Copy and Paste

Anda bebas mengambil content blog ini, tapi mohon sebutkan alamat blog ini dalam tulisan Anda.

You are free to copy the content of my blog. However, please let your readers know my blog as your source.

Sabtu, 31 Mei 2008

Enterprise Data Modeling

Dalam artikel sebelumnya saya pernah menulis mengenai Arsitektur Informasi. Lihat Arsitektur Informasi Masyarakat Bekasi 1, 2, dan 3. Mungkin Anda memiliki definisi mengenai arsitektur informasi. Kalau dicari di Wikipedia, definisinya pun tidak begitu clear. Memang istilah ini digunakan untuk merujuk banyak hal yang berbeda-beda. Makanya saya memutuskan untuk menggunakan salah satu saja dari sekian referensi, yaitu DAMA (DATA MANAGEMENT ASSOCIATION). Nah, salah satu komponen arsitektur informasi menurut DAMA adalah enterprise data model.

Saya sudah lama mengenal istilah ini. Segera setelah masuk dunia kerja, terdampar di proyek CALFAIS, Rumbai, saya diajarin salah seorang senior di proyek tersebut istilah enterprise data model. Beliau yang bernama Ade Hardiana bahkan mengemukakan misinya untuk membuat model data berskala enterprise tersebut, salah satunya melalui proyek CALFAIS tersebut. Wah, ini dia baru cocok. Hati saya waktu itu mungkin menemukan contoh nyata dari pemodelan yang hebat sesuai materi kuliah. Sayangnya saya tidak melihat hasil kongkret karena keburu keluar dari proyek setelah satu tahun.

Hingga sekarang saya belum melihat contoh model data berskala enterprise yang komprehensif. Mungkin orang-orang yang melakukan modeling seperti ini merasa sayang kalau membaginya ke publik begitu saja. Sebut saja kubu Bill Inmon dan Claudia Imhoff yang mengusung konsep Corporate Information Factory dan belakangan DW 2.0. Mereka hanya memberikan sebagian saja contohnya. Itu pun yang high level. Coba kunjungi website DW 2.0. Buku Leventhal sekalipun mengenai hal ini memberikan contoh-contoh fragmen. Nggak ada contoh yang semuanya nyambung.

Kebingungan yang saya alami mungkin Anda rasakan juga di tempat kerja. Karena alasan tidak riil praktis, kami biasanya melakukan pemodelan per proyek saja, walaupun dalam hati cita-cita Pak Ade Hardiana telah betul-betul terinternalisasi buat saya. Selain itu, dalam proyek-proyek data warehouse dan/atau data mart yang kami lakukan, kebutuhan integrasi yang lebih baik terus mengemuka. Kenyataan ini membuat saya harap-harap cemas mempromosikan perlunya enterprise data warehouse dan enterprise data modeling, sekaligus memprovokasi proses belajar, mencari, dan diskusi terus menerus. Agaknya cahaya di ujung lorong gelap panjang sudah mulai kelihatan.

Biar nggak bingung, Anda mungkin perlu tahu terlebih dulu mengenai DAMA. Dia adalah asosiasi yang terdiri dari ahli, akademisi, dan praktisi data management. Sifat asosiasi ini terbuka dan sukarela. Produknya dibuat secara bersama-sama secara sukarela. In some sense, mirip Linux dan Wikipedia. Karena sadar para pakar dan praktisi, apalagi vendor, sering memperkenalkan istilah sendiri-sendiri, DAMA berupaya menyamakan kerangka dan istilah. Yang pertama telah dipublikasikan sebagai DMBOK atau data management body of knowledge, sementara yang kedua DAMA Dictionary. Saya kira Anda dapat menemukan resource terkait di internet.

Di sini, perlu ditekankan bahwa DAMA memang berasal dari disiplin data management yang strateginya adalah disiplin itu sendiri menuju kondisi managed (meminjam penjelasan Patrick Lambe, pakar taxonomy dan knowledge management, ke saya tempo hari). Walaupun telah memasukkan fungsi document, record, and content management, DMBOK perlu diperkuat dengan pendekatan bottom up untuk mengatasi penggunaan informasi secara operasional dalam kondisi complex dan complicated yang jamak di organisasi besar (lagi meminjam penjelasan Patrick Lambe). Lebih jauh, DMBOK dapat digeneralisasi untuk manajemen informasi yang tidak terstruktur di samping yang terstruktur.

Dapat dicek dalam kerangka DAMA bahwa enterprise data modeling adalah bagian dari fungsi arsitektur dan desain data / informasi. Kalau Anda berada di kubu knowledge management dan taxonomy, mungkin Anda kecewa karena DAMA menempatkan taxonomy tidak di 'halaman depan' tetapi di dalam. Saya pribadi berpendapat, apa pun pilihan framework yang akan digunakan, kubu knowledge management dan data management perlu duduk bersama dan mulai mencari kesamaan dan titik-titik integrasinya. Mengapa demikian? Karena organisasi membutuhkan keduanya, sebagaimana organisasi perlu memenuhi kebutuhan strategis di satu sisi dan kebutuhan operasional di sisi lain.

Kembali ke enterprise data model, dapat saya bagi sedikit upaya kami mulai menyamakan persepsi. Di Bandung, tepatnya di Sheraton, 30 Mei, dibantu konsultan kami merancang dan mencoba data modeling exercise yang bersifat konseptual. Juga taxonomy modeling. Idenya sederhana, semua item data / informasi dikumpulkan. Biasanya ini bisa didapat dari kamus data sistem yang ada, dari laporan-laporan publikasi, dokumen-dokumen kajian, wawancara, dan lain-lain. Item-item itu ditulis pada kertas, masing-masing digunting berdiri sendiri-sendiri. Sebagian pasti noise. Perlu saringan! Peserta workshop kemudian diminta membuat model konseptual yang menjelaskan hubungan antara item. Lupakan dulu deh hubungan one-to-many, many-to-many, entitas, atribut, key, normalisasi, denormalisasi, dll.

Peserta workshop cukup meletakkan item-item informasi sedemikian rupa sehingga hubungan konsepnya kelihatan menyerupai peta. Peserta juga dibebaskan untuk membuat item baru jika diperlukan. Hubungan antara satu item dengan yang lainnya dapat diwakili suatu predikat, umumnya kata kerja, dan digambarkan secara visual dengan garis. Dengan kata-kata, peta yang dihasilkan dapat diceritakan menggunakan koleksi kalimat dengan pola Subyek-Predikat-Obyek. Dalam waktu tidak lebih dari 30 menit, model berikut ini dihasilkan oleh dua kelompok. Agak beda, tapi secara esensi lebih banyak miripnya. Dengan sedikit diskusi lanjutan dan kompromi, data model yang memadai dapat dihasilkan.




Pertanyaan berikutnya mungkin bagaimana menjamin semuanya nyambung, tidak silo, tidak redundan, membentuk model berskala enterprise yang elegan. Untuk ini, diperlukan sebuah alat bantu, bukan hanya untuk menggambar, tapi juga mengontrol vocabulary. Karena itu, Visio saat ini belum memadai, apalagi sekedar Microsoft Word, PowerPoint, juga Excel. Yang cocok mungkin WordMap atau Synaptica. Pingin coba cara sederhana di atas? Hubungi saya... Ah nggak perlu. Anda pasti tahu apa yang perlu dilakukan. Sedikit inspirasi, lalu sedikit nakal, sedikit akal sehat, jalan deh. Kuncinya KIS, Keep It Simple, bukan KISS, Keep It Simple S*****, hehehe.

Tidak ada komentar:

addthis

Live Traffic Feed