Copy and Paste

Anda bebas mengambil content blog ini, tapi mohon sebutkan alamat blog ini dalam tulisan Anda.

You are free to copy the content of my blog. However, please let your readers know my blog as your source.

Selasa, 29 Juli 2008

Batman: Ksatria Hitam

Akhirnya saya nonton juga film Batman terbaru yang dibintangi Christian Bale. Di bioskop. Dua alasannya. Pertama, saya kepincut dengan Batman Begins yang mengubah citra film Batman sebelumnya. Serius, cerdas, dan berkelas. Saran saya buat Anda yang sudah nonton The Dark Knight tapi belum Batman Begins, cari deh filmnya, biar ceritanya nyambung, seperti janji Ms Dawes ke Bruce yang akhirnya nggak kesampaian. Biar Anda tahu juga bahwa Batman tidak lahir sendirian, tapi dari sebuah tim. Makanya Anda akan tahu kedudukan Mr Fox sebagai CEO dari Wayne Enterprise, di samping kedudukan Gordon dan Pembantu Setia Keluarga Wayne. Anda juga akan tahu bagaimana Bruce Wayne menggagas dan mengembangkan peralatan-peralatannya.

Saya katakan di atas bahwa ada dua alasan saya nonton The Dark Knight. Satunya lagi adalah cerita kawan-kawan kantor yang nonton film ini barengan. Kalau nggak salah sampai berduapuluhan lebih. Komentar umumnya adalah serius. Wow, artinya sama dong dengan Batman Begins. Begitu saya pikir. Terus ada juga komentar bahwa film ini nggak cocok buat anak-anak, karena kelakuan Joker yang keterlaluan banget. Jadi, sebelum saya bawa film ini ke rumah, ada baiknya dilihat dulu di bioskop. Nggak tahunya di bioskop banyak orangtua yang membawa anak kecil (ini patut disayangkan karena film ini memang untuk dewasa - Y Pan). Kejutan lainnya adalah saya ketemu sama Rini dan suaminya. Hehehe, istri saya ngeledek: kamu ketahuan... na ne na na na.

Ada beberapa hal negatif dari film ini. Pertama, betul kata Ginanjar, Joker keterlaluan banget. Saya ngeri membayangkan anak-anak meniru aksinya mengancam orang lain dengan pisau di muka, khususnya mulut, sembari becanda memberitahu kenapa senyumnya tampak demikian lebar. Kedua, yah... seperti film Amerika lainnya, kehidupan bersama tanpa pernikahan dianggap hal wajar, walaupun konten seksual film ini termasuk minimal. Hanya ada dua kali tayangan c**man yang dilakukan. Pertama Bruce dan Rachel dan kedua Harvey dan Rachel. Catatan negatif ketiga adalah aksi kekerasan sang pahlawan Batman menggebuki para penjahat lebih divisualisasi, tapi menurut hemat saya masih OK, asalkan tidak ditonton anak-anak.

Nilai-nilai positifnya gimana? Film ini menurut saya menghadirkan nilai kepahlawanan yang tinggi. Realitas juga dihadirkan dengan cerdas. Dalam masyarakat Gotham, selalu ada kebaikan dan kejahatan. Kedua kubu sama-sama bekerja keras mengatasi yang lain. Memang sebagian besar orang adalah orang biasa, yaitu orang baik-baik yang rindu pahlawan tapi mereka sendiri lebih fokus pada diri sendiri dan keluarga masing-masing. Bahkan seorang polisi yang sedang bertugas menunjukkan sifat manusianya ketika di bawah tekanan Joker untuk meledakkan satu rumah sakit. Anggota keluarganya ternyata sedang dirawat.

Yang menarik adalah bagaimana orang-orang yang peduli berupaya membantu dengan menggunakan topeng Batman. Kemampuan mereka masih di bawah mafia, apalagi Joker. Anyway, mereka hanya ingin membantu. Sudah bagus itu! Dampaknya cukup negatif buat Batman tapi. Justru mereka ngerepotin aja. Ada juga realitas kemunafikan dan mental korup. Penegak hukum tertentu justru bekerja untuk mafia, dan mereka di bawah kendali Gordon yang naik pangkat dua kali dalam dua film Batman. Tantangan yang berat, seperti yang dialami Harvey Dent, bisa membuat tokoh yang kokoh berbalik 180 derajat.

Memang nggak mudah mengusung kebaikan dan kebenaran. Lebih nggak mudah lagi mengubah masyarakat yang sakit. Lihat juga ringkasan buku Our Iceberg is Melting. Kondisi ini bisa bikin Batman atau Harvey kesepian. Sangat kesepian. Risikonya? Bisa lunturnya keyakinan. Bisa-bisa pindah agama. Orang baik yang moderat, seperti Fox, sangat kuatir ketika kekuasaan Maha Mengetahui kegiatan rakyat Gotham berada di dalam genggamannya. Cukup sekali! Itupun dalam kondisi darurat Batman butuh bantuan petunjuk dalam aksinya yang luar biasa. Bagaimanapun muramnya keadaan, optimisme tetap ada. Kebaikan ada di hati masyarakat biasa, bahkan para narapidana, yang diuji Joker lewat eksperimen sosial yang kelewat batas.

Joker. Joker. Joker. Seorang teman mengatakan harusnya judul film ini bukan Batman, tapi Joker, karena peran sentral tokoh ini dalam tiap alur skenario. Mungkin saja sih, tapi kebaikanlah yang harus ditonjolkan, walaupun kebaikan dan kebenaran itu harus diusung di bawah tanah, di balik topeng. Adapun Joker, menurut hemat saya adalah tokoh yang memang riil: setan atau iblis itu sendiri yang harus senantiasa diperangi.

Tidak ada komentar:

addthis

Live Traffic Feed