Copy and Paste

Anda bebas mengambil content blog ini, tapi mohon sebutkan alamat blog ini dalam tulisan Anda.

You are free to copy the content of my blog. However, please let your readers know my blog as your source.

Selasa, 20 Mei 2008

Memesona atau Mempesona

Mas Shiddieq pernah memuat komentar di blog ini pada posting terdahulu. Pertanyaannya adalah mana yang benar mempengaruhi atau memengaruhi. Karena menganggap ini isu kontroversial, saya waktu itu menjawab perlu waktu untuk menanggapi. Sebenarnya, di koran-koran nasional kata yang benar dapat kita dapatkan. Tentunya koran nasional berusaha mengikuti ketetapan lembaga Bahasa Indonesia yang berwenang. Coba yang berikut ini.

Memesona atau mempesona
Memperhatikan atau memerhatikan
Memunyai atau mempunyai
Memperkirakan atau memerkirakan
Memproduksi atau memroduksi
Memroses atau memproses

Coba juga yang ini.

Memulangkan atau mempulangkan
Mempetakan atau memetakan
Memilih atau mempilih
Mempipihkan atau memipihkan
Mementaskan atau mempentaskan
Memutuskan atau memputuskan

Yang lain...

Mengkalkulasi atau mengalkulasi
Mengkaji atau mengaji
Mengoordinasi atau mengkoordinasi
Mengkerut atau mengerut
Mengronologikan atau mengkronologikan
Mengkibaskan atau mengibaskan
Mengkristal atau mengristal

Daftarnya bisa kita tambah lagi hingga panjang dan memanjang. Menurut kaidah Bahasa Indonesia, persoalan ini masuk dalam topik asimilasi bunyi. Asimilasi bunyi terjadi karena adanya imbuhan, terutama awalan me- yang mengubah bunyi huruf pertama kata yang diberikan awalan. Contoh kata dasar perlu akan mengalami perubahan bunyi huruf pertamanya jika ditambahkan imbuhan me- -kan, menjadi memerlukan. Dalam hal ini huruf p terasimilasi awalan me- atau mem- menjadi bunyi m. Contoh lain ada pada kata dasar kaji. Huruf k terasimilasi awalan me- atau meng- sehingga hilang ditelan kata-kata. Hasil akhirnya mengaji, walaupun kita mengenal juga kata mengkaji tanpa asimilasi bunyi huruf k.

Nah, mana kata-kata yang benar? Semuanya harus diasimilasi? Atau adakah pengecualian? Bahasa memang selalu ada pengecualian, bahasa apapun termasuk bahasa komputer. Menurut hemat saya, terlepas dari keputusan lembaga berwenang, asimilasi bunyi huruf pertama kata yang diberi awalan memang mengikuti aturan yang dijelaskan di atas. Namun demikian, pengecualian harus diakui adanya. Dalam Bahasa Inggris, ada rule of thumb kedengarannya enak atau aneh. Kalau terdengar aneh, berarti ada kesalaham. Sebaliknya, kalau kedengaran enak, sounds good, berarti benar. Untuk kasus asimilasi ini, saya pikir prinsip yang sama dapat diterapkan.

Ilustrasi berikut ini mungkin dapat membantu. Pada suatu resepsi pernikahan, saya diminta memberikan kata sambutan. Waktu ingin menggambarkan pesona dan aura kebahagiaan pengantin, saya berencana mengatakan, 'Dapat kita saksikan kebahagiaan pengantin yang memesona.' Ketika tiba pada kata memesona, tiba-tiba telinga saya menangkap suatu yang ganjil dan serta merta lidah saya menggantinya menjadi mempesona. Tentu bagi saya kata mempesona terdengar enak, sementara memesona terdengar ganjil. Kebetulan sang MC menggunakan kata yang sama, pengantin yang mempesona. Artinya, saya tidak sendirian!

Di telinga dan lidah saya, kata-kata ini yang lebih baik.

Memperhatikan
Mempunyai
Memperkirakan
Memproduksi
Memproses
Memulangkan
Memetakan
Memilih
Memipihkan
Mementaskan
Menuntaskan
Menentukan
Mentransfer
Menindih
Memutuskan
Mengkalkulasi
Mengkaji
Mengaji
Mengkoordinasi
Mengkerut
Mengkronologikan
Mengibaskan
Mengkristal

Setuju? Nggak? Nggak setuju juga nggak apa-apa. Perlu saya sampaikan bahwa pendengaran dan lidah saya mungkin dipengaruhi oleh pengetahuan internal mereka sendiri. Untuk kata serapan dari bahasa asing, terutama Inggris, aturan asimilasi bunyi dikecualikan. Untuk kata yang telah diimbuhi imbuhan per- seperti pada kata pertahankan, aturan asimilasi bunyi juga dikecualikan. Begitulah kira-kira penjelasan logis dari pendengaran dan lidah saya. Akhirnya, telinga dan lidah saya menjelaskan, tetap aja ada pengecualian. Bahkan yang tadinya dikecualikan dapat dikecualikan balik sehingga mengikuti aturan asal. Bingung? Ya, begitulah bahasa, makanya saya sering percaya saja pada telinga dan lidah saya, tanpa mempersoalkan (kan janggal kalau memersoalkan) alasan-alasan ilmiahnya.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

habis baca2 paragraf terakhir, kepikiran ini

mempersoalkan bukannya memper-an ya?
jadi mempersoalkan memang bentuk baku, bukan mempersoalkan :P

Y Pan mengatakan...

terima kasih sudah mengomentari ya... hehehe...

addthis

Live Traffic Feed