Copy and Paste

Anda bebas mengambil content blog ini, tapi mohon sebutkan alamat blog ini dalam tulisan Anda.

You are free to copy the content of my blog. However, please let your readers know my blog as your source.

Selasa, 15 Juli 2008

Mondok

Istilah mondok sering digunakan orang untuk menggantikan kata menumpang di tempat orang lain. Misalnya waktu ibunda kami perlu dirawat intensif, adik bungsu kami yang seorang dokter menyarankan agar ibu segera mondok - di rumah sakit tentunya. Saya sendiri pernah mondok di tempat sepupu waktu kuliah di Bandung. Nah, yang saya maksud mondok di sini adalah mondok di pesantren. Makanya pesantren biasanya disebut pondok pesantren.

Anak kami yang pertama, biasa kami panggil Rani, memutuskan untuk mondok. Setelah melihat beberapa alternatif, dia akhirnya memilih Pondok Pesantren Modern Islam (PPMI) Assalaam, Surakarta. Sebetulnya lokasi pondok tersebut berada di Pabelan, Kabupaten Sukoharjo, tapi emang dekat benget sih dengan perbatasan kota. Lagipula yayasan yang mengelola PPMI Assalaam aslinya berbasis di Surakarta atau Solo itu. Saya, istri, Hanif, dan Ahmad mengantarkan Rani yang mulai Ahad lalu sudah bener-bener mondok.

Walaupun tegar dan mantap, ternyata Rani sedih juga ditinggal di pondok. Bahkan malam Ahad dia akhirnya menginap bersama kami lagi di Hotel Narita, setelah sebelumnya dia memutuskan menginap di pondok. Belajar katanya. Nggak tahu kenapa, mungkin karena melihat santri lain ada yang ditemani (dikeloni - Y Pan) di kamar pondok berkapasitas dua puluh, perasaan melankolisnya muncul. Jam 11.30 malam saya jemput dia, tentunya dengan izin ustadzah penanggung jawab malam itu.

Jam 7.00 Ahad pagi, 13 Juli, saya anter lagi dia ke pondok, dan dia tidak minta kembali lagi bersama kami walaupun kelihatan seharian itu dia sedih banget. Matanya sembab. Setelah silaturahmi wali santri dengan pengurus yayasan dan pondok, kami ketemu dengan wali kelas Rani. Kelas 7C. Wali santri kemudian diberikan informasi-informasi penting, seperti nomor-nomor telepon dan tata tertib. Akhirnya kami diminta menandatangi pernyataan mengetahui dan mendukung tata tertib yang telah ditetapkan.

Sorenya, orientasi santri dimulai. Kami ikutan nonton, sampai akhirnya perpisahan nggak bisa ditunda lagi. Ayah yakin Rani pasti bisa. Ibu juga. Kira-kira begitulah pesan kami terakhir. Dengan kata-kata yang membesarkan hatinya, mengembang juga senyum manis Rani. Dan... ini semua berada di tengah hiruk pikuk suasana, khususnya yang dibuat oleh Hanif dan Ahmad. Bukan hanya pada momen itu saja, tapi mulai mereka masuk mobil saat berangkat hari Kamis, hingga mereka keluar mobil lagi kemarin sore ketika kembali ke rumah. Dasar anak kecil (tapi ini cerita lain - Y Pan)!

Tidak ada komentar:

addthis

Live Traffic Feed