin diri sendiri bahwa kebaikan dan kemuliaan sangat dirindukan. Jiwa yang merindu tidak akan pernah berhenti. Tidak pernah bosan menunggu. Tidak pernah lelah berharap. Bahkan di penantiannya itu, dia merasakan getar rindu yang semakin syahdu. Berbeda dengan perindu pasif, saya lebih memilih mencari jalan mengobatinya, walau hanya dengan sepatah dua patah kata. Seuntai dua untai do'a. Lebih bagus kalau dengan upaya bersama. Jadi, mulai sekarang saya insya Allah akan menuliskan ungkapan Kewajiban dan Hak, bukan sebaliknya. Harapannya Anda pun begitu, tapi itu terserah Anda.

Salam rindu dari seorang perindu...

Untuk (wahai) diriku sendiri, Slank, Fauzi Bowo, Andi Rahmat, Mochtar Muhammad, Rahmat Effendi, Ahmad Heriawan, Dede Yusuf, Bang Doel... dan semuanya.

PS. Buat yang belum tahu hasil PilGub Jabar, silakan lihat di:
Hasil Penghitungan Suara PilGub Jabar
Hari Pencoblosan Pilkada Jabar
Hasil Polling Gubernur Jabar

Tidak ada komentar:

addthis

Live Traffic Feed