Copy and Paste

Anda bebas mengambil content blog ini, tapi mohon sebutkan alamat blog ini dalam tulisan Anda.

You are free to copy the content of my blog. However, please let your readers know my blog as your source.

Selasa, 01 April 2008

Krisis Ekonomi AS dan Global

Pagi ini saya kebetulan ngambil ijin cuti nganterin Rani anak pertama saya tes buat masuk boarding school tingkat SMP, Nurul Fikri. Sambil nunggu Rani menjalani tes, saya mencari bacaan-bacaan menarik, sembari mengurus masalah administrasi yang belum kelar. Mulai dari Obama yang diulas Majalah Tarbawi edisi setahun yang lalu, Film Fitna di Republika hari ini, beberapa berita olahraga, dan akhirnya topik Krisis Ekonomi Global yang diberitakan Kompas di halaman pertama. Judul lengkapnya Krisis Ekonomi Global: Akhirnya AS Bersedia Tata Lembaga Keuangan. Intinya adalah adanya perubahan sikap Pemerintah AS untuk mengatasi krisis domestik dan global yang berkepanjangan.

Disebutkan bahwa langkah Gedung Putih tersebut merupakan suatu kejutan dan pertama kali dilakukan setelah gelombang krisis 1929 (yang diatasi oleh Pemerintah AS pada waktu itu sebagian dengan mengikuti saran-saran John Maynard Keynes – Y Pan). Ini disebut kejutan karena selama ini sikap Gedung Putih menolak saran-saran penataan lembaga dan sistem keuangan AS dan global antara lain dari Jerman, BIS, dan George Soros. George Soros mengatakan gejolak pasar keuangan tidak dapat diatasi hanya melalui instrumen suku bunga atau melalui penyuntikan dana ke sistem perbankan global. Soros juga mengatakan aktivitas sektor keuangan begitu liar, spekulatif, marak dengan praktik penipuan yang semuanya itu menuju kebangkrutan massal.

Kebetulan hari-hari ini saya sedang mempelajari dan meringkas buku Peter Drucker berjudul Managing in the Next Society (2002). Salah satu pendapat Drucker mengenai sistem keuangan global adalah adanya uang virtual di pasar global yang sebetulnya tidak memiliki fungsi ekonomi. Akibatnya adalah kecenderungan penggunaan dana global tersebut secara spekulatif yang rentan terhadap kepanikan. Dibutuhkan insiden kecil saja untuk membuat kepanikan pasar yang berujung pada tidak berfungsinya sistem. Berbeda dengan Drucker, Greenspan dalam buku The Age of Turbulence justru mengatakan pasar akan mengatasi sendiri gejolak yang menimpanya apabila fleksibelitas pasar betul-betul dioptimalkan melalui penguatan lembaga dengan memberikan kebebasan dan instrumen-instrumen seperti derivatif (yang cenderung spekulatif menurut Drucker). Yang mana yang benar?

Salah satu kelemahan AS seperti diulas Kompas adalah lemahnya regulasi terhadap transaksi-transaksi keuangan yang berisiko tinggi. Kalau kita baca buku Greenspan, kita akan tahu memang di masa kepempinan beliau gagasan utamanya adalah justru mengurangi regulasi oleh pemerintah dan bank sentral. Supervisi yang paling efektif menurut Greenspan adalah supervisi oleh mitra transaksi (counterpart supervision). Posisi ini tidak diragukan lagi pasti diteruskan Bernanke yang makin menuai kritik hari-hari ini. Kompas juga mengemukakan deretan krisis yang menimpa AS dan dunia saat ini yang menurut sebagian orang merupakan tanggung jawab Greenspan dan Bernanke secara khusus dan Pemerintah AS secara umum, antara lain krisis kredit perumahan dan bangkrutnya bank-bank investasi seperti Goldman Sachs, Bear Stearns, dan bank-bank investasi Eropa. Dampak selanjutnya adalah dialihkannya dana global yang selama ini diinvestasikan ke instrumen berdenominasi dollar ke pasar komoditas yang membuat meroketnya harga minyak (bahkan jagung dan kedelai – Y Pan).

Langkah regulasi apa yang akan dilakukan dapat Anda lihat langsung di berita Kompas ini. Intinya adalah memutar haluan 180 derajat atas arah strategi ala Adam Smith-Reagan-Tatcher yang telah menjadi ciri khas The Fed sejak dipimpin Greenspan, terlebih lagi merupakan ciri khas GOP (Partai Republik, partainya Bush). Menyinggung Partai Republik, dapat saya sampaikan pendapat Drucker yang menganggap konyol gagasan partai tersebut bahwa pemerintah tidak diperlukan (yang ada dan penting hanya kepentingan individu). Pendapat saya adalah: Adam Smith, Reagan, Tatcher, Friedman, Bush, GOP, Greenspan, Bernanke, dkk di satu sisi berhadapan dengan Schumpeter, Keynes, Demokrat, FTR, Clinton, Obama, Peter Drucker, Paul Krugman, dkk di sisi lain. Singkatnya kaum konservatif berhadapan kaum liberal, walaupun sebagaimana dikatakan Krugman dalam bukunya The Conscience of a Liberal: kaum liberal dapat dipandang sebagai konservatif, sedangkan kaum konservatif dapat dilihat sebagai radikal.

Sedikit lagi kritik terhadap kapitalisme, Drucker mengatakan dalam buku terakhirnya tahun 2002 tersebut sebelum meninggal tahun 2005 bahwa yang nomor satu adalah masyarakat (society) bukan ekonomi (economy). Dia juga mengatakan kapitalisme (ala Adam Smith – Y Pan) yang digembor-gemborkan saat ini secara ekstrem hanya memperhitungkan satu dimensi (profit ekonomi), sementara yang dibutuhkan masyarakat bukan hanya pasar yang rabun jauh, tetapi sebaliknya sektor privat berorientasi profit atau pasar, sektor pemerintah yang ingin dikecilkan terus perannya oleh Milton Friedman dkk, dan satu lagi sektor ketiga yang dilupakan dalam buku-buku makro: sektor sosial yang tidak berorientasi profit tapi bekerja untuk kepentingan sosial komunitas atau masyarakat.

Akhirnya, mungkin Anda belum pernah melihat video ini yang saya dapat dari seorang teman melalui email dan sebetulnya ada di YouTube. Silakan lihat… Mudah-mudahan kita dapat memahami hakikat dari krisis ekonomi global ini, dan mudah-mudahan pihak-pihak terkait yang dikritik, misalnya Bernanke, dapat menyikapinya dengan positif walaupun terdapat perbedaan pendapat yang tajam.

2 komentar:

infogue mengatakan...

Artikel di blog Anda sangat menarik dan berguna sekali. Anda bisa lebih mempopulerkannya lagi di infoGue.com dan promosikan Artikel Anda menjadi topik yang terbaik bagi semua pembaca di seluruh Indonesia. Tersedia plugin / widget kirim artikel & vote yang ter-integrasi dengan instalasi mudah & singkat. Salam Blogger!

http://www.infogue.com/
http://www.infogue.com/bisnis_keuangan/krisis_ekonomi_as_dan_global/

Anonim mengatakan...

Salam pembebasan,
Di tingkat global setelah kisah krisis air, krisis iklim, krisis minyak, krisis pangan, kini krisis finansial naik panggung, Paradoksnya jalan krisis itu terus ditempuh. Masih saja mekanisme pasar dan korporasi dianggap solusi yang menjanjikan. Ironi abad ini, rasionalitas yang irasional. Rasionalitas yang paling tidak masuk akal.

It’s the capitalism, stupid! (adaptasi dari frase politik yang populer digunakan Clinton ketika berkampanye melawan George Bush Senior, it’s the economic, stupid!)

Silah kunjung
http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/10/krisis-keuangan-global-karl-marx-di.html

addthis

Live Traffic Feed