Copy and Paste

Anda bebas mengambil content blog ini, tapi mohon sebutkan alamat blog ini dalam tulisan Anda.

You are free to copy the content of my blog. However, please let your readers know my blog as your source.

Kamis, 17 Juli 2008

Cerita buat Balita - Our Iceberg is Melting 1

Suatu saat, dalam perjalanan safar yang cukup panjang, Hanif dan Ahmad sangat merepotkan. Maklum, tiba-tiba saja, mereka bisa 'teriak' minta susu atau minta temenin buang air. Kalau di rumah, nggak apa, tapi kalau di tempat umum seperti masjid, bisa bikin malu juga. Belum lagi aktivitas fisik mereka berlari-lari atau menirukan jurus-jurus kungfu. Kadang sampai bener-bener kelahi. Akhirnya, ada yang nangis.

Kalau ditemanin seorang mbak, bisa aja si mbak yang terus menguntit, menemani kemana saja. Sebaliknya, kami membiasakan berjalan bersama anak-anak, kadang kelima-limanya, tanpa si mbak. Heboh? La iya lah, masak la iya dong. Kemampuan menahan diri dan menahan malu sering harus digenjot. Gimana lagi? Balita-balita bisa berperilaku seperti bos, kecuali kalau sudah dibiasakan hanya duduk manis. Lagi-lagi, kami sebaliknya tidak menempuh pembiasaan duduk manis itu. Takut berdampak negatif.

Bagaimanapun, duduk manis pada saat tertentu buat balita menjadi suatu yang wajib. Ya begitulah hidup. Jadi sering teringat pelajaran dari Nanny 911. Nah, selain kemampuan menahan diri dan menahan malu, diperlukan juga kemampuan membuat aturan dan menegakkannya. Tegas dan konsisten. Ayo, nanti ayah hitung. Kalau nggak, kena time-out atau kursi lengket. Tapi yang mau saya ungkap di sini adalah kemampuan bercerita. Bertutur bisa sangat efektif membuat anak terkendali. Syaratnya, cerita yang dituturkan harus bagus, atraktif buat anak, dan mendidik.


Nah, ketika keadaan makin genting, saya mengeluarkan jurus bercerita. Kali itu, saya bercerita mengenai dongeng pingguin yang ditulis oleh John Kotter, pengarang buku Leading Change dan The Heart of Change, dalam buku Our Iceberg is Melting. Memang yang paling nyambung Hanif. Dia sudah empat setengah tahun. Ahmad baru tiga. Ceritanya begini...

Ada seekor pingguin yang pendiam. Tidak seperti kawanannya yang sering ngobrol, pingguin itu - Fred namanya - mempunyai hobi mengamati (lalu saya kasih ilustrasi ke Hanif apa yang dimaksud mengamati hingga melalui interaksi saya merasa dia sudah paham - Y Pan). Semua pengamatannya dia analis (sama kayak tadi, berikutnya nggak usah saya ulang-ulang ya - Y Pan) dan tulis. Hasilnya dia simpan di koper yang selalu dia bawa. Hehehe, dalam dongeng pingguin bisa punya koper. Lagian namanya juga Fred. Keren.

Fred merasa kuatir dengan temuannya. Gunung es tempat mereka tinggal di kutub selatan ternyata berisiko hancur berantakan. Bisa krisis nanti. Pingguin yang sudah tua dan yang masih kecil-kecil tentu akan mengalami masa yang sulit kalau itu terjadi (untung Hanif sudah nonton Tupi-Pingping di Benua Putih, sehingga dia sudah punya konteks kehidupan pingguin - Y Pan). Pada saat hangat, gunung es mencair dan ternyata bisa memiliki celah-celah, lorong-lorong atau kanal, sampai gua besar di dalamnya. Nah, celah dan gua itu pasti berisi air.

Memasuki musim dingin, air di kanal dan gua gunung es akan membeku. Pertama, bagian luarnya. Bagian dalam tetap cair, belum menjadi es. Justru di situ bahayanya. Ketika pada saatnya air di dalam kanal dan gua besar membeku, akan terjadi pemuaian. Akibatnya sangat fatal. Gunung es bisa hancur. Fred sangat kuatir dengan situasi itu, namun dia bingung harus ngomong ke siapa. Saya takjub mendapati Hanif seolah mengerti penjelasan dalam cerita saya ini. Bisa saja dia nggak ngerti sih, tapi yang penting dia nggak bikin gaduh sama adiknya.

Apa yang dilakukan Fred selanjutnya? Padahal musim dingin tinggal beberapa bulan lagi. Bersambung... Toh waktu bercerita ini ke Hanif dan Ahmad, saya juga harus berhenti-berhenti dulu. Disambung kemudian. Pis...

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Terima kasih juga telah mengunjungi www.rumahbaca.wordpress.com. Bagus juga mendengar kisah penguin untuk balita. mau coba juga ah...

addthis

Live Traffic Feed