Copy and Paste

Anda bebas mengambil content blog ini, tapi mohon sebutkan alamat blog ini dalam tulisan Anda.

You are free to copy the content of my blog. However, please let your readers know my blog as your source.

Minggu, 20 Januari 2008

Tipologi Kecurangan

Kecurangan Pengelolaan Informasi menurut saya seiring sejalan dengan Kecurangan Organisasi secara luas. Mengapa? Karena informasi yang ditutupi atau lebih buruk lagi upaya disinformasi merupakan tanda besar kecurangan-kecurangan lain, seperti korupsi, manipulasi, markup, dan lain-lain. Jikapun tidak demikian, keenggapan untuk transparan minimal merupakan tanda mencolok kurangnya profesionalisme. Yah... tentu saja tidak semua informasi harus diungkap. Yang dimaksudkan di sini adalah pengungkapan informasi profesional.

Memang tidak semua kesalahan disengaja dan juga tidak semua mismanajemen informasi disengaja. Ini adalah satu tipe kecurangan yang ringan sifatnya. Biasanya penyebab utama kecurangan jenis ini adalah ketidakpedulian (ignorant) atau ketidakmampuan. Contoh: kualitas informasi termasuk kerahasiaannya tidak dianggap sebagai permasalahan serius. Hal ini secara langsung menyentuh aspek keahlian dan kompetensi (SDM), software dan hardware (teknologi), dan peraturan versus budaya yang dijalankan atau tidak dijalankan (proses).

Lho kalau contoh kasus di atas betul-betul faktor tidak sengaja, mengapa masih dikategorikan curang. Hm... tidak lain yang membuatnya tetap curang adalah karena sumber-sumber yang digunakan pengelola bukan miliknya sendiri, bukan pula uang nenek moyangnya, tapi uang pemegang saham untuk kasus perusahaan, uang donatur untuk yayasan, dan uang rakyat untuk pemerintahan. Sebagaimana principal-agent problem, pengelola menikmati hidup dan proses pembelajaran, sementara para pemegang saham dirugikan dengan pengelolaan yang tidak optimal. Di mana tanggung jawab?

Yang lebih parah adalah ketika mulai muncul ungkapan pengelola sebagai penguasa dan pemilik. Ini sudah menuju pada tipe kecurangan yang serius. Jenis kecurangan yang serius, seperti kasus Enron, adalah sengaja memanipulasi informasi untuk kepentingan pengelola atas beban shareholder, donatur, atau rakyat. Praktik yang dilakukan misalnya pembukuan ganda dan window dressing, sekalian bersekongkol dengan pihak lain yang berwenang. Kasus lainnya adalah memiliki, memonopoli informasi dan menghalangi akses oleh pihak lain di dalam organisasi atau di luar organisasi yang sebetulnya berhak.

Secara psikologis, information hoarding yang ditingkahi penolakan sharing seperti kasus terakhir di atas disebabkan takut ketahuan atau takut tersaingi. Mentalitas takut ketahuan dan takut tersaingi tersebut tumbuh subur pada komunitas yang mengedepankan kekuasaan daripada tanggung jawab kepengurusan. Information is Power. Dengan praktik ini, kekuasaan tentunya dapat terus digenggam. Itu pun dengan tidak peduli manfaatnya bagi pihak yang paling berhak atas segala kepentingan.

Tidak ada komentar:

addthis

Live Traffic Feed