Copy and Paste

Anda bebas mengambil content blog ini, tapi mohon sebutkan alamat blog ini dalam tulisan Anda.

You are free to copy the content of my blog. However, please let your readers know my blog as your source.

Kamis, 30 Oktober 2008

Kebijakan Berbalik Arah

Dunia di bawah pimpinan kapitalisme liberal dalam kurun hanya beberapa dekade telah berlari kencang menuju batasnya yang terjauh. Ekonomi yang menjadi panglima menempatkan pasar nyaris sebagai satu-satunya penentu. Regulasi satu per satu dipangkas, hingga kalau perlu pemerintahan nggak usah ada. Ideologi super liberal ini diterapkan Amerika, terutama di bawah kendali presiden-presiden dari Partai Republik, dan dijual ke seluruh dunia melalui lembaga-lembaga seperti Bank Dunia, IMF, dan WTO.

Negara komunis Cina sekalipun menjadi praktisi kapitalisme sejati. Hanya segelintir saja negara yang masih menolak mentah-mentah kapitalisme. Kebanyakan menjadi penganutnya. Malu-malu ataupun tidak! Lihat artikel saya sebelumnya Filsafat Ekonomi Greenspan dan Analisa Greenspan atas Dunia yang saya tulis berdasarkan buku The Age of Turbulence. Mungkin mesin kapitalisme yang sangat efisien membuatnya sulit untuk ditolak. Janjinya meningkatkan kesejahteraan seperti yang dialami Australia, Selandia Baru, Singapura, Inggris, dan terutama Amerika sendiri membuat negara seperti India dan Indonesia tak kuasa melawan arus kencangnya.

Sejak 80-an dan paralel dengan runtuhnya Tembok Berlin dan Soviet (peristiwa yang menjadi salah satu tonggak globalisasi modern menurut Thomas L Friedman dalam The World is Flat), deregulasi sistem keuangan terjadi di mana-mana. Tidak terkecuali di negara kita tercinta. Bank-bank kemudian bermunculan seperti jamur. Produknya terus berkembang pesat. Sistem global yang sangat efisien ini mampu memutar uang sedemikian sehingga gelembungnya menjadi tak mampu ditopang lagi. Ini yang terjadi hari ini. Krisis sistem keuangan global yang berpusat di Amerika mungkin baru saja dimulai.

Apakah pemerintahan diam saja? Tentu tidak! Termasuk Amerika yang saat ini pemerintahannya sangat berideologi anti pemerintah. Buktinya bail-out sebesar 700 milyar dollar itu. Kalau mau konsisten, sebagaimana disuarakan sebagian kalangan di Amerika, pemerintah harusnya membiarkan saja para pelaku Wall Street merasakan akibat keserakahannya. Ternyata laju deregulasi super liberal mencapai batas terjauhnya jua. Kini kita menyaksikan perubahan arah kebijakan ekonomi. Di tataran lokal, kita dapat saksikan betapa pemerintah dan bank sentral bersatu padu mengendalikan pasar.

Langkah pemerintah, BI, dan Bapepam mengendalikan pasar banyak diapresiasi. Bahkan PKS dalam pernyataan politik mutakhir menyuarakan nada pujian. Lainnya, Erick Tohir pernah menulis artikel khusus mengenai Menteri Keuangan, yang disebutnya lincah seperti CR7, sehingga disebut si nomor tujuh dari Indonesia (kebetulan beliau adalah anak ketujuh, lihat artikelnya). Dengan demikian, walaupun MenKeu pernah dituding sebagai antek IMF, kita dapati beliau tidak buta menyeruduk dengan jurus neoliberal klasik ala Adam Smith yang kebablasan. Menteri Keuangan AS nun jauh di sana sekalipun, terpaksa atau tidak, berbalik arah.

Kita belum tahu apakah arah yang sudah berbalik ini akan terus melaju mencapai titik keseimbangan baru di tengah. Atau kebijakan akan berbalik arah lagi ke liberalisasi total. Saat ini mungkin terlalu dini untuk menjawabnya. Penelitian yang dilakukan Dan Ariely, penulis Predictably Irrational, membuktikan asumsi ekonomi tradisional (baca mainstream saat ini - Y Pan) bahwa manusia berperilaku sangat rasional tidak tepat. Secara konsisten dan berulang manusia melakukan kesalahan. Manusia tidak rasional! Dapat diprediksi. Sistematis - tidak rasionalnya.

Contoh eksperimen yang diangkat Dan Ariely di bab pertama Predictably Irrational adalah bagaimana mahasiswanya di MIT bias dalam memilih tawaran seperti berikut ini (ilustrasi mungkin tidak tepat betul dengan buku Dan Ariely - Y Pan).

Langganan internet $59
Langganan cetak $125
Langganan internet dan cetak $125


Mungkin sesuai tebakan Anda, kebanyakan mahasiswa memilih yang ketiga, langganan internet dan cetak. Tawaran yang sangat bagus. Bahkan kalau Anda menduga tidak akan ada yang memilih langganan cetak, berarti Anda rasional seperti kebanyakan orang. Ya nggak? Tapi coba renungkan kalau pilihan kedua tidak dimunculkan. Apakah hasilnya akan sama saja? Ternyata tidak. Jika tawarannya hanya dua

Langganan internet
Langganan cetak dan internet


masing-masing dengan harga yang sama seperti di atas, pilihan terbanyak adalah langganan Internet saja.

Hasil eksperimen Dan Ariely di atas membuktikan manusia tidak mengetahui nilai absolut dari suatu tawaran. Manusia menilai dan memutuskan berdasarkan perbandingan sederhana. Karena masing-masing nilai yang sesungguhnya dari langganan internet saja dan langganan kombo cetak dan internet sulit diketahui, kehadiran langganan cetak saja (sebuah decoy) yang berharga sama dengan langganan kombo membuat perbandingan menjadi demikian mudah. Kita manusia sangat suka dengan perbandingan yang mudah. Langganan kombo menjadi jauh lebih menarik! Perilaku langsung berubah.

Behavioral economics mulai mengusung argumen bahwa kebijakan-kebijakan di tataran individu maupun publik perlu disesuaikan dengan kenyataan secara inheren kita manusia tidak rasional. Di bagian lain bukunya, ketika membahas kekuatan anchor, Dan Ariely menulis mungkin harga yang dikontrol (oleh pemerintah - Y Pan) dapat lebih menguntungkan pelaku ekonomi daripada jika dibiarkan mengikuti hukum supply-demand. Mungkin harga saham termasuk yang lebih baik dikontrol. Ini yang dilakukan Bursa Efek Indonesia (to some extent) dengan menutup bursa ketika situasi tidak kondusif. Mungkin nilai tukar rupiah ke dollar termasuk yang lebih baik dikontrol. Mungkin lebih banyak lagi yang lebih baik dikontrol daripada dibiarkan sebebas-bebasnya.

Ah, mungkin spekulasi ini terlalu jauh. Yah, setidaknya saya yakin (atau tepatnya berharap) arah kebijakan yang berbalik bukan merupakan fenomena sementara. Namun demikian, saya pun yakin (atau tepatnya berharap) gerakan berbalik ini tidak demikian ekstrem ke kiri hingga ke regulasi total sebagaimana dicita-citakan paham sosialis-komunis, sehingga inisiatif dan hak individu dipasung sama sekali.

Jalan tengah lebih baik! Di mana engkau wahai jalan tengah? Apakah engkau jalan ke surga?

Lihat juga:
Menggugat Warisan Greenspan 1
Ongkos Uang Yang Tersembunyi
Managing in the Next Society
Krisis Ekonomi AS dan Global
The Age of Turbulence
Analisa Greenspan atas Dunia
Filsafat Ekonomi Greenspan

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Bang Aan, mantap tulisannya. Mohon ijin, beberapa tulisannya save as di komputer sy.

Erwin Syafii

Y Pan mengatakan...

Silakan...
Terima kasih Bang Erwin.

addthis

Live Traffic Feed