Menurut saya, Greenspan adalah orang yang rendah hati. Dalam bukunya The Age of Turbulence, beliau mengakui dalam banyak hal tidak mengetahui hakikat dari suatu fenomena ekonomi dan hubungannya dengan fenomena lainnya. Sikap ini tentu berbeda sekali dengan kaum monetaris pendahulunya yang mengatakan setelah tuhan hanya mereka yang paling tahu mengenai uang dan moneter.
Dalam meramalkan bagaimana kondisi Amerika (dan dunia pada umumnya) tahun 2030, beliau dengan hati-hati mengajukan asumsi-asumsi yang tanpanya sedikit sekali yang bisa diramalkan. Asumsi-asumsi itu adalah (1) rule of law senantiasa terjaga; (2) pasar bebas global dan domestik AS masih didukung penuh secara politik; (3) pendidikan dasar dan menengah AS berhasil dibenahi; (4) pemanasan global masih di bawah ambang yang dapat membahayakan ekonomi AS; (5) serangan teroris dapat dicegah tangkal.
Mengikuti sikap hati-hati Greenspan sendiri, saya tidak akan mengutip angka-angka ramalannya, walaupun ada juga yang secara langsung masuk akal, misalnya jumlah orang tua Amerika pada tahun 2030. Yang akan dituliskan di sini adalah ide penting mengenai ramalannya itu sendiri. Sifatnya boleh dibilang sangat kualitatif. Ide sentral dari ramalan Greenspan adalah prevalensi kapitalisme dan globalisasi di masa yang akan datang. Tanpa banyak bicara, negara-negara dunia semakin menerima dan menerapkan kapitalisme, globalisasi, dan perdagangan bebas, sedemikian hingga ekonomi-ekonomi besar sekalipun, seperti Amerika dan Cina, akan tenggelam dalam a full blown capitalism. Dengan kondisi ini, peran negara dalam mengatur warganya secara administratif semakin mengecil. Peran bank sentral dan kementerian keuangan tidak terkecuali. Sampai-sampai Greenspan berkata dia akan terkejut bila ada orang (atau badan tentunya) yang dapat meramalkan apa yang akan terjadi di sistem keuangan global atau mengantisipasi masalah dengan mengandalkan data dari sistem pelaporan dari pelaku pasar.
Ini agak tidak cocok dengan pernyataan beliau bahwa stabilitas ekonomi AS sangat tergantung pada respon the Fed terhadap situasi pasar. Namun demikian, untuk menyelesaikan kontradiksi pemahaman saya sendiri, saya memilih untuk menangkap pesan bahwa instrumen yang dapat dimainkan oleh bank sentral dan menteri keuangan Amerika menjadi semakin terbatas. Menambah instrumen justru dapat kontraproduktif karena mengurangi fleksibelitas pasar dalam menghadapi gejolak. Kembali mengenai the Fed, beliau mengatakan bank sentral tersebut harus menaikkan suku bunga untuk mengantisipasi kenaikan inflasi, sedangkan menaikkan suku bunga dikuatirkan akan menempatkan posisi chairman dalam posisi politik yang sulit. Apalagi posisi itu ditentukan oleh Presiden AS. Secara politik, inflasi yang sangat rendah atau nol yang terjadi jika menggunakan standard emas mengharuskan suku bunga yang relatif sangat tinggi untuk ukuran Amerika di bawah fiat money regime.
Selain karena sifat alami fiat money regime, kecenderungan meningkatnya inflasi disebutkan Greenspan terjadi antara lain karena harga rendah dari material, produk, dan pekerja di negara-negara seperti Cina dan India akan meningkat dalam waktu yang tidak terlalu lama. Pergiliran inflasi rendah dan tinggi merupakan suatu siklus. Sementara itu, inovasi dan kemajuan teknologi dibatasi oleh kemampuan manusia sendiri dalam mengadopsinya. Selain itu, justru terdapat sinyal perlambatan laju penerapan inovasi baru oleh korporasi Amerika untuk meningkatkan produksi barang dan jasa. Lebih jauh lagi, menurut saya (bukan dari Greenspan) efek penggandaan uang dari praktik bank dan sistem keuangan dewasa ini berlari jauh lebih cepat daripada kemampuan manusia menciptakan dan menerapkan konsep dan ide baru untuk pertumbuhan riil yang efisien.
Efek penggandaan likuiditas dimaksud di atas yang menyebabkan ekses atau kelebihan likuiditas sistem keuangan global dilihat Greenspan sebagai masalah kapitalisme juga. Indikator ekses tersebut dapat dijumpai dengan mudah melalui kenyataan bahwa premium risk dari junk bond cenderung sangat rendah. Dengan ketakutan dan kepanikan massal sedikit saja, nilai asset yang tercipta dari sistem keuangan global dapat musnah dalam waktu singkat. Untuk mengatasi masalah seperti ini, kecuali kalau penyebabnya kiamat, pandemik, ledakan nuklir, dan serangan teroris yang dahsyat, Greenspan menyarankan justru peningkatan fleksibelitas pasar dengan memberikan kebebasan bertindak kepada peserta pasar kunci seperti hedge fund. Hm...?!
Kenyataannya selama ini gejolak dan krisis selalu dapat diatasi pasar dengan mulus dari jam ke jam, dari hari ke hari. Demikian Greenspan. Tapi gimana ya kalau masalah selama ini dijejalkan dalam balon kapitalisme yang memang selama ini mulus-mulus saja kembang-kempis-kembangnya (kecuali crash akhir dekade 1920-an itu). Apakah balon itu kuat menahan beban yang makin berat dan makin besar? Dalam bentuk ekses likuiditas kronis?! Ini pertanyaanku. Perlu dijawab Greenspan kali. Nggak dijawab juga nggak apa-apa.
Menyinggung mengenai inovasi baru, Greenspan menyatakan di masa yang akan datang inovasi dan konsep atau ide baru akan makin besar porsinya dalam pertumbuhan. Materi fisik, sebagaimana telah disinggung pada posting Analisa Greenspan atas Dunia, porsinya makin mengecil dalam produksi barang dan jasa. Ini menyebabkan variable cost untuk produksi akan menuju titik nol sementara fixed cost meningkat, dan ini telah terjadi pada industri software. Akibatnya adalah makin relevannya diskusi mengenai intellectual property. Legislasi dan litigasi dalam hal paten mematen akan meningkat intensitasnya sebagai proses hukum. Namun demikian, Greenspan mencadangkan pernyataan bahwa tidak semua inovasi atau ide baru dapat dipatenkan bila penggunaannya secara eksklusif oleh penemu akan berdampak negatif pada kemanusiaan itu sendiri. Grey area! Gimana coba kalau penemu kalkulus (atau bahkan penemu angka nol) kembali dari alam barzah minta royalti?!
Akhirnya kembali ke diskusi mengenai kesenjangan, Greenspan memiliki resep reformasi sistem pendidikan Amerika. Solusi sementara untuk menutup kesenjangan adalah membuka pintu imigrasi seluas-luasnya untuk SDM dunia berkualitas dalam rangka menyuburkan kompetisi, yang pada gilirannya kompetisi yang makin kenceng itu akan membuat masyarakat kapitalis semakin stress saja. Greenspan yang menurut saya seorang Darwinian pada bagian lain menyatakan... ya itulah proses survival of the fittest. Masya Allah, dengan tidak mengurangi rasa hormat pada Greenspan, perlu dikemukakan di sini bahwa manusia secara universal memiliki rasa cinta satu dengan yang lain. Kedermawanan adalah nilai yang dijunjung tinggi semua agama bahkan oleh orang-orang yang mengaku tak bertuhan.
Kedermawanan membutuhkan saluran dan tidak ada salahnya sebagian difasilitasi negara secara amanah. Pemaksaan bahwa bukan kebaikan hati tukang daging dst yang membuat kita dapat menikmati makan malam, tapi kepentingan individual masing-masing lah yang memungkinkan kita menikmati makan malam sungguh pandangan yang ekstrem dan perlu dimoderasi. Dalam hal ini saya lebih sependapat dengan Krugman (baca buku The Conscience of a Liberal atau lihat posting saya sebelumnya, Kepentingan Partai, yang sedikit mengutip buku Krugman tsb).
Motif ekonomi seseorang dapat saja dipengaruhi kepentingan pribadi semata, kebaikan hati, kenaifan, sekaligus kombinasi dari ketiganya. Sekian.
Rabu, 12 Maret 2008
Ramalan Greenspan 2030
Label:
demokrasi-politik,
ekonomi-bisnis,
review buku
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
addthis
Kategori
- bahasa-matematika (23)
- demokrasi-politik (51)
- ekonomi-bisnis (71)
- lebih personal (42)
- manajemen (111)
- nilai-nilai (137)
- review buku (68)
- sistem informasi (37)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar