Copy and Paste

Anda bebas mengambil content blog ini, tapi mohon sebutkan alamat blog ini dalam tulisan Anda.

You are free to copy the content of my blog. However, please let your readers know my blog as your source.

Rabu, 05 Maret 2008

Filsafat Ekonomi Greenspan

Kalau kita baca buku The Age of Turbulence, kita akan dapati bukunya terdiri dari dua bagian. Bagian pertama berisi cerita pengalaman Greenspan dari kecil hingga pensiun dari the Fed. Bagian ini seperti otobiografi. Di bagian kedua, Greenspan menulis mengenai pandangan ideologisnya tentang ilmu ekonomi, khususnya ekonomi makro.

Bagi kita yang pernah membaca The World is Flat karya Thomas L Friedman, kita akan dapati benang merah kesamaan ideologis antara keduanya. Memang dua-duanya sama-sama berasal dari keturunan Yahudi, tapi saya nggak yakin faktor keturunan itu yang menyatukan pandangan keduanya. Singkatnya, kedua penulis sama-sama murid setia dari Adam Smith, Bapak Ilmu Ekonomi, yang tema sentralnya adalah mengurangi peran ekonomi pemerintah. Tokoh-tokoh lainnya yang berhaluan sama tentu saja Milton Friedman, Margareth Tatcher, Ronald Reagan, dan kedua Bush. Kalau di Amerika, sederhananya adalah kaum konservatif yang diwakili secara politis oleh GOP (Great Old Party) atau Partai Republik.

Yang mendasari pemikiran ekonomi Adam Smith adalah adanya inisiatif individu yang bukan saja bermanfaat buat dirinya tapi juga buat masyarakat, walaupun tanpa koordinasi. Efek positif dari kepentingan pribadi kepada kelompok terjadi melalui mekanisme Tangan Tuhan (the invisible hand). Menurut Adam Smith, seperti juga dijelaskan kembali oleh Greenspan, bukanlah kebaikan hati tukang daging, tukang buat minuman, dan tukang panggang yang membuat kita bisa menikmati hidangan makan malam, tapi karena kepentingan pribadi mereka masing-masing. Secara ringkas kemudian, Greenspan membandingkan pandangan kapitalis Adam Smith dengan pandangan sosialis Karl Marx, suatu perbandingan yang gampang.

Gampang? La iyalah karena keduanya berada di ekstrem. Adam Smith percaya inisiatif dan kepentingan individu sudah cukup untuk membuat masyarakat maju, sedangkan Marx berpandangan harus ada pengatur sentral yang mengurusi segalanya sampai dengan pembagian kerja dan hasilnya. Menurut saya pribadi, pandangan Marx sepertinya ingin menciptakan surga di dunia sehingga semua orang bahagia, tanpa ada yang miskin dan kaya. Masih menurut saya pribadi, ideologi Marx memang tidak feasible diterapkan karena perbedaan adalah suatu sunatullah, hukum alam. Tapi apakah pandangan kapitalis kekuatan pasar merupakan yang paling benar masih pertanyaan besar buat saya, meskipun Greenspan berpendapat begitu.

Supaya nggak terlalu melenceng dari buku, perlu saya kemukakan bahwa saya tidak anti kekuatan pasar, tapi kekuatan pasar saja tidak akan membuat masyarakat maju dan bahagia secara optimal. Harus ada instrumen tambahan yang dapat mengkoreksi dampak negatif ekonomi kapitalistik yang terlalu ekstrem. Saya sendiri belum tahu instrumen apakah gerangan itu. Pencarian tetap berlangsung. Nah, kita balik lagi ke buku Greenspan.

Setelah mengemukakan posisi ideologinya, Greenspan kemudian menambahkan prasyarat yang harus dipenuhi agar ekonomi pasar dapat berjalan baik. Prasyarat pertama adalah jaminan terhadap kepemilikan privat atau individu dan adanya kepercayaan antar individu pelaku pasar sehingga transaksi dapat dilakukan dengan efektif dan efisien. Prasyarat kedua ini membutuhkan institusi yang dapat meng-enforce rule of law. Di sinilah peran sentral pemerintah: menjamin kepemilikan pribadi dan menjamin rule of law. Aspek lainnya sebaiknya diluar pemerintah, artinya diselenggarakan oleh swasta, pribadi. Itu sebabnya tokoh pemerintahan seperti Reagan sangat mendukung pemerintahan yang kecil (small government). Pemerintah yang kaya dan ikutan bertransaksi di pasar untuk mencari keuntungan, melalui perusahaan negara misalnya, dinilai cenderung pada praktik kolutif, minimal tidak memberikan nilai optimal kepada masyarakat. Itu sebabnya ketika surplus anggaran terjadi di AS pada akhir Administrasi Clinton dan diprediksi berlangsung lama, Greenspan termasuk yang kuatir apalagi jika sampai pemerintah melakukan investasi di pasar dalam jumlah besar. Pertanyaan Greenspan: bagaimana menjamin birokrasi tidak memanfaatkan kesempatan untuk kepentingan politik kelompok dan individu.

Greenspan kemudian menjelaskan dalam bukunya mengenai negara-negara yang kaya sumber daya alam. Negara seperti itu justru berisiko menjadi negara yang kurang dapat berkembang dan maju. Kambing hitamnya adalah sesuatu yang disebut dengan dutch disease. Penyakit ini seperti dijelaskan Greenspan membuat negara tersebut tidak kompetitif di sektor manufaktur akibat pemasukan yang banyak yang pada gilirannya menyebabkan kurs kurang berpihak pada upaya ekspor hasil industri negara tersebut.

Di bagian berikutnya, Greenspan menjelaskan dan membandingkan kondisi negara-negara secara ekonomi dengan menggunakan kerangka berpikir Adam Smith, mulai dari membandingkan kubu liberal dengan konservatif di AS, kemudian kelompok negara paling maju, seperti Hongkong, Singapura, AS sendiri, Inggris, Australia, New Zealand yang kebetulan punya asal-usul budaya Inggris dan Adam Smith. Selanjutnya, Greenspan membahas daratan Eropa yang cukup kental sosialismenya, terus Jepang, Cina, India, Rusia, dan seterusnya. Indonesia disebut-sebut juga. Di bagian paling akhir, Greenspan membahas kemungkinan apa yang terjadi di masa depan. Bagaimana nasib kapitalisme dan globalisasi? Apa saja tantangannya? Tapi udahan dulu ya... bersambung lain kali.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Salam

Menarik bahasan Greenspan terhadap ekonomi pasar. Sebelumnya saya belum mendapatkan buku Skousen untuk pandangan ekonomi diluar barat (pemkir barat). memang benar ya, bahwa suatu sistem akan dilandasi oleh kepentingan orang yang ada didalamnya,dan dilatar belakangi oleh history dari orang tersebut. Bagaimana implementasi di negara kita. Saya hanya mencoba di klas bagaimana "mendoktrin" siswa supaya kegiatan ekonomi (industri dsb) menjadi mampu bersatu dengan masyarakat kcil (bukan berarti sama kaya atau sama miskin), dan tidak meningalkan dari sisi lingkungan. Keprihatinan saya ketika Negara dg sistem pasar cenderung berekspansi "keluar" dan menaruh sistemnya pada negara2 berkembang, sperti halnya negara kita, apapun sitem ekonomi yang akan dianut oleh suatu negara hendaknya memperhatikan kebutuhan masyarakatnya, pemerintah membuat regulasi dan menjalankannya dengan tegas, masyarakat industri (yang lain juga) menjalankannya dengan bijak minimalisisr profit oriented for own.

Salam selamat berkarya.

Y Pan mengatakan...

Pak Guru Ekonomi, salam juga, terima kasih atas komentarnya, tapi saya kurang paham dengan ungkapan berikut ini:
"... masyarakat industri (yang lain juga) menjalankannya dengan bijak minimalisisr profit oriented for own."
Mohon dapat dijelaskan lebih lanjut. Oya, mengenai pemikir ekonomi di luar barat, saya dapat masukan dari Ginanjar (teman kerja) mengenai link berikut ini, translasi "Muqaddimah" karya Ibn Khaldun ke Bahasa Inggris oleh Franz Rosenthal:
http://www.muslimphilosophy.com/ik/Muqaddimah/
Saya sudah lama mendengar karya ini, tapi belum pernah baca, baru browsing sedikit ke webpage di atas. Feeling saya ini bagus juga untuk memperkaya.

addthis

Live Traffic Feed