Copy and Paste

Anda bebas mengambil content blog ini, tapi mohon sebutkan alamat blog ini dalam tulisan Anda.

You are free to copy the content of my blog. However, please let your readers know my blog as your source.

Selasa, 04 Maret 2008

Ayat-ayat Cinta: Novel versus Film

Berikut ini saya sampaikan pendapat (unedited) teman saya, Ridzky, yang baru-baru ini nonton film Ayat-ayat Cinta. Anda sudah baca novelnya? Sudah nonton filmnya? Siapa tahu Anda punya pendapat berbeda dengan Ridzky ini...

Dah nonton film Ayat-Ayat Cinta?
Wah, kecewa berat aku, seharusnya Kang Abik protes ke Punjabi cs itu…film ini benar-benar menghilangkan roh yang ada pada cerita novel-nya. Ketika merebahkan pantat ke kursi empuk 21, saya sudah punya firasat kalo film ini bakal mengecewakan... sedikit berbisik ke mantan pacar yang duduk disebelah. Beberapa cacat point yang saya catat seperti gini :

  1. Suasana indahnya kota Mesir sama sekali tidak tergambar dalam film. Malah sudut Mesir jadi terkesan kumuh dan jadi ragu, itu gambaran Mesir atau sudut pasar di Pakistan?
  2. Beberapa penggalan cerita sama sekali tidak muncul dalam film, seperti ketika Fahri dirawat di RS dan di tebus oleh Maria.
  3. Dialog tentang perempuan dan rumah tangga menurut Islam dalam adegan Fahri dengan wartawan Amerika sangat sedikit sekali porsinya. Padahal justru dialog itu kuat sekali menggambarkan tingginya Islam menempatkan kedudukan terhormat perempuan dan adab dalam keluarga Islami.
  4. Yang paling bikin kacau film adalah pada 15 menit terakhir. Adegan poligami yang justru kuat muncul di film, dimana sama sekali itu justru tidak masuk dalam cerita novel. Apalagi ketika mereka bertiga hidup serumah hanya bersebelahan kamar. Weleh2, para penonton kok malah tertawa melihat adegan ini. Padahal Rasulullah sendiri tidak pernah menempatkan istri-istrinya berada dalam satu rumah yang sama. Beliau sangat menghormati perasaan perempuan. Ini kok malah sebelahan kamar! Benar-benar menghina kesakralan poligami menurutku sih. Bukan berarti mendukung atau menolak, tapi kan tidak begitu ajaran Rasulullah. So, 15 menit terakhir itu adalah murni ide produser atau sutradara untuk meningkatkan nilai jual film yang justru menjungkalkan philosofi novelnya. Benar-benar ide murahan dan seperti melihat film Berbagi Suami-nya Nia Dinata.
  5. Trus jadi kayak nonton sinetron kejar tayang tivi. Punjabi sekalee deh, saat suster nutup Maria yang sudah meninggal pake selimut.
  6. Sisi kesalehan dari tokoh Fahri tidak tampak sama sekali. Fahri jadi semacam pemuda lugu dan lemah yang tidak pernah nyantri. Tokoh rekan-rekan mahasiswa lainnya juga gitu. Tidak tampak seperti orang-orang santri yang lagi belajar melainkan seperti kumpulan ABG kota layaknya sinetron...sekali lagi MD entertaintment mania.
  7. dllsbg.....

Emang sih saya akui beberapa adegan sempat membuat air mata tidak bisa tertahan, baca novelnya juga gitu. Kompas kemarin juga mengulas film ini. Baru tahu ternyata tidak jadi dibuat di Mesir...melainkan di India. Kang Abik pernah mengajukan syarat kalau novelnya mau di-film-kan, lokasi shooting harus di Mesir dan di lingkungan pesantren. Nah, karena katanya birokrasi yang sulit di Mesir sehingga tidak memperoleh izin, maka lokasi pindah ke India. Lho, kok bisa berubah gitu ya syaratnya. Dengan biaya sebesar Rp15 miliar, hasilnya gak kelihatan kalau biayanya sebesar itu. Weleh, produser cekak mau cari untung dari popularitas novel.....Saya yakin sang sutradara Mas Anung Bramantyo berada dalam tekanan produser...

Mohon maaf apabila kurang berkenan bagi yang belum nonton...

Wassalam,

Ridzky Prihadi Tjahyanto

6 komentar:

Anonim mengatakan...

Saya juga kecewa berat. Ada beberapa poin request pengarang spt casting di pesantren dan lokasi di Mesir tidak dipenuhi produser. Akibatnya, pemainnya seperti yang dibilang Ridzky. Yang lebih menonjol juga sisi romantisme-nya dan bukan keshalehan Fahri. Satu lagi, masuk santri minum NU Green tea pakai tangan kiri dan sambil berdiri. Capek deh ....

Bundakikinadia mengatakan...

aku udah baca si novel dari tahun 2004.. top abis... setiap doa yang dikutip sama pengarang dan bikin leher jadi tercekat... aku kasih stabillo warna ngejrenk plus ditempelin post it.... Baca novel itu bikin nangis bombay dech.. hehehe.. Tadinya aku mau nonton juga filmnya.. sebelum masuk 21 aku udah baca cerita singkatnya di beberapa media... kesimpulannya : aku gak akan nonton filmnya karna pasti jauh dibanding versi bukunya. Ternyata oh ternyata... bener adanya. he3x

Unknown mengatakan...

Kecewa..? nggak juga tuh..he...Saya kebetulan tidak baca novel versi lengkap dari ayat-ayat cinta... tapi menurut saya film tersebut lumayan bagus untuk ditonton, bahkan dari beberapa orang yang nonton bersama saya setelah selesai mereka bilang..bagus banget ya, malah banyak mata yang saya lihat berkaca-kaca selepas nonton film tersebut (mungkin mereka belum baca novelnya kali ya..he..)....... menterjemahkan suatu karya novel lengkap dalam suatu film singkat dengan durasi + 2 jam menurut saya adalah tidak fair.. banyak contoh untuk kasus ini seperti film harry potter yang menurut banyak orang sangat beda jauh dari novel aslinya.. tapi saya pribadi melihat dibalik keterbatasan film tersebut, setidaknya pesan moral dalam film berupa kesederhanaan, kesabaran dan pembelajaran untuk ikhlas sudah tersampaikan oleh sang sutradara... salut deh buat film ayat-ayat cinta.....

Anonim mengatakan...

Saya mungkin termasuk orang yang nggak kecewa ama film AAC..., aku juga udah baca tuh novelnya...bagus sih...tapi janganlah kita terlalu menuntut pengejawantahan novel lengkap dalam sebuah film... novel AAC mungkin kalo kita baca terus menerus baru akan selesai 2-3 hari .. kalo film?.. Ditengah dominasi film-film mistik dan percintaan kaum muda yang notabene meracuni intelektualitas dan kehidupan keagamaan kaum muda kita, film AAC sepertinya menjadi angin segar yang membawa pesan moral yang cukup baik untuk anak-anak muda sekarang... masalah ada kekurangan..?? itu saya kira biasa... sukses dech buat AAC...

Anonim mengatakan...

reaksi nya berlebihan banget sih ama film ini sampe wapres segala ikut promosi..ok lah bukan karya yg jelek dari seorang pemuda bangsa tapi juga bukan karya yg berguna buat bangsa.

masih banyak problem umat Islam indonesia yg lebih besar dari sekedar seorang pemuda muslim yg digila gilai 4 cewe serta poligaminya ..

kalo memang pengarangnya lulusan Al. Azhar sayang sekali kalo dia cuma nulis novel pop cinta gini. kenapa dia ga nulis novel ttg kegagalan umat Islam indonesia ..kenapa negara mayoritas muslim tapi kemiskinan merajalela, korupsi, kebodohan, dll...apa yg bisa disumbangkan Islam utk kemajuan negara ini..

itu harusnya lebih penting dan harus dibangkitkan di pikiran umat Islam indonesia bukan khayalan ttg cinta ..salah salah pemuda pemuda pesantren jadi pada berkhayal bisa spt Fahri yg di perebutkan 4 cewe..bukannya bercita cita jadi pejuang spt nabi nya.

Y Pan mengatakan...

Terima kasih ya atas komentar-komentar. Saya pribadi mencoba berpikir positif. Da'wah adalah pekerjaan besar yang nggak mungkin dikerjakan sendirian, karena pasar dari da'wah memang sangat besar. Dalam ilmu manajemen dan marketing, pasar yang demikian besar itu didekati dengan segmentasi. Ada segmen yang bisa tersentuh dengan film itu dan insya Allah punya manfaat berganda (terus terang saya tidak termasuk dalam segmen ini walaupun nonton juga).

Segmen yang lain bisa disentuh dengan novelnya yang berisi tidak hanya cinta muda-mudi tapi cinta yang sangat agung, yang ditemukan Maria dalam mimpinya menjelang kematiannya. Selain itu, banyak nilai-nilai juga hukum dan ilmu Islam yang menurut hemat saya cukup berhasil disampaikan melalui novelnya. Karena dibuat dalam cerita novel, buat saya (terus terang mungkin saya termasuk dalam segmen ini) ayat-ayat yang disampaikan pengarang menjadi lebih mengena ke hati.

Segmen da'wah yang lain sama sekali tidak dapat disentuh lewat novel maupun filmnya. Nggak masalah, karena ustadz-ustadz banyak yang bekerja keras siang malam menggarap segmen ini. Mulai dari ceramah umum, ta'lim, sampai pembinaan yang lebih intens.

Jadi... mari sama-sama kita terus bekerja!

addthis

Live Traffic Feed