Pembelajaran atau learning dalam Bahasa Inggris merupakan suatu jenis pemrosesan informasi, bahkan bisa dikatakan paling strategis. Ia memiliki andil besar dalam perkembangan peradaban. Pembelajaran ini pula yang memisahkan manusia dari makhluk Allah lainnya. Manusia mencoba menciptakan mesin yang dapat belajar (learning machine). Kemampuannya? Nggak ada seujung kuku kemampuan belajar manusia. Selama seseorang dapat mengindera lingkungan dan kemudian dapat mengolah pesan-pesan yang ditangkap tersebut menggunakan akal, potensi perkembangannya sungguh luar biasa.
Masih ingat Helen Keller yang pernah saya singgung pada artikel R/evolusi Informasi? Proses pembelajaran yang dialami dan dilakukannya sangat inspiring. Demikianlah sebagai sistem pengolah informasi paling canggih dan sekaligus rumit, manusia betul-betul mengandalkan proses elementer belajar mengajar. Tradisi yang seusia dengan umur manusia itu sendiri mengambil bermacam-macam bentuk, baik formal maupun informal, disengaja atau tidak, dimaksud atau tidak (meminjam istilah yang digunakan Pak Budi Darmawan, seorang psikolog pengisi suatu acara di sekolah Hanif anak saya), dan dimulai dari buaian (atau bahkan lebih awal dari itu).
Kertas dan mesin cetak seperti pernah disinggung pada artikel R/evolusi Informasi menjadi teknologi dan media yang bertanggung jawab terhadap akumulasi dan penyebaran informasi dan pengetahuan ke segala penjuru dunia lintas zaman. Kecenderungan manusia mencari informasi dan menuntut ilmu adalah fitrah! Sampai-sampai ada ungkapan tuntutlah ilmu walau harus pergi ke Cina. Sekarang melalui internet dan e-commerce, Cina sebagai tempat yang berjarak menjadi tidak relevan, tapi proses pembelajaran dan manajemen informasi atau pengetahuan justru semakin dikuatkan. Peter Drucker mungkin salah seorang yang memperkenalkan istilah knowledge-based organization atau bahkan knowledge-based economy, tapi para filsuf Yunani dan para nabi telah lama mempraktikkannya secara sistematis.
Ada ungkapan penuh nilai berikut yang patut dikutip di sini: kalau Anda ingin dunia, harus dengan ilmu; kalau Anda ingin sukses di akhirat, harus dengan ilmu; kalau Anda ingin keduanya, harus dengan ilmu. Ada juga nasihat: didiklah anakmu sesuai dengan tantangan zamannya sendiri, bukan tantangan zamanmu, karena anakmu akan mengalami zaman yang berbeda. Ada lagi nih: suatu generasi sukses di segala dimensi dikarenakan senantiasa mengajar dan belajar. Mengajar dan belajar, sekali lagi ditekankan, adalah proses elementer pengolahan informasi oleh manusia. Peran guru dan murid, diakui atau tidak, belum pernah tergantikan oleh mesin dalam proses ini. Ibu, ayah, guru sekolah, guru les, koran, teman sepermainan, ustadz, atasan, bawahan, lingkungan, dosen, dan lain-lain semuanya berperan sebagai guru.
Pertanyaan buat kita selanjutnya, mana lebih dulu. Belajar atau mengajar? Memang kalau nggak pernah belajar, mana bisa mengajar. Kalau nggak pernah baca, gimana bisa nulis. Kalau nggak punya sesuatu, apa yang dapat diberikan. Itu semua benar, tapi kalau belajar hanya demi belajar itu sendiri kayaknya pengembangan dan penyebaran ilmu pengetahuan tidak akan berhasil, dan selanjutnya tidak akan ada wealth creation atau value creation. Senada dengan itu, kalau kita ikuti prinsip nomor dua dari The Seven Habits of Highly Effective People, justru kita harus mulai dari ujung. Dalam konteks belajar dan mengajar, kita harus mulai dari mengajar. Tujuan mengajar itu yang akan memastikan kita belajar, belajar lebih efektif. Tapi jangan salah paham, mengajar tidak mesti di kelas.
Nah, terakhir dalam artikel ini, saran saya buat Anda yang mengaku profesional atau manajer atau terlebih lagi pejabat publik. Untuk mengelola unit Anda, perusahaan Anda, organisasi non profit Anda di masa kini dan yang akan datang - yang dikenal dengan era revolusi informasi (baca ringkasan buku Managing in The Next Society Part 1) - Anda harus lebih bertumpu kepada penguasaan informasi dan pengetahuan yang senantiasa baru. Menurut Drucker informasi paling strategis yang Anda butuhkan adalah informasi eksternal yang hanya dapat diolah melalui pembelajaran. Untuk itu Anda harus membuka saluran-saluran yang memungkinkan interaksi dengan outsiders. Kuncinya interaksi. Medianya bisa bermacam-macam. Tulisan salah satunya. Buku juga bisa. Kalau mampu, buatlah koran atau radio atau TV. Kalau nggak, ya... cukup buat koran personal, BLOG!
Minggu, 23 Maret 2008
Pembelajaran: Pengolahan Informasi Paling Strategis
Label:
manajemen,
nilai-nilai,
sistem informasi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
addthis
Kategori
- bahasa-matematika (23)
- demokrasi-politik (51)
- ekonomi-bisnis (71)
- lebih personal (42)
- manajemen (111)
- nilai-nilai (137)
- review buku (68)
- sistem informasi (37)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar