Copy and Paste

Anda bebas mengambil content blog ini, tapi mohon sebutkan alamat blog ini dalam tulisan Anda.

You are free to copy the content of my blog. However, please let your readers know my blog as your source.

Rabu, 16 Januari 2008

Kepentingan Partai

Partai seharusnya memiliki suatu idealisme atau cita-cita mulia tertentu. Dalam medan pertarungan antar partai, kita seharusnya melihat pertarungan dan kompetisi idealisme. Pertarungan kepentingan ideal tersebut kadang sampai begitu sengitnya, sehingga polarisasi begitu tersorot dan dapat diindra begitu mudahnya. Sebelum jalan pikiran menuju hanya ke satu pola definitif untuk memahami pemikiran ini, perlu pula saya kemukakan bahwa pada kenyataannya pertarungan tersebut tidaklah selalu bersama motivasi mulia.

Tidak semuanya sih, tapi saya merasa ada partai yang dibentuk oleh para pencari keuntungan material sesaat. Jangan heran kalau kemudian ada personil-personil yang loncat-loncat kayak kutu itu. Bahkan konsisten pula sebagian melakukan reinkarnasi partai politik karena pada kesempatan sebelumnya belum lewat threshold. Agar adil, sekali lagi perlu pula dikemukakan tentulah ada partai yang betul-betul mengusung idealisme.

Persaingan Demokrat dan Republik dari masa ke masa menyuguhkan tontonan yang menarik. Kalau dilihat dari sisi pandangan ekonomi, di satu sisi, Demokrat bisa dikatakan agak ke kiri sedikit menuju sosialisme. Isu-isu yang diangkat adalah masalah ketimpangan antara yang kaya dan yang miskin di Amerika. Sebagaimana sosialisme, gol yang ingin dituju adalah kesamaan atau dengan kata lain gap yang tidak terlalu lebar.

Di sisi lain, Republik kurang peduli dengan masalah kesamaan atau ketimpangan. Yang penting adalah bagaimana kekayaan total tetap bisa digenjot. Makanya orang-orang super kaya Amerika lebih cenderung mendukung partai ini. Akhirnya, pemerintah kalau di bawah pengaruh Republik cenderung tidak mendukung program-program kesejahteraan bersama, misalnya pajak yang tinggi yang diambil dari si kaya untuk membantu lapisan bawah masyarakat.

Polarisasi antara Demokrat dan Republik disorot demikian tajam oleh Paul Krugman, seorang ekonom neo-Keynesian yang konsisten mengkritik kebijakan-kebijakan Administrasi Bush. Dia menulis polarisasi tersebut saat ini demikian ekstrem karena kaum konservatif di Republik semakin pro kepada para super kaya Amerika yang jumlahnya sangat sedikit. Sembari mengkritik penguasa, dia juga meyakinkan bahwa kebijakan pemerintah dapat membantu secara signifikan memperbaiki ekonomi, suatu pandangan yang diragukan penganut ekonomi neo-Klasik.

Satu bukti yang dikemukakan oleh beliau adalah kebijakan FTR setelah diangkat menjadi presiden AS pada masa sekitar perang dunia, yang berpihak lebih pada pekerja dan kelas menengah termasuk minoritas daripada pemilik modal. Kebijakan-kebijakan ini diyakini oleh Krugman membawa kesejahteraan rakyat Amerika kemudian setelah perang dengan ketimpangan yang tidak terlalu jauh. Periode yang dimulai setelah the great depression 1928 hingga satu dekade setelah Administrasi FTR disebutnya sebagai the great compression. Lebih jauh lagi ditulisnya dalam The Conscience of a Liberal bahwa kesetaraan relatif yang dialami oleh rakyat Amerika pada masa the great compression tidak menghalangi pertumbuhan optimal total kekayaan secara nasional.

Seorang Demokrat atau Republik yang akan ke Gedung Putih? Kita tunggu aja... the crowds of American people will decide. Belajar dari sini, bagi saya, school of thought ilmu ekonomi yang dianut suatu partai berkuasa dan pemerintahan demokratis sangat erat kaitannya dengan kepentingan konstituennya.

Bagaimana dengan partai-partai politik kita? Adakah yang menipu pemilihnya sendiri? Prasangka baik saya: ada yang betul-betul memiliki idealisme untuk kebaikan publik. Mudah-mudahan, insya Allah, amin.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Hidup PKS :)

addthis

Live Traffic Feed