Copy and Paste

Anda bebas mengambil content blog ini, tapi mohon sebutkan alamat blog ini dalam tulisan Anda.

You are free to copy the content of my blog. However, please let your readers know my blog as your source.

Rabu, 26 Maret 2008

Boleh Gabung Nggak?

Di film-film sering kita lihat adegan orang makan di restoran kecil atau kantin, kemudian datang seorang lagi yang kehabisan meja. Pada meja orang pertama masih ada bangku kosong. Kebelet laper dan sudah bawa-bawa nampan dari tadi, orang yang datang belakangan nyamperin, terus nanya, "Boleh gabung nggak?" Pernah kan lihat? Atau bahkan di dunia nyata, Anda adalah orang pertama atau kedua. Jangan bayangkan kejadiannya di restoran mewah ya, soalnya itu nggak akan pernah terjadi, bahkan di Pizza Hut sekalipun. Walaupun kebersamaan selanjutnya belum tentu diisi obrolan seperti di sinetron, kejadian ini menunjukkan fenomena hidup bersama di 'bumi' yang sama. Buminya... ya meja makan itu.

Di dunia maya, kejadian itu juga banyak terjadi, mungkin lebih intensif. Yang hebatnya lagi, seperti MLM, justru orang pertama yang mengajak orang kedua untuk gabung di bumi yang sama. LinkedIn salah satu contohnya. Bagaimanapun cara terjadinya kebersamaan, yang jelas manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah sanggup hidup soliter. Lihat aja si Legenda yang diperankan Willy Smith. Tokoh yang selamat sendirian di NYC, setelah sebagian besar orang di dunia tewas atau bermutasi jadi monster akibat suatu 'senjata biologi' yang lepas tak terkontrol, sepanjang hari sibuk mencari teman, para survivor dunia yang jumlahnya sangat sedikit. Begitu gelap, giliran monster yang merajai kota, hingga ia harus sembunyi. Ketakutan.

Tulisan ini tidak bermaksud mengulas film Willy Smith itu. Yang ingin dibahas adalah fenomena kebersamaan. Bagaimana sih orang masuk ke dan bisa tahan dalam suatu kelompok. Dari hanya sekedar nongkrong bersama yang nggak banyak berguna sampai bergabung dengan tim hebat seperti Barcelona. Pertama, harus ada syarat bergabung, term and condition, tertulis atau tidak. Partisipasi ke dalam komunitas selalu ada syaratnya, agar komunitas tersebut dapat berjalan mulus. Tidak dapat dipungkiri harus ada kesamaan yang dituangkan dalam syarat bergabung: kesamaan referensi, kesamaan sikap dasar, bahkan kesamaan tingkah laku tertentu. Kalau Anda nggak percaya adanya syarat ini, coba aja daftar ke Google minta akun. Sebelum Anda diberi akun, Google memastikan Anda setuju dengan term and condition, di antaranya misalnya nggak boleh menyebarkan pikiran ngeres. Google kemudian memonitor aktivitas Anda untuk memastikan kepatuhan. Kalau nggak, akun Anda akan dicabut.

Masih belum percaya? Coba perhatikan anak-anak nongkrong di perempatan. Lalu coba ikutan di situ, tapi bawa buku-buku dari perpustakaan Anda, terus baca keras-keras. Mudah-mudahan Anda nggak dipukuli dan cuma dapat tanda you are not invited here. Syarat-syarat bergabung dalam suatu komunitas menyiratkan keharusan kefahaman dan untuk itu perlu suatu kerangka berpikir yang sama. Kalau nggak gitu, kerja Anda cuma sibuk bertengkar aja dengan anggota komunitas yang lain. Kapan majunya?

Kedua, mengapa suatu komunitas dapat terbentuk dan bertahan, adalah adanya keikhlasan dari anggota. Setiap anggota pasti punya peran tertentu. Misalnya yang satu tukang jegal, yang lain tukang ngegolin, yang lain pengumpan, dan satunya lagi jenderal lapangan tengah kayak Zidane. Coba kalau anggota komunitas nggak ikhlas, bisa-bisa tukang jegal pengen ngegolin terus sampai lupa jaga pertahanan. Bukannya nggak boleh ngegolin, tapi masing-masing punya peran utama. Yang paling ideal setiap anggota punya karakter level 5 leader (lihat Good to Great).

Kemudian yang ketiga, setiap anggota harus melakukan aktivitas atau amal atau kerja tertentu sesuai peran masing-masing. Tanpa aktivitas anggota, suatu kelompok tidak bisa disebut kelompok lagi, minimal ia mati suri. Contohnya seseorang membuat sebuah grup milis, kemudian mengundang teman-temannya. Ketika tidak ada lagi anggota yang mau sharing mengirim email ke grup, sejak itu komunitas tersebut mati. Pada komunitas tertentu yang bermasalah, misalnya karena sampah, harus ada anggota yang berperan untuk memperbaiki. Yang penting harus ada kerja, meskipun harus mulai dari yang kecil, mulai dari diri sendiri, dan saat ini juga.

Keempat, faktor yang menjamin kelompok berfungsi adalah adanya kepatuhan (compliance) atau ketaatan, sesuai syarat bergabung dan sesuai peran masing-masing. Anggota geng motor aja harus patuh ke bosnya, apalagi pegawai di kantor. Memang spektrumnya luas. Dari ketaatan agar nggak mengganggu sesama anggota sampai ketaatan membayar pajak. Terkait dengan ketaatan ini adalah pengorbanan, faktor kelima. Itu tadi agar harmonis, anggota RT harus menahan diri tidak memainkan musik gede-gede tengah malam, walaupun sebetulnya hobi banget. Ilustrasi lainnya adalah pada gambaran seorang anggota MLM yang mengorbankan waktunya hanya sekedar untuk mendekati prospek agar dapat hadir pada acara presentasi para leader. Ini terkait juga lho dengan poin kedua yang sudah dibahas sebelumnya.

Yang berikutnya, yaitu keenam dan ketujuh adalah dua faktor yang saling terkait juga. Anggota harus saling berinteraksi dan bersinergi satu sama lain. Istilah lainnya: harus ada ukhuwah. Agar interaksi dan sinergi dapat berjalan lancar, komunitas harus punya budaya saling percaya. Contohnya: pada kelompok yang ikatannya sangat lemah, seperti di pasar, transaksi tidak akan terjadi tanpa trust. Kalau Anda anggota suatu kelompok, dan tentu niscaya demikian, Anda wajib membangun kepercayaan, dimulai dari diri sendiri bahwa Anda memang dapat dipercaya, terutama kalau dalam kelompok posisi Anda tinggi. Begitu tidak ada rasa percaya, itu tandanya Anda perlu bikin partai baru. Cuma masalahnya akan timbul kesan bahwa partai Anda baik yang lama maupun yang baru hanya mengedepankan kepentingan orang per orang atau elite tertentu, bukan kepentingan bersama.

Yang terakhir, kelompok butuh diperjuangkan kepentingannya. Peran-peran dalam kelompok punya andil masing-masing. Bahkan ada yang harus berjuang mati-matian, seperti di tentara. Lagian kan nggak ada yang maksa jadi tentara, kecuali kalau ada wajib militer. Pada kondisi genting, tanpa diminta pun, seseorang harus berjuang seperti tentara untuk mempertahankan kehidupan dan kehormatannya. Sehingga kita tidak perlu heran kalau orang mati karena mempertahankan hartanya dari perampokan di malam buta, ia dipandang sebagai orang terhormat dan mendapat pahala besar dari Tuhan.

Jadi, pesan moralnya? Lain kali sebelum kita mengajukan pertanyaan boleh gabung atau nggak dalam suatu komunitas, ingat-ingat: kita harus faham kerangka berpikirnya, harus ikhlas dengan peran, harus bekerja untuk pribadi dan kelompok sekaligus, harus taat aturan, harus siap berkorban untuk komunitas, harus berinteraksi dan bersinergi, harus membangun kepercayaan, dan siap berjuang demi kepentingan bersama. Wah, banyak banget. Iya ya, tapi mungkin Anda malah ingin nambahin lagi. Silakan deh.

Tidak ada komentar:

addthis

Live Traffic Feed